webnovel

Laskar Dewa Series Sitija (Sang Yadawa Terakhir)

Sinopsis I dan II Sinopsis I Laskar Dewa Sitija (Sang Yadawa Terakhir) Raden Sitija atau Prabu Bomanarakasura seorang Raja di kerajaan Trajutrisna. sebuah kerajaan yang seluruh penduduknya adalah kaum Ditya(Raksasa). Awal mula dia bergelar Bomanarakasura dia diutus oleh Para Dewa guna menakhlukan dua negara raksasa yaitu kerajaan Prajatista dan Surateleng yang dipimpin oleh dua orang raja yang juga pamannya sendiri Prabu Bomabomantara dan Prabu Narakasura. Keduanya adalah putra angkat Prabu Basudewa dan Dewi Mahendra yang akan merongrong kerajaan Dwarawati.dengan bekal ajian Pancasona pemberian Batara Guru (Dewa Siwa) dan Bunga WijayaMulya pemberian Sang Ibu dengan dibantu keempat punggawa raksasa beserta tunggangannya. Seekor burung Elang raksasa (Garuda Wilmuna), Ditya Ancakagra, Ditya Yayahgriwa, Ditya Maudara,dan Ditya Amisundha. Keempat Punggawa raksasa yang dihidupkan dari dua sesajen yang ditemukan di perbatasan kerajaan . Dua Raja itu Akhirnya berhasil dibunuh oleh Raden Sitija. Dan akhirnya menjadi Ilmu kanuragan di dalam tubuhnya ajian Bomantara ada di tangan kanan dan Narakasura berada di tangan kiri. Juga menjadi taring dikedua giginya.Raden Sitija adalah putra sulung dari Sri khrisna seorang awatara(Titisan)Wisnu dengan Dewi Satyabhama atau Dewi Pertiwi(Dewi bumi) Raden Sitija masih mempunyai satu saudari. salah satu saudarinya adalah Dewi Siti Sundari Istri pertama dari Abimanyu putra Raden Arjuna atau Raden Janaka dengan Dewi Sembadra. Berita kematiannya disebuah cerita urban yang berjudul Gojali suta (Samba Juwing)atau Bhomakawya masih menjadi kontroversi misteri yang belum bisa dipecahkan. Ada semacam konspirasi dari campur tangan Sang Ayah yaitu Sri Khrisna di kisah itu. Karena seluruh Kaumnya bangsa Yadawa musnah dan binasa karena terlibat pertempuran Saudara.Kejadian seusai perang besar Bharatayudha. Sampai sekarang keberadaan Raden Sitija masih menjadi misteri. Dan misteri tentangnya akan terungkap di cerita ini. Sinopsis Bag II A.K.P. I Wayan Wira Seorang Anggota Kepolisian negara .Ketika menjalani liburan bersama keluarganya di rumah Mendiang sang Kakek Professor I Wayan Dharma .Di wilayah Uluwatu, Jimbaran, Bali.Ketika hendak membersihkan lemari tua milik Sang Kakek. Wayan Wira menemukan buku harian usang di dalam sebuah kotak tersembunyi. Bersamaan juga dengan Ruangan rahasia di dalam kamar sang kakek.Ruangan yang ternyata adalah bekas Laboratorium tempo dulu.Pada akhirnya Wayan Wira juga mendapatkan sebuah buku tua .Sebuah hasil Tesis penelitian Sang kakek.Tesis yang menyimpulkan bahwa ada keberadaan Makhluk Abadi di sekitar manusia. Bersama rekan rekannya akhirnya A.K.P Wayan Wira dan Seorang Sahabatnya Seorang Polisi Militer yang bernama Kolonel I Made Suta akhirnya berhasil menemukan Keberadaan Mereka. di sekitar wilayah Gianyar. Karena Mereka mencurigai Seorang Pengusaha kaya bernama Arya Susena. Dikarenakan Sering memakai Identitas palsu berkali kali. Yang pada akhirnya dengan petunjuk Arya Susena, I Wayan Wira dan Rekan rekanya justru menemukan jalan membongkar kejahatan sebuah organisasi kriminal terlarang internasional.Organisasi terlarang Yang berusaha masuk ke wilayah Indonesia.Kemudian atas perintah atasan masing -masing Atasannya. Pada akhirnya A.K.P I Wayan Wira dan Kolonel I Made Suta diberikan mandat untuk membentuk instansi khusus yang masih dalam pengawasan Badan Agen Rahasia Negara .Bernama Liga Perwira Dan Ksatria Republik Dengan merekrut Anak buah dari semua institusi negara. Juga merekrut Arya Susena dan Kelima Sepupunya yang menyebut dirinya sebagai Bomanarakasura.

