CHAPTER SERATUS DELAPAN PULUH TUJUH

Larisa rasanya sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan Arvan untuk menanyakan secara langsung pada pemuda itu tentang maksud bunga krisan merah yang ditanam di taman belakang rumahnya. Walau dia sudah bisa menebak apa tujuan Arvan, tetap saja Larisa ingin memastikannya secara langsung.

Dia kini sedang duduk gelisah di bawah pohon tepat di samping perpustakaan dimana dia dan Arvan biasanya menghabiskan waktu bersama untuk sarapan setiap pagi. Sudah hampir 15 menit Larisa menunggu dan Arvan tak kunjung datang. Karena merasa heran sekaligus sudah tak sabar, Larisa lantas mengeluarkan ponsel dari dalam tas, dia memang belum ke kelas karena langsung pergi ke tempat itu setibanya di sekolah, berharap Arvan sudah datang, nyatanya tidak. Pemuda itu belum menampakan batang hidungnya.

Larisa mencari nomor kontak Arvan untuk meneleponnya, dan begitu telepon itu tersambung, Larisa lega luar biasa.