25 dave.pov

moodku pagi ini benar-benar buruk karena kejadian semalam. setahun hidup tenang tanpa ada perlawanan, tapi dalam semalam mereka membuatku hampir mati. berani-beraninya mereka menyerangku secara langsung dan brutal begini. dulu mereka tidak berani mengusikku secara langsung, melainkan menjadikan anak buahku sebagai targetnya. tapi sepertinya dalam setahun ini mereka telah menyiapkan sesuatu untuk menghancurkanku makanya berani mengusikku begini. jika aku terus membiarkannya, aku bisa hancur betulan. mulai saat ini aku harus mempersiapkan anak buahku, fokus pada peningkatan kekuatan dan pertahanan dan harus menunda perluasan kekuasaan untuk sementara.

"bro, apa yang akan lo lakuin kali ini?" tanya diego yang sudah sejak tadi malam berada di sini untuk membereskan kejadian semalam.

"tunda perluasan kekuasaan kita, tingkatin kekuatan sama pertahanan kita, selesaikan pemasaran secepat mungkin, gue ngerasa bentar lagi kita harus bener-bener perang sama mereka" ujarku.

"lo yakin mau lanjutin perang lo ini? kita bahkan gak tau gimana kekuatan mereka sekarang, udah setahun lebih kita gak ada interaksi sama mereka, kita juga gak ada usaha buat mata-matain mereka kaya yang mereka lakuin ke kita dulu" ujar diego. aku menggebrak meja emosi.

"maksud lo pake cara 'itu'? gue gak sudi pake cara kotor kaya gitu, itu pengecut, itu terlalu...." aku tidak melanjutkan kata-kataku, enggan memperlihatkan sisi lemahku. diego diam, mengerti apa yang kurasakan.

"kita udah sejauh ini go, gue gak bisa mundur gitu aja" ujarku, mana sudi aku berhenti di tengah jalan dan membiarkan orang itu hidup tenang begitu saja? dia harus hancur dulu, barulah aku berhenti menapaki jalan ini.

"trus gimana soal clara?" tanya diego dengan suara pelan. aku diam, dan memalingkan mukaku ke arah kamar dimana clara masih tertidur sejak semalam, tubuhnya agak demam, mungkin shock dengan kejadian semalam.

"dia gak ada hubungannya sama ini, emang apa yang harus gue lakuin?" tanyaku balik.

"lo gak khawatir sama keselamatan dia? gimanapun juga dia istri lo, mereka bisa aja manfaatin clara buat hancurin lo" kata diego.

"lo pikir clara bakal bisa jadi alat buat hancurin gue?" tanyaku sinis. yang benar saja dia.

"kalo gak bisa apa lo bakal tetep biarin dia dalam bahaya gitu aja?" tanya diego. aku diam, apa aku benar-benar perlu melindunginya?

baru aku akan memjawab tiba-tiba kulihat clara bangun.

"kita terusin nanti, clara bangun" bisikku.

"dave...." clara memanggilku, aku masuk ke dalam kamar.

"kamu udah bangun? kalo masih capek tidur aja" ujarku. clara menggeleng.

"cuma pusing dikit sama pegel2 doank kok, mungkin nanti di rumah aku mau minta dipijat sama ratih atau siapa gitu. eh, kok diego ada disini?" ujar clara terlihat agak malu setelah tau ada diego.

"pagi kak clara.... gimana kabar kakak setelah kejadian seru semalem?" tanya diego dengan ceria.

"hehe, lumayan, udah kaya naik rollcoster" jawab clara canggung.

"ya udah, karena kamu udah bangun, kita sarapan dulu sebelum balik ke rumah. atau kalo kamu masih sakit kamu mau sarapan di kamar aja?" tawarku pada clara. clara bangkit dari ranjang lalu mendekatiku. aku agak terkejut saat dia menyentuh dahiku.

"kayanya demam kamu yang lebih parah daripada aku, kamu yang harusnya lebih banyak istirahat. mau aku bawain sarapan kesini?" ujar clara dengan senyum jail, diego terlihat menahan tawanya.

"gak perlu" jawabku.

"Ok, kalo gitu ayo sarapan, aku udah laper banget" Kata Clara, lalu kami turun ke bawah dan menyantap sarapan yang telah disiapkan oleh pengurus vila.

"habis in kamu mau ngapain?" tanyaku pada clara di tengah sarapan.

"gak ada, aku cuma mau pulang trus dipijit, udah itu doank" jawab clara.

"bagus, sebaiknya kamu jangan jalan-jalan di luar dulu sampai keadaan lebih baik. kalo mau pergi keluar harus ada yang nemenin, minimal 2 orang" kataku.