Hendry_Octavian · Fantasy
Not enough ratings
105 Chs

Garis Takdir Sang ksatria

Raden Sitija dan Sang Ibunda memasuki istana Ekapratala yang sangat megah.Disetiap sisi pintu mulai dari gerbang istana sampai Singgasana utama Kerajaan. Yang dijaga oleh para Raksasa dari Wangsa Yaksa.Para Yaksa adalah Raksasa pasukan Batara Kuwera. Pasukan Dewa yang memang ditugaskan mengamankan seluruh Kayangan di jagat raya. Mereka selalu menyatukan kedua telapak tangannya. Sebagai tanda menghormat kepada setiap tamu ataupun Keluarga Kerajaan Kayangan.

Akhirnya Sang Ibu dan Raden Sitija sampai di Aula utama. Tampak jelas Batara Ekawarna duduk di kursi Singgasananya.Singgasana Kayangan yang berhias banyak batu mulia berikut juga Tahtanya. Sementara Sang Ayah Sri Narendra Khrisna duduk di kursi kehormatan sebelah kiri sang Batara. Sang Ibupun menyusul duduk disebelah Sang Ayah.Raden Sitijapun berlutut sembari menghormat.

"Ngger…,Sitija Cucuku.Apakah Angger tahu, mengapa Angger dipanggil kemari…? "tanya Sang Batara mengawali pembicaraan dengan Cucu kesayangannya.

Sang Batara Berbicara dengan nada yang bijaksana.

"Tidak tahu, Kanjeng Eyang Kakung."jawab Raden Sitija sambil duduk bersila dan menundukkan kepalanya.

"Biarkan Kanjeng Ramamu saja yang memberi penjelasan kepadamu..."kata Sang Batara sambil menghembuskan nafas sembari beranjak dari singgasananya.

Lalu mendekati sang Cucu dan menepuk bahu Kanannya dengan pelan.

"Karena Aku tidak akan bisa tega mengatakannya padamu,Ngger…"sambungnya seraya berhenti sejenak dan akhirnya berlalu.

"Ngger, putraku Raden Sitija. Mendekatlah kemari.Biarkan Ramamu ini memelukmu…!"kata Narendra Khrisna melapangkan tangannya kepada Putra kesayangannya.

Raden Sitija pun berdiri mendekati Sang Ayahanda. Tiba -tiba Sang Ayah memeluk Putranya setelah itu menepuk kedua lengan kekar Sang Putra.

"Ngger…, Sebetulnya berat hati Ramamu ini mengatakan hal ini …!"

"Ada apa Kanjeng Rama, Beban Kanjeng Rama adalah beban Hamba juga."

"Aku ingin bercerita kepadamu, Ngger.Suatu sa'at nanti Dwarawati dan Mandhura akan hancur.Aku dibenturkan dalam Dua pilihan…Sisi yang pertama terjadinya perang dengan kerajaan Prajatista dan Surateleng. Dan yang kedua akan ada Perang Saudara antara bangsa Kaum Yadawa. Dengan semua yang ada disana akan binasa. Kecuali Aku dan Uwak Kakrasanamu, Itulah yang digambarkan Sanghyang Wenang terhadapku, Ngger…"ucap Sang Narendra menunduk sambil duduk terpaku.

