webnovel

Chapter 2 - Aester World

Edward masih mematung menatap dirinya juga tanduk besar di kepalanya, tanduk yang begitu mirip seperti tanduk seekor domba. Sekali lagi Edward memegangnya, ia bisa merasakan sentuhan jarinya, tanduk itu benar-benar menjadi bagian dari tubuhnya. Ia tertawa dan juga ingin menangis secara bersamaan karena merasakan tanduknya, dirinya bukanlah lagi manusia normal.

"I-ini tidak mungkin, sesuatu seperti ini hanya ada di novel saja. Ya pasti ini hanya mimpi, sebaiknya aku tidur agar kembali bangun."

"Tuan?"

Seseorang yang mengetuk pintu tadi membuka pintu, masuk kedalam kamar dengan raut wajah khawatir yang terlihat jelas. Seorang perempuan dewasa, berambut pendek berwarna hitam juga memiliki tanduk kecil di atas kepalanya. Perempuan itu memakai pakaian pelayan seperti di era victoria di dunianya, hanya yang berbeda pakaian itu di dominasi dengan warna hitam dibandingkan putih.

"Ah tuan, maafkan Saya. Saya berpikir terjadi sesuatu kepada Tuan."

Tutur kata yang lembut, paras yang cantik dan ukuran dada yang besar. Edward mematung dengan wajah merona melihat perempuan yang kelihatan lebih dewasa darinya, perempuan itu mendekati Edward. Wajahnya kembali terlihat khawatir ketika melihat Edward yang mematung dengan perasaan gugup.

"Tuan, Anda baik-baik saja? Wajah Anda merah."

Sangat dekat, hanya berjarak kurang beberapa senti wajah mereka dapat bersentuhan satu sama lain.

"Waaaaa!" Edward menjerit, bergerak mundur menjauh dari wanita itu sambil memalingkan wajahnya.

"Tuan?"

"A--aku baik-baik saja, pergilah!"

"Tapi …"

"Aku bilang pergi!"

Edward membentaknya, perempuan itu merasa sedikit tersentak dengan bentakan itu, ia menunduk dengan mengangkat sedikit bagian bawah pakaiannya dan kemudian pergi dari kamar Edward.

Detak jantungnya tidak beraturan, wajah pelayan yang sudah sangat dekat bisa membuatnya terkena serangan jantung. Edward selama hidupnya tidak pernah terlepas dari game, ia selalu lebih banyak menghabiskan waktu bermain game dibandingkan berbicara dengan teman-teman di kelasnya terlebih lagi perempuan. Ia tidak pernah berbicara dengan perempuan selain dengan ibunya dan tidak ada perempuan yang berbicara kepada dirinya selain ibu atau tetangganya, karena itu kemampuannya berbicara dengan perempuan 0, ia menjadi sangat gugup jika berbicara dengan perempuan.

"Sial apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Aku berada disini? Ini sudah jelas bukan mimpi! Ini sama sekali tidak lucu, aku ingin kembali."

"Bagaimana?"

Suara itu bergema ke seluruh ruangan, itu bukan suaranya, tetapi tidak ada siapapun lagi yang berada di kamar selain dirinya. Api yang membakar lilin-lilin di atas meja seketika padam tanpa hembusan angin. Edward gemetar, ketakutan karena ia mendengar suara tanpa melihat wujudnya.

"Siapa!?" Pekiknya ketakutan

"Tenanglah, Kaisar Iblis."

Edward menyadarinya, suara itu adalah suara yang sama dari seseorang yang memanggilnya Kaisar Iblis ketika masih di kamar. Edward menatap langit-langit, perhatiannya teralih karena cahaya misterius menembus langit-langit, sebuah bola cahaya yang kemudian melayang ke sekeliling ruangan.

Selamat datang di dunia Aester, Kaisar Iblis Edward

"Aester …?"

"Benar, Aester World."

Mendengar nama itu hanya ada satu hal yang ada di kepalanya, game yang baru saja ia selesaikan. Meski semua yang ia rasakan begitu nyata, Edward masih tidak percaya jika ia berada dalam dunia lain.

"Apa maksud dari semua ini? Siapa kau sebenarnya?! Tuhan?" Edward menaikan suaranya dengan sedikit rasa takut saat bertanya.

"Kamu boleh memanggilku apapun, lalu Kamu telah dipilih, Kaisar Iblis Edward."

Edward mengerutkan keningnya, ia masih tidak mengerti. Mendengar penjelasan seperti itu malah membuatnya semakin dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang lain.

"Kaisar Iblis, apa ini ada hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang ku isi? Lalu, Aester World? Apa itu berarti …"

Benar, dunia ini adalah dunia permainan yang Kamu mainkan, Kaisar Iblis Edward

"Kaisar Iblis …"

Edward langsung terdiam setelah mengatakan gelar yang menyandang pada dirinya, ia ingin tidak percaya tapi setelah semuanya yang terjadi ia tidak tahu harus bagaimana.

"Apa ada hubungannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang kujawab?"

"Benar."

Edward mengeratkan giginya, ketakutan dalam dirinya sekejap berubah menjadi amarah yang tak tertahankan. Ia di seret ke dunia lain hanya karena mengisi kuisioner di dalam game.

"Jangan bercanda! Apa yang akan terjadi pada dunia ku sebelumnya?"

"Tidak ada, meskipun Kamu menghilang itu tidak akan merubah apa-apa."

Ia seketika terdiam, terasa menyakitkan ketika bola cahaya itu mengatakannya. Meski ingin ia bantah, tapi tidak ada yang bisa Edward katakan kepada bola cahaya itu. Sebuah kenyataan yang menyakitkan, itu yang membuatnya tidak pernah terlepas dari game.