"walaupun cuma sepedaan ke hutan?" tanya clara.

"iya, walaupun cuma ke sana"

"kenapa sampe segitunya?" tanya clara.

"apa kejadian semalem masih gak buat kamu ngerti? ada orang yang ngincar aku, kamu istriku. kalo mereka sampe tau itu, kamu bisa ikut celaka, paham?" kataku agak keras.

"trus kamu sendiri gimana?" tanya clara.

"maksudnya?"

"gimana dengan keselamatan kamu sendiri? kamu yang diincar, apa kamu tetep akan keluyuran kaya biasanya?" tanya clara, terlihat khawatir.

"aku kerja, bulan keluyuran" ujarku.

"sama ajalah kerja ataupun keluyuran, intinya kamu gak di rumah. kalo kamu kenapa-kenapa gimana?" tanya clara.

"santai kak.... dave ini strong, dia udah melalui berbagai macam percobaan pembunuhan, tapi liat, dia sampe sekarang masih hidup" ujar diego. clara tampak terkejut. Diego benar-benar bodoh.

"pecobaan pembunuhan? dave, kenapa sampai ada orang yang mau bunuh kamu? emang siapa mereka? apa kamu pernah lakuin suatu kesalahan sampe kayak gitu?" tanya clara agak panik.

"aku udah bilang tadi malem kalo gak semua orang suka sama apa yang kita capai, paham?" jawabku.

"tapi masa sampe segitunya sih? apa kamu gak mau lapor polisi aja biar orang-orang itu gak ganggu kamu?" ujar Clara.

"bukan urusan kamu, terserah apa yang akan aku lakuin, kamu urus dirimu sendiri" kataku lalu beranjak dari meja makan, sudah tidak berselera melanjutkan makan. clara ikut bangkit dan mengejarku.

"dave, kamu gak bisa gini donk, kamu harus ngasih tau aku dulu" seru clara.

"ngasih tau apa?" tanyaku sambil berbalik menatap Clara.

"ya ngasih tau apa yang sebenernya terjadi" desak Clara. kenapa dia tidak mengerti juga sih? menyusahkan.

"aku udah bilang semakin kamu gak tau, semakin bagus buat kamu" kataku.

"kenapa gitu? kenapa aku gak boleh tau? aku kan istri kamu" ujar Clara.

"justru karena kamu istriku, kamu bisa bahaya, gak ngerti juga?" ya ampun.... apa aku harus mengulang setiap perkataanku? benar-benar membuang waktu.

"makanya, karena aku istri kamu, aku pengen tau semua tentang kamu, kenapa ada orang jahat yang ngincar kamu, dan aku gak peduli kalo kekepoanku itu nyelakain aku, lagian.... aku yakin, kamu bakal lindungi aku kaya tadi malem, iya kan?" kata Clara. aku menelan ludah mendengar itu. Clara mengucapkannya tanpa ragu dan dengan senyumnya yang tulus, atau barangkali terlihat tulus, aku tidak yakin dengan itu. aku menghela napas.

"go, siapin mobil, kita pulang sekarang!" seruku tanpa memedulikan Clara. melindungi katanya, tidak buruk juga, setidaknya sampai tujuanku menikahinya tercapai.

kami pulang dengan mobil Diego, sepanjang perjalanan Clara hanya diam dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. marah mungkin, atau sedih? atau kecewa? entahlah, tidak jelas.

"kamu masuk dulu dan langsung istirahat di kamar..."

"gak usah protes" tambahku ketika Clara hendak berbicara. Clara memasang tampang tidak senang.

"emang kamu mau kemana? kamu kan juga sakit, harusnya kamu juga istirahat" protesnya.

"masih banyak urusan yang harus aku selesiin, sana pergi" usirku.

Clara pergi dengan mengehentak-hentakan kakinya kesal dan menggerutu tidak jelas.

"kita turun ke basement sekarang" kataku pada Diego yang sejak tadi di dekatku. dia berjalan mengikutiku menuju basement untuk pertemuan dengan sebagian anak buahku. setelah kedatangan Clara, hanya basement dan rumah pelayan, tempat yang tidak terjangkau oleh Clara di Vila ini.

"Dave, gue mau omong bentar sebelum apel" Kata Diego.

"apa?" tanyaku.

"mengenai clara" Kata Diego, dia agak ragu.

"kenapa clara?" Tanyaku.

"kayanya.... dia.... mulai suka sama lo" Deg, jantungku serasa berhenti untuk sepersekian detik, secara reflek kakiku berhenti melangkah. Dia, menyukaiku? tidak dapat dipercaya.

avataravatar
Next chapter