"Lalu, Kanjeng Rama.Menginginkan Hamba melakukan apa…?"Tanya Raden Sitija pada Sang Ayah.

Sang Ayah pun berdiri membelakangi Raden Sitija sambil berucap.

"Pilihan pertama tidak hanya Dwarawati dan Mandhura saja. Bahkan seluruh Kayangan akan sirna. Karena ulah kedua Orang Saudara Angkatku. Yaitu Prabu Bomabomantara dan Prabu Narakasura. Aku selaku Ramamu tidak akan mau mengambil pilihan pertama. Dan ma'af kan Ramamu ini, Ngger.Aku harus mengambil pilihan terakhir. Aku berusaha menyelamatkanmu. Dengan mengajukan Engkau selaku Putraku untuk menjadi Mahsenopati Bumi.Tanpa persetujuan dari Eyangmu dan Kanjeng Ibundamu terlebih dahulu.Sekali lagi ma'af kan Ramamu ini,Ngger…Putraku Sitija…!"

"Iya…,Kanjeng Rama."kata Raden Sitija dan tanpa terasa matanya pun berkaca -kaca melihat kesedihan Sang Ayah.

"Apakah Mereka berdua Pamanku juga Kanjeng Rama…?"

"Iya…,Ngger.meskipun bukan sedarah denganku…"kata Sang Ayah.

"APAKAH HARUS KAU KATAKAN AIB ITU PADA PUTRAKU, KANDA …?!"Tiba-tiba ada Suara Perempuan yang Berteriak dengan Suami bergetar menyela pembicaraan Sang Narendra.

Yang ternyata adalah Istrinya sendiri Dewi Pratiwi. Sambil matanya berkaca -kaca. Lalu Sang Dewi berlari meninggalkan pembicaraan Mereka berdua.

"Duduklah disebelahku dan dengarkan ceritaku, Ngger…"

"Iya…, Kanjeng Rama."sahut Raden Sitija mengikuti saran sang ayah.