"Lalu, bukan hanya karena menjawab pertanyaan Kami, tapi Kamu sudah dipilih oleh Kami. Pertanyaan itu tidak lain hanya sekedar pertanyaan biasa untuk melengkapi keberadaan dirimu di dunia ini, seperti rasa simpatik mu kepada Kaisar Iblis."

"Jadi karena itu peran ku menggantikan boss terakhir?"

"Benar."

Edward memijat kening, sedikit merepotkan mendapat sebuah peran menjadi boss terakhir yang ia kalahkan sendiri. Tetapi, disaat bersamaan ia merasa jika inilah yang harus diberikan kepadanya jika ia ingin tahu apa yang diinginkan oleh Kaisar Iblis yang sebenarnya.

Tunggu, kalau begitu siapa yang akan menjadi pahlawan?

Edward semakin mengerutkan keningnya sampai terlihat begitu jelas kebingungan di wajahnya. Dalam game, pemain lah yang akan memainkan peran sebagai pahlawan, tidak langsung menjadi sosok pahlawan tetapi permainan akan dimulai dari sebuah desa yang jauh dari Ibukota KeKaisaran, masih ada banyak waktu untuk sosok itu menjadi pahlawan.

'Aku bermain cepat, hanya satu hari Aku mengakhiri game itu. Tapi di keterangan web game berkata jika waktu game itu selesai adalah 3 hari. Lalu berapa hari untuk pahlawan itu datang? Tapi jika Aku berpindah ke dunia ini, itu berarti waktu dunia ku tidak ada pengaruhnya di dunia game? Jadi butuh berapa lama?' Tanya Edward kepada dirinya sendiri dalam batinnya.

Edward tidak menemukan jawaban meski sudah berkelahi dengan pikirannya sendiri, lalu perhatiannya kembali teralih kepada bola cahaya itu setelah memalingkan wajah untuk beberapa saat.

"Apa boleh Aku bertanya lagi?"

"Silahkan, Kau boleh menanyakan apapun tentang dunia ini."

"Berapa lama pahlawan itu akan datang dan siapa yang akan memerankan pahlawan itu?" Edward muak berkelahi dengan pikirannya, akhirnya ia memutuskan bertanya.

"Pahlawan itu akan membunuhmu pada 20 tahun mendatang dan orang yang akan memerankan pahlawan adalah karakter yang Kamu pakai untuk membunuh Boss Terakhir."

"Hah!?"

Edward terkejut setengah mati, bukan karena waktu yang terbilang sedikit menunggu orang yang akan mencabut nyawanya tapi ia terkejut karena orang yang akan membunuh dirinya adalah karakter yang ia gunakan sendiri, nyawanya akan benar-benar terancam meski dirinya memiliki kekuatan Kaisar Iblis yang sudah membunuhnya berkali kali (dalam game) kini akan membunuh dirinya. 

'Gawat, Aku menghabiskan banyak waktu dan uang, Aku juga menyelesaikan semua side-quest. Semua skill yang kudapatkan dan status yang ku buat sebaik mungkin, gawat Aku bisa benar-benar mati!' Ucap Batinnya panik.

Edward dengan kemampuan bermain gamenya sudah menciptakan sosok pahlawan yang tak terkalahkan dan nyawanya berada di tangan pahlawan yang ia ciptakan.

"Baiklah Kaisar Iblis, sudah saatnya Aku kembali dan Kamu sudah saatnya menjalani hidup sebagai Kaisar Iblis. Oh ya, Kau melihat titik biru yang berada di sudut kanan atas pandangan mu? Jika Kau memfokuskan pandanganmu ke titik itu maka semua status, item, skill dan dirimu seperti saat terkena efek debuff atau racun akan terlihat disana."

Dua layar muncul di pandangan Edward, pada layar pertama menunjukkan status yang ia miliki dan yang kedua adalah layar berupa penyimpanan item. Lalu di layar status ada kotak-kotak kecil pada bagian atas layar status, setiap kota memiliki tulisan. Edward memfokuskan pandangannya kesalah satu kotak dan dalam sekejap layar status berubah menjadi layar skill.

"Apa skill ini bisa bertambah?"

"Tentu saja, Kamu bisa mendapatkan skill darimana pun–ya, Kamu sudah tau bagaimana cara mendapatkannya bukan?"

Belajar, sesuatu yang paling Edward tidak sukai di dalam game karena merepotkan. Ia masuk kedalam dunia dari game yang ia mainkan, Edward sudah tau bagaimana cara dunia ini bekerja.

"Uwah merepotkan, Kau yang menciptakan dunia ini bukan?" Tanya Edward kepada bola cahaya.

"Hmm benar, kenapa?" Jawab Bola itu dan kembali bertanya.

"Kalau begitu akan ku panggil Kau developer, keberatan?"

"Oh? boleh. Kalau begitu, Sampai sini dulu Kaisar Iblis. Dengan menjadi Boss terakhir, Kamu bisa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya atau … Kau dapat menemukan jalan cerita yang lain, Kaisar Iblis Edward."

Bola cahaya itu dalam sekejap langsung menghilang, Edward hanya termenung menyadari kenyataan jika ia tidak lagi berada di dunianya. Meski aneh, tidak ada yang bisa ia lakukan dan lebih penting lagi ia sadar apa yang harus ia lakukan. Sebagai seorang pro gamer, Edward tidak akan kalah dari permainan dari sosok yang ia panggil developer, karena itu ia akan selamat dari ancaman pahlawan, begitulah caranya memenangkan permainan ini.

To be continue

Next chapter