webnovel

Last Boss

Kenapa Iblis itu harus dibunuh? Pertanyaan itu muncul di kepalanya ketika ia diminta untuk mengisi kuisioner setelah dirinya berhasil mengakhiri game yang baru saja keluar kemarin. Edward, dia adalah seorang pelajar SMA tahun terakhir yang memiliki hobi bermain game. Dia adalah seorang maniak, hampir semua game yang dikeluarkan 2 atau 3 tahun sudah ia selesaikan. Game baru keluar, Aester World, ia menamatkannya hanya dalam waktu kurang dari 48 jam. Game menunjukkan credit staff yang terlibat bergerak ke atas sebagai tanda akhir dari permainan, namun ketika kredit selesai muncul sebuah pertanyaan. Ia berpikir jika itu hanya ulasan untuk iklan game mereka, namun semakin lama muncul pertanyaan yang semakin aneh. Hingga terakhir muncul sebuah pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Kalau begitu, bagaimana jika Kamu menjadi Raja Iblis? Monitor seketika berubah menjadi warna putih, cahaya dari layar menjadi sangat terang daripada biasanya sampai membutakan matanya untuk sesaat, lampu kamar tiba-tiba menyala sangat terang lalu meledak. Ruangannya bergetar hebat seolah di terjang gempa, ia melompat dari kursi karena panik, berlari kearah pintu keluar. Ketika matanya terbuka, semuanya berubah. Tidak ada lagi ruangan sempit yang berantakan, tidak ada lagi cahaya monitor yang menjadi sumber cahaya ruangannya. Semuanya berubah, hanya ada ruangan luas dengan cat merah gelap, ranjang yang luas, dan seorang perempuan yang siap melayaninya kapan saja. Ia berubah menjadi Boss Terakhir dari game Aester World, mungkin itu terdengar sangat luar biasa namun tidak untuknya ketika tahu takdirnya akan berakhir di tangan sang pahlawan. "Jangan bercanda! Aku tidak mau hidup ku berakhir! Aku akan bertahan hidup dan mengubah takdir ku!"

Sonzai · Fantasy
Not enough ratings
181 Chs

Chapter 10 - Perpustakaan

20 tahun lagi, dia akan terbunuh oleh karakter yang di ciptakannya sendiri dari game Aester World. Tidak ada informasi kapan pahlawan itu datang, ia tidak tahu apakah pahlawan itu sudah berada di dunia ini atau belum, ia bahkan tidak tahu berapa usia pahlawan saat membunuh sang Kaisar Iblis. Meski kekuatan Kaisar Iblis sangatlah besar dan dirinya sangat percaya diri jika dia bisa mengalahkan sang pahlawan, tapi dia tidak bisa menggunakan kekuatannya untuk mengurus wilayah Kekaisaran Iblis. Mencegah pahlawan membunuh dirinya memang penting, tapi dia tidak bisa membiarkan dirinya hancur karena gagal mengurus wilayahnya.

'Sial, di dunia lain pun Aku harus belajar.'

Void berteleportasi bersama Scintia ke sebuah perpustakaan di Istana Kekaisaran. Tempat yang luas, penuh dengan buku. Mata Void sampai tidak berkedip menatap begitu banyak buku, perpustakaan 5 lantai bergaya klasik, rak kayu berwarna coklat, lampu gantung besar di tengah ruangan.

'Sangat berbeda dengan perpustakaan di kota.'

"Paduka, buku apa yang anda inginkan?" Tanya Scintia.

Void memegang dagu dan menunduk, semua kekurangannya dalam dunia ini harus ia lengkapi agar bisa bertahan hidup.

"Ilmu Bela diri, sejarah, sistem pemerintahan, strategi perang, ilmu sihir, seni berpedang, dan … Umm, buku tentang ilmu pengetahuan. Temukan semua buku itu, Aku akan menunggu disana."

Void berbicara dengan cepat, Scintia yang mendengar itu hanya memasang wajah terkejut saat paduka berbicara sangat cepat dan setelah itu pergi ke sofa yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Ba--baik paduka!"

Scintia masih berdiri disana, ia memejamkan matanya kemudian membentangkan kedua tangannya dengan telapak tangan mengarah ke langit "Skill: Detection," Kubah transparan keluar dari tubuh Scintia, meluas sampai ke seluruh ruangan "Skill: Search," kubah kedua keluar sama seperti sebelumnya. Void hanya menatapnya dari tempatnya duduk, menatap dengan tatapan kagum saat kubah itu keluar. Ia mengamatinya.

'Skill hanya diucapkan begitu saja? Ya dalam game juga seperti itu sih, jadi selama sudah mempelajari skill itu tidak masalah ya? Kalau tidak salah skill pertama yang dikeluarkan Scintia itu skill pendeteksi sekitar, tergantung level karakter, jangkauan skill deteksi bisa saja melebihi ruangan ini tapi Scintia mengaturnya. Lalu yang kedua itu adalah skill pencarian, sama seperti sebelumnya sih tapi gunanya untuk memperjelas benda atau makhluk yang dicari, singkatnya itu akan memudahkan untuk mencari jarum di setumpuk jerami. Tapi skill search tidak bekerja jika tidak ada skill detection.'

Skill: Search, berhasil di dapatkan

Skill: Detection, berhasil di dapatkan

Suara seseorang muncul di dalam kepala Void, terdengar sangat jelas sampai membuatnya terkejut. ia menoleh ke sekelilingnya, namun tidak ada siapa-siapa. Ketika pandangannya tengah menyusuri rak buku, ia sadar bola cahaya di sudut matanya berkedip, Void pun membuka layar Statusnya itu dan kemudian bola cahaya yang serupa muncul pada bagian skill dan sihir. Disana ia melihat dua skill yang sebelumnya diucapkan oleh seseorang itu, Skill Search dan Detection–skill yang juga sebelumnya digunakan Scintia.