"Dahulu kala ada Asura Raksasa dari Bangsa Denawa yang bernama Hiranyaksa, Dia adalah seorang Raksasa yang sangat sakti Mandraguna, Ngger.Dengan kekuatannya Hiranyaksa bisa mengendalikan sebuah Lubang hitam Lautan kosmik Ciptaan SangHyang Wenang. Dan akan membuat seluruh Arcapada musnah termasuk juga Jagadraya. Untuk mengalahkannya hanya ada satu jalan. Yaitu Batara Wisnu Harus melakukan Triwikrama menjadi Awatara Resi berkepala Babi hutan. Sang Resi itu bernama Waraha. Pada waktu itu Asura Hiranyaksa berusaha memasukkan seluruh Planet di gugusan Orbit Tata Surya ke dalam Lubang Hitam Lautan kosmik termasuk Bumi.Para Dewa lain yang mengetahui hal itu segera meminta pertolongan pada Batara Wisnu. Batara Wisnu menyanggupi permintaan para Dewa.Lalu Batara Wisnu pun BerTriwikrama menjadi Sosok Resi Waraha.Tetapi Resi Waraha mengajukan syarat pada Eyangmu Selaku Ayah Batari Bumi. Syarat itu untuk menikahi Ibumu Dewi Pratiwi selaku Batari Bumi. Tapi syarat akan berimbas fatal karena perkawinan Sang Waraha dan Ibumu.Pernikahan itu tidak berdasarkan saling mencintai.Tapi guna mengurung Sang raksasa Hiranyaksa ke dalam rahim Ibumu. Setelah pertempuran Hiranyaksa pun berhasil dikalahkan dalam jangka waktu kurun ribuan tahun. Dan Resi Waraha berhasil membunuh Hiranyaksa.Dan Sesuai Perjanjian dengan Eyangmu.Pernikahan itu akhirnya dilaksanakan.Akhirnya berita Kematian Hiranyaksa Sampai kepada Hiraknyaksipu Sang kakak.Sang Kakak yang tidak terima akan kematian sang Adik. Lalu bertapa dan meminta pada Dewa Brahma agar diberi kekuatan tak bisa mati dan hidup abadi.Dewa Brahma pun menolak keinginan itu. Asura Denawa Hiraknyaksipu pun akhirnya mengubah permintaannya. Hiraknyaksipu Meminta agar Dirinya tidak bisa dibunuh oleh kalangan Dewa,Manusia,ataupun Binatang.Tidak bisa dibunuh di waktu pagi,siang dan malam.Dan Dia tidak bisa dibunuh di dalam dan diluar istana ataupun di dalam Rumah.Akhirnya Dewa Brahma pun mengabulkannya.Tujuannya hanya untuk membalas dendam atas kematian Sang Adik.Hiraknyaksipu berusaha menantang Batara Wisnu. Dengan cara mau membunuh Sang Putra yang bernama Prahlada. Sang Putra yang membela kepentingan Para Dewa lainnya. Batara Wisnu pun marah dan menjelma menjadi Seorang Resi Manusia berkepala Singa. Bernama Resi Narasinga.Resi Narasinga Berwujud Setengah Manusia Dan Berkepala Seekor Singa,Resi Narasinga Mempunyai Enam Tangan, berekor Naga berkepala sembilan. Sang Resi adalah Jelmaan kedua dari Batara Wisnu. Tapi hal yang sama terjadi pada Resi Narasinga. Ketika Dia berhasil mengalahkan Hiraknyaksipu.Hiraknyaksipu dibunuh di halaman istananya pada waktu sore hari. Dengan cara dipangku tubuhnya dan dikeluarkan seluruh isi dalam perutnya. Serta dikuliti seluruh tubuhnya oleh Resi Narasinga.Setelah itu Dia malah memasukkan ruh Hiraknyaksipu kedalam rahim menantu Batara Kala dengan cara yang sama.Hal yang sama ketika menjadi Resi Waraha. Dia adalah Dewi Pramuni tanpa sepengetahuan Suaminya yaitu Batara KalaYuwana.Kemudian Sang bayi itu dibuang dan kebetulan letaknya sangat tidak berjauhan Bayi Narakasura ditemukan oleh Kakekmu. Sedang Bayi Bomabomantara ditemukan oleh Eyang Ugrasena(Prabu Setyajit) dan diberikan kepada nenekmu Eyang Putri Mahendra."

Tutur Sang Narendra kepada Putranya sambil mengelus punggung Sang Putra.

"Jadi Hiranyaksa atau Narakasura itu adalah Kakangku Kanjeng Rama…?"Tanya Raden Sitija kearah. Sang Ayahanda. Sang Sang Ayahanda menjawab mengangguk.

"Hiranyaksa itu adalah wadah dari Narakasura, Iya Ngger,Hiranyaksa hanya akan bisa dikalahkan oleh Keturunan Batara Wisnu…"

"Batara Wisnu menitiskan ruhnya pada dua makhluk yang menikahi Ibumu selama dua kali.Yang pertama sebagai Resi Waraha dan kedua sebagai Aku Kanjeng Ramamu, Ngger...."

"Lalu, Kanjeng Rama.Apa yang harus Hamba lakukan…?"

"Aku ingin mengajukanmu menjadi Mahasenopati Kayangan yang mewakili Bumi. Untuk menakhlukkan Hiranyaksa dalam wadah Narakasura Beserta Sang Kakak Hiraknyaksipu atau Bhomabomantara"

"Tapi, Kanjeng Rama. Hamba hanya berlatih olah keprajuritan biasa… "

"Tapi itu tidak akan membebaskan Dwarawati dan Mandura dengan sendirinya ,Ngger.Aku sebagai Kanjeng Ramamu hanya menunda Takdir yang dijatuhkan dengan memilih dirimu. Untuk lebih mengabdi kepada SangHyang Wenang selaku Yang Esa"

"SITIJA …DENGARKAN…!!"terdengar suara menggema di seluruh ruangan itu.

Sang Narendra pun berlutut dan menghormat pada suara itu lalu diikuti oleh Raden Sitija.

Mereka Berdua mengenali suara itu Suara SangHyang Wenang pemilik jagad raya.

"SITIJA,PERGILAH ENGKAU KEARAH ISTAL KAYANGAN INI...!!"perintah Suara itu Kearah Raden Sitija. Dengan sigap Raden Sitija pun berlari diikuti Sang Ayah menuju ke istal istana.

Ternyata disana sudah ada Sang Ibu dan Sang Eyang menunggunya.Raden Sitija melihat Istal istana itu menyala -nyala.Raden Sitija segera masuk kearah Istal Istana.Raden Sitija mengkhawatirkan Paksi Wilmuna Sahabat burungnya.Paksi Wilmuna yang ada disana mengangguk -angguk kearah sebuah lubang besar. Lubang Besar Menyala -nyala seperti sebuah pintu.Di dalam Lubang Besar itu terlihat Istana yang sangat luar biasa menakjubkan.

"Wilmuna…Apakah Kau tidak apa apa ,Sobat…?!"tanya Raden Sitija Kearah Paksi Wilmuna Sahabatnya.

Sang Ayahanda dan Sang Ibunda Segera menghampiri Putranya.

"Ngger,Putraku.Itulah Kayangan yang bernama Alang -alang Kumitir. Kerajaan milik SangHyang Wenang Gusti pemilik Mayapada Jagadraya."jelas Sang Eyang Kepada Cucunya.

"MASUKLAH KEDALAM LUBANG ITU…,SITIJA…!,AKU MENUNGGUMU DI ISTANAKU...!"kata Suara itu lagi.

Lalu Sang Ayah Narendra Khrisna segera memberi isyarat.Agar Raden Sitija melakukan apa yang diperintahkan suara itu. Raden Sitija menyatukan kedua telapak tangannya kearah Kedua Orang tuanya. Kemudian memeluk kedua Orang tuanya beserta Eyangnya.Terlihat mata Sang Ibu yang berderai air dan Sang Eyang yang tersenyum kepadanya.

"Hamba pamit Kanjeng Eyang,Kanjeng Rama dan Kanjeng Ibu…"kata Raden Sitija seraya menaiki Burung elang kesayangannya sembari menarik tali kekang Wilmuna.

"Pergilah, Ngger.Penuhi Takdirmu dan apa yang menjadi kehendakNYA jalani dengan hati yang tulus…"ucap Sang Ayah.

Raden Sitija segera menyentakkan tali kekang Wilmuna.Mereka Berdua menuju lubang besar yang menyerupai pintu kearah Kayangan Alang -alang Kumitir. Paksi Wilmuna Segera Mengeluarkan Suara Melengking Keras. Paksi Wilmuna Segera melesat terbang Menuju kearah pintu besar yang akan merubah nasib Mereka Berdua kelak.

......

Alang -alang kumitir adalah penghujung Kayangan tertinggi di sebuah tempat antah berantah. Seperti melewati jutaan masa bahkan lebih.Raden Sitija ingat kata -kata itu ketika Sang Ibu ketika mau menidurkan Dia di waktu kecil. Dengan menunggangi Wilmuna Raden Sitija terbang melesat mendekati istana megah seperti di depan matanya. sambil menoleh kebawah membuat Raden Sitija Terperanjat.

"Sialan tempat apa ini, sebuah istana diatas langit tanpa ujung? "gumam Raden Sitija dalam hati.

Tapi anehnya walaupun sudah terlihat,Istana itu masih terasa sangat jauh menanjak keatas langit. Wilmuna terus melesat keatas tanpa lelah tapi hal yang sama seperti kembali lagi dan terus berulang ulang.

"Hhhh...Tempat ini...!!"kemudian Raden Sitija menepuk halus leher Paksi Wilmuna Sahabatnya.

"Aku tahu...Wilmuna...,Sobat jangan Kau kuras tenagamu pelankan terbangmu…!"Perintah Raden Sitija kepada Paksi Wilmuna.