'Eh? Skill baru? mudah sekali, berbeda dengan di game. Aku harus belajar terlebih dahulu untuk mendapatkannya, entah itu sihir ataupun skill. Tetapi, kenapa aku mendapatkan skill dengan mudah ya? Aku tidak mengerti.'

Konsep skill dan sihir dalam dunia Aester memiliki perbedaan yang mencolok. Skill tidak memakai energi, tidak menyerap apapun tapi akan berpengaruh kepada tubuh jika digunakan secara cepat. Sedangkan sihir menyerap energi yang disebut Mana, jika Mana dalam tubuh habis maka efek sampingnya akan membuat pengguna lebih cepat merasa lelah. Kemampuan dua hal itu juga berbeda, sihir sangat berhubungan erat dengan alam dan ruang waktu. Api, air, tanah, angin, listrik mereka adalah elemen utama yang membangun dunia Aester dan sihir bergantung kepada mereka. Mereka yang bisa memakai sihir memungkinkan untuk mengendalikan elemen-elemen itu, tetapi manusia biasa tidak akan sanggup mengendalikan lebih dari 2 elemen, itu karena elemen yang dikendalikan juga akan membebani tubuh penggunanya, sedangkan skill tidak berkaitan dengan elemen. Skill membantu makhluk hidup untuk meningkatkan kemampuan mereka secara tidak normal, makhluk hidup dapat menajamkan indra mereka melewati batas, menguatkan tubuh agar tidak mudah terluka, semuanya bisa terjadi dengan adanya skill.

"Paduka, Saya sudah bawakan buku yang Anda minta."

"Oh terima–. Wah!" Void terkejut ketika melihat Scintia membawa tumpukan buku yang sangat tinggi, dia membawanya dengan berjalan santai mendekati Void "Apa Kau baik-baik saja membawa buku-buku itu!?"

"Eh?" Ia memiringkan kepalanya, Scintia menunjukkan kepalanya yang terhalang buku-buku "Ah tidak masalah paduka. Jika boleh tinggi hati sedikit, Saya sudah ahli melakukannya," Scintia menjawab sambil tersenyum kepadanya.

Wajah sang Kaisar merona, ia berusaha memalingkan wajahnya tapi niat yang ia bangun sebelumnya mengingatkannya kembali, memaksanya untuk tidak membuang wajah.

"Be--begitu ya, Kau hebat."

Void memujinya untuk mengalihkan rasa malu yang ia rasakan.

"Eh?!"

Tetapi hasilnya berbalik, Scintia memekik kecil mendengar pujian sang Kaisar kemudian parasnya yang menawan itu memerah. Scintia memalingkan wajahnya dan menaruh buku-buku di atas meja sekaligus membagi dua tumpukan buku.

"Pa--paduka Anda tidak perlu memuji Saya, ahahaha …," Dia tertawa canggung, malu setelah mendengar pujian itu. Apa yang dirasakan Void seperti menular kepada Scintia, tapi Scintia tidak menolak rasa malu itu "Tapi, Saya senang dengan pujian paduka, Terima kasih."

Senyuman Scintia bagaikan bunga mawar yang baru saja mekar di taman yang penuh dengan bunga mawar merah, sampai sang Kaisar mematung melihat senyuman diantara dua pipi yang merona itu, menatapnya tanpa berkata apa-apa. Degup jantungnya menjadi sangat cepat, nafasnya menjadi sesak, ia tidak bisa menahannya lagi.

"A--air …"

"Eh?"

"Ambilkan Aku air!"

"Ba--baik paduka!"

Dia gagal, dia tidak bisa menahan rasa malunya saat berhadapan dengan Scintia. Tapi apa benar-benar rasa malu? Terasa begitu berbeda, hangat, tapi ia merasa sangat gelisah untuk menerima perasaan itu.

"Paduka."

"A--ah tolong taruh dimeja."

"Baik. Tapi, apa paduka baik-baik saja?"

Perempuan itu khawatir kepadanya, hanya dirinya terlihat aneh sedikit Scintia langsung mengkhawatirkannya. Ini adalah perempuan kedua yang khawatir dengan masalah kecil, Void menghela nafasnya menenangkan dirinya.

"Maaf, Aku baik-baik saja."

Ia berbicara tidak melihat ke arah Scintia, Void berbicara dengan wajah menghadap ke langit dan ia menutup matanya dengan lengan kanan. Dirinya masih belum siap untuk kembali berbicara dengan melihat perempuan.

"Be--begitu, tapi tolong jika terjadi sesuatu beritahu Saya. Saya akan membantu paduka, entah itu sekecil apapun atau sebesar apapun masalah paduka."

Ucapan itu membuat Scintia semakin merona, ia tersenyum masam memperlihatkan wajah imutnya. Tapi sayang Void tidak melihatnya, ia masih menutup matanya dengan lengan. Ucapan Scintia begitu tulus, tidak ada satupun ucapan Scintia yang menunjukkan kebohongan.

'Sialan apa-apaan ini. Scintia, dia adalah perempuan yang di selamatkan Kaisar, sejak saat itu dia memberikan semua yang dia miliki kepada Kaisar, ya itu yang tertulis di infomasi personal. Tapi jika begitu, berarti Scintia memang sangat penting untuk sang Kaisar, tapi apa benar begitu? Ya terserahlah … Aaaaaaah niat ku begitu lemah, ini melelahkan.'

To be continue