Tiba -tiba Raden Sitija merasa ada yang aneh dengan cara terbang Sahabat burungnya itu. Tenaga Paksi Wilmuna seperti terkuras.Paksi Wilmuna hanya mengeluarkan lengkingan panjang. Dengan sekuat tenaga Wilmuna berusaha menempatkan Raden Sitija pada tempat paling tinggi.Namun tubuh Paksi Wilmuna semakin melemah. Paksi Wilmuna pingsan ketika berusaha menembus batas langit.

"Wilmuna...Apa yang terjadi padamu...?!"

"WILMUNAAAA...Sadarlah Kawan…!"teriak Raden Sitija sambil merangkul erat sahabatnya.

Mereka berdua meluncur kebawah dengan kencang. Sampai tangan Raden Sitija pun terlepas dari tubuh Sahabat Burungnya.

"WILMUNAAAA….!!!"teriak Raden Sitija melihat Sahabat kesayangannya meluncur tak sadarkan diri kearah bawah terlepas dari pegangannya.

Tapi tiba tiba ada sosok bayangan yang terbang melesat cepat menangkap tubuh Raden Sitija.

Dia melihat sekilas Kaki yang Penolongnya seperti keluar pancaran api membara. Raden Sitija tau siapa Dia.

"Adi Wisanggeni...!"

"Pejamkan matamu, Kakang. Aku yang akan meneruskan tugas Wilmuna,Sekarang…!"

"Tapi bagaimana nasib Wilmuna,Adi…?"

"Tenanglah, Kakang Sitija...Kakang Guritno,Kakang Antasena, Adi Wisangkantha dan Kakang Srenggini Mereka persis berada dibelakangku...!"Kata Sosok Pemuda Yang Dipanggil Raden Wisanggeni.

Raden Wisanggeni menggendong Tubuh Raden Sitija melesat dengan kecepatan tinggi menuju ujung langit.

"Kakang …,Sebentar lagi Kita akan mengalami benturan dengan benteng langit.Pejamkan matamu dan kosongkan pikiranmu. Aku akan mengalirkan tenaga Dahana geniku keseluruh tubuhmu.Agar Kau tidak terluka jika tubuhmu terbentur benteng langit …!"

Lalu Raden Sitija menuruti perkataan sang Adik sepupunya.Dengan menyatukan kedua telapak tangannya. Raden Sitija menunduk dan mengosongkan pikiran.Raden Wisanggeni berteriak keras disekujur tubuhnya keluar api yang juga menyelimuti tubuh Raden Sitija. Kobaran Api itu melindungi tubuh Mereka berdua.Tidak berselang lama Sang Adik melemahkan tenaganya. Raden Sitija merasa tubuhnya semakin ringan. Dia juga merasa bahwa sang Adik melepas tubuhnya dengan pelan.

"Kakang, Aku menyalurkan sedikit tenagaku untukmu. Agar Kau bisa bernafas disini…!"terdengar Suara lain yang juga tak asing baginya.

Ada sosok tangan yang menempel didadanya mengalirkan hawa hangat disekujur tubuhnya.

"Adi Antasena ,Kaukah itu...?"

"Bukalah matamu, Kakang.Tarik nafasmu dalam -dalam. Aku sudah mengalirkan Ajian Totok Saketiku Padamu. Sehingga Kau bisa bernafas dalam kedap udara…"

"Terima kasih Adi Srenggini..."jawab Raden Sitija.

Dengan perlahan Raden Sitija membuka matanya. Raden Sitija melihat empat ksatria gagah yang menyelamatkannya barusan. Raden Arya Wisanggeni dan Raden Arya Wisangkantha dua kakak beradik Ksatria tampan yang Wajahnya mirip dengan Sang Ayah Raden Janaka. Sedang Raden Anantasena dan Raden Arya Srenggini adalah saudara seAyah putra Raden Bima Werkudara. Sama seperti Raden Guritno atau Raden Gatotkaca dan Raden Anantareja. Mereka bersaudara bermuka seperti empat Ksatria kembar. Padahal Mereka lahir dari rahim Ibu yang berbeda.

"Kakang Sitija selamat datang di Alang -alang Kumitir."kata Raden Wisangkantha tersenyum Kepada Raden Sitija.

Ksatria terkenal paling sopan diantara Mereka berempat.

"Kemarilah, Kakang Sitija.Ayo Kita jalan -jalan sebentar…"sambung Raden Wisangkantha sambil mengajak terbang dengan Posisi Berdiri.

Mereka Terbang Dengan Posisi Berdiri mengambang di Langit berisi Jutaan Bintang. Suasana Langit Bagian Atas yang Terasa lengang, sunyi, Gelap dan terasa hampa.

"Lihatlah, Kakang. Benda -bulat yang mengelilingi cahaya menyilaukan itu.Kakang, Benda bulat yang hanya membuat ukuran Kita tampak sangat kecil seperti sebutir debu.Benda bulat yang suatu sa'at Manusia menamakannya Planet. Dan ketika mengelilingi pusat cahaya itu juga akan dinamakan Orbit.Pusat Cahaya yang dikelilinginya adalah Matahari.Kaum kita menyebutnya Candradimuka Kakang Sitija...!"Jelas Raden Wisangkantha kearah Raden Sitija.

"Langit luas inilah Kerajaan Guru dan pencipta Alam Semesta. Dia adalah SangHyang Wenang.Inilah Alang -alang Kumitir. Disisi lain SangHyang Wenang juga menciptakan Lubang hitam yang dinamakan Lautan Kosmik.Lubang yang bisa menyedot apa saja yang berada di dekatnya.Suatu sa'at Kerajaan SangHyang Wenang guru Para Mahasenopati Jagad dan Bumi akan dinamakan oleh Wangsa Jalma sebagai Galaksi.Dahulu kala ada Seorang Wangsa Raksasa Asura Golongan Danawa yang bernama Hiranyaksa. yang diberi izin oleh batara Brahma untuk menggunakan lautan kosmik SangHyang wenang.Tapi Sang Asura berbuat sekehendak hatinya. "Raden Wisangkantha bercerita seperti apa yang disampaikan oleh Sang Ayah kepadanya tadi sampai berakhir.

"Tahukah, Kakang Sitija.Jika Prabu Narakasura itu adalah wujud sebuah ilmu kekuatan yang dimiliki Hiranyaksa…"Jelas Raden Wisangkhanta kearah Sang Kakak.

Raden Wisangkhanta bercerita lagi mirip seperti cerita Sang Ayahanda tentang Hiraknyaksipu.

"Begitupun sama dengan Sosok Prabu Bomabomantara.Dia adalah ilmu dari Hiraknyaksipu"tandas Raden Wisangkantha.

"Kakang …,Kita disini senang karena Sang Guru kami SangHyang Wenang memilihmu.Karena memang itu akan menjadi takdir yang meluruskan jalanmu,Kakang."

"Sebentar lagi penobatanmu sebagai Mahasenopati Bumi akan dimulai. Ayo…Kakang, Kupertemukan Kau dengan Beliau…"ajak Raden Wisangkantha sambil menggandeng Lengan tangan Raden Sitija diikuti oleh lainnya.

Lalu Sang Adik menepuk lengan Sang Kakak.Mereka berlima terbang, Lalu tiba tiba Raden Wisanggeni menghentikan Mereka. Dengan memberi tanda Menggunakan telapak tangannya.

Raden Sitija melihat Raden Wisangkantha. Mereka Berempat segera mempersilakan Raden Sitija untuk terbang maju, Raden Sitijapun mengikuti perintah keempat Sang Adik.Dia melihat Keempat Adik sepupunya menunduk dan menyatukan kedua telapak tangannya pada sesuatu yang tidak terlihat.

"Kakang, satukan kedua telapak tanganmu.Pejamkan kedua matamu dan berusaha kosongkan pikiranmu.Dan aturlah nafasmu secara perlahan -lahan…"kata Raden Wisanggeni membuat Gerakan.

Raden Wisanggeni membuat gerakan Seperti Yang Ia Ucapkan.Raden Sitija pun berbuat mengikuti permintaan Sang Adik.Raden Sitija merasa ada sesuatu yang menarik tubuhnya pelan.

"HAIIII …,SITIJA. APAKAH KAU MENDENGARKU...!?"terdengar Suara membahana di Antariksa.

Suara itu suara yang sama ketika Raden Sitija masih berada di Ekapratala.

"AKU HANYA BISA DIRASAKAN OLEH MAKHLUK YANG MENGANGGAPKU ADA.SITIJA, AKU ADA KARENA ENGKAU JUGA MERASAKAN AKU. AKU ADALAH BAGIAN DARI SEMUA SEMESTA.TAPI AKU JUGA BAGIAN DARI SEMUA MAKHLUK YANG KUCIPTAKAN,SITIJA.AKULAH SANGHYANG WENANG.AKU TIDAK AKAN TERLIHAT OLEH PANDANGAN MATA FANAMU.AKU ADALAH SEMUA PERWUJUDAN KEINGINAN SEMUA MAKHLUK.

AKU SUDAH MEMBERIKANMU CERITA YANG KELUAR DARI MULUT AYAHANDAMU BESERTA ADIK SEPUPUMU,SITIJA.SEKARANG APAKAH ENGKAU SIAP MENERIMA IMBALAN YANG AKAN AKU BERIKAN PADAMU.HEII …,SITIJA…!"

Raden Sitija yang tetap dalam posisinya lalu mengangguk.

"KUBERIKAN KAU KEKUATAN TENAGA SEPERTI SANG WARAHA DAN KECEPATAN SEPERTI KILAT YANG DIMILIKI SANG NARASINGA"Suara SangHyang Wenang menggelegar diatas Arcapada.

Raden Sitija merasakan tubuhnya seperti dicambuk oleh sesuatu.Raden Sitija menjerit kesakitan seperti ada jutaan jarum yang masuk ke pori -pori seluruh kulit tubuhnya.Seolah menembus seluruh peredaran darahnya.Bahkan sampai masuk ke dalam otaknya. Kulitnya menjadi Merah seperti terbakar.Seluruh Otot -ototnya menonjol terasa seperti mau pecah. Jantungnya berdegup sangat kencang. Raden Sitija merasakan Rasa panas seperti api yang membakar tubuh sampai kedalam organ -organ dalamnya. Matanya memerah menahan rasa sakit yang tiada tara.Hingga air keringat di tubuhnya terbang seperti bulir-bulir diangkasa semesta. Seketika rasa panas itu berangsur angsur menghilang. Sedikit demi sedikit dan lama lama berganti dengan rasa hangat di sekujur tubuhnya.Lalu berubah menjadi rasa yang menyejukkan badannya. Raden Sitija kembali berusaha menata nafasnya dengan posisi menyatukan kedua tangannya kembali.

Tapi lama -lama dia merasakan hawa aneh lagi merebak di seluruh badannya. Rasa sejuk itu berubah menjadi dingin secara perlahan semakin dingin dan dingin.Tubuhnya menggigil karena rasa dingin itu seperti membekukan saluran darahnya. Rasa dingin itu semakin memuncak seperti rasa panas yang dia rasakan setelahnya. Tenggorokannya seperti kering. Darahnya seperti berhenti mengalir dan otaknya terasa membeku. Rasa dingin itu semakin menjadi jadi hingga tubuhnya menggigil sangat kencang hingga mengejang. Lalu sedikit demi sedikit membentuk gumpalan es hingga menutup kakinya. Raden Sitija pun meringkuk seperti Bayi. Sedikit demi sedikit tubuh Raden Sitija tertutup oleh Lapisan es.Di dalam lapisan Es itu Raden Sitija memejamkan mata. Dia menahan sakitnya dingin menguasai tubuhnya yang tertutup lapisan beku. Tubuh itu melayang -layang tanpa beban diatas Antariksa.