21 dave.pov

hari yang melelahkan, hanya beberapa hari meninggalkan pekerjaan aku merasa lelah seharian bekerja. kalau dipikir-pikir sepertinya pekerjaanku dulu lebih menyenangkan dibanding yang sekarang, dulu aku tinggal menggunakan ototku, sekarang aku harus menggunakan otak dan terkadang juga otot jika diperlukan. melelahkan, tapi setimpal dengan apa yang kudapat, walaupun sama sekali tidak membuatku merasa puas. tapi memang itulah manusia, setiap satu target tercapai maka akan ada target-target lainnya yang ingin dicapai, tidak ada kata puas.

aku sampai di vila sekitar jam satu malam, saat para penghuni mulai tidur, tidak semuanya tentu saja, selalu ada selusin pelayan dan penjaga yang harus tetap terjaga untuk menjaga keamanan. setahun terakhir ini memang hampir tidak ada penyerangan yang berarti, tapi aku tidak mau mengambil resiko adanya serangan mendadak jika harus mengesampingkan perihal keamanan. sekali terjerumus ke dunia gelap hidupmu takan pernah bisa tenang karena nyawamu bisa melayang kapanpun.

aku masuk kamarku yang sebagian lampunya masih menyala, sepertinya clara belum tidur, tapi aku tidak melihatnya di dalam kamar. samar-samar kudengar suara clara dari balkon. aku mendekat, dia sedang berbicara di telephone dan sepertinya tidak menyadari kehadiranku. aku mengamatinya, rambut dan gaun tidur bunga-bunganya berkibar tertiup angin, jika dilihat dari belakang dan mengenakan gaun begini dia terlihat lebih anggun dan kalem.

"...iya pa,.... enggak.... bukan gitu kok, dave kan emang orang sibuk, wajar kalau lembur di kantor,..... emangnya kalo masih pengantin baru harus selalu luang ya waktunya?....." sepertinya dia menelepon papanya dan sedang membicarakanku. sialan, ternyata pasangan ayah anak itu suka menggosipiku.

perlahan aku mendekati clara yang masih asik mengobrol. lalu....

"kamu bisa masuk angin kalo berdiri disini terus" ucapku sambil memeluknya dari belakang. bukan bermaksud apa-apa, aku hanya ingin mengejutkannya karena dia telah membicarakanku di belakangku. dan benar, dia terkejut dengan apa yang kulakukan, perlahan dia memutar kepalanya dan menatapku, meskipun agak gelap aku tau wajahnya memerah. yah.... wajar juga mengingat dia begitu polos dan tidak pernah mendapat perlakuan seperti ini dariku.

"kamu kapan pulang?" tanyanya gugup.

"baru aja, kenapa belum tidur? nungguin aku? maaf ya buat kamu nunggu semalem ini...." ujarku dengan nada lembut yang sengaja kubuat supaya papa mertuaku mendengarnya, aku tidak mau membuat image ku jelek di hadapan targetku. wajah clara makin merah, antara malu dan marah jadi satu, lucu sekali.

"siapa yang nungguin kamu? aku cuma lagi...." matanya terbelalak, sepertinya dia baru ingat sedang menelepon papanya, dan itu membuatnya tampak makin malu. dia kembali mendekatkan telinganya di hp nya.

"pa, dave udah pulang, udah dulu ya pa" ujarnya dengan agak panik lalu buru-buru mematukan panggilannya sebelum papanya sempat mengatakan apapun.

clara kembali menatapku, kini dengan melotot.

"kamu ngapain sih ngagetin kaya gini?" tanyanya.

"biar papamu tau kalo aku perhatian sama putri kesayangannya" jawabku santai.

"lepasin gak?!" ucapnya, terdengar seperti ancaman.

"kalo gak mau gimana?" tanyaku. dia membuang muka ke arah lain.

"ya.... ya gak gimana-mana sih, cuma mungkin kita berdua akan sama-sama pegel berdiri kaya gini terus" ujarnya, lucu sekali. dia sadar kalau dia sama sekali tidak bisa mengancamku dan hanya bisa menggunakan alasan yang tidak bermutu seperti itu. benar-benar pasrah dan menyedihkan. niatnya begitu terpuji dan mulia, ingin menjadi istri yang baik untukku dengan selalu berusaha melakukan apa yang kusuruh dan menunjukan perhatiannya padaku meskipun sebenarnya dia tidak terlalu suka dengan itu.

"oh.... kamu minta dipeluknya sambil tiduran ternyata" ucapku, aku sengaja menggodanya. matanya terbelalak terkejut, apalagi setelahnya aku mengangkat tubuhnya. dia memekik kaget.

"kamu mau ngapain?" tanyanya begitu panik.

"bawa kamu ke ranjang biar gak capek" jawabku lalu membawanya masuk kamar dan menurunkannya di ranjang. wajahnya memerah ketika aku menahan berat tubuhku dengan bertumpu pada kedua tanganku yang berada disisinya setelah terlebih dahulu melepas jasku dan mengendorkan dasiku.

"ka.... kamu mau ngapain?" tanyanya gugup.

"menurut kamu?" tanyaku balik.

"em.... ngapain ya? aku gak tau, aku gak bisa baca pikiran kamu" bodoh. aku tau apa yang sedang dipikirkannya tentangku sekarang, tapi berpura-pura tidak tahu karena ketakutan.

"dasar bodoh, kamu pura-pura gak tau padahal aslinya tau. jangan kepedean, aku sama sekali gak nafsu sama kamu, gak usah takut kaya gini" ujarku lalu menyingkirkan tubuhku darinya. dapat kulihat raut lega diwajahnya.

"habis kamu kaya gini, aku kan jadi salah paham...." ujarnya sambil bangkit duduk. lalu tanpa kuminta dia melepas dasi dan kemejaku.

"kamu lumayan famous juga ya di kalangan ibu-ibu" kata clara.

"maksudnya?" tanyaku.

"ya famous, terkenal, sering jadi bahan gosipan gitu" jelasnya.

"kamu tadi ngobrol sama warga sini?" tanyaku. dia mengangguk.

"apa yang digosipin merrka tentangku?" tanyaku. sebenarnya aku tidak terlalu peduli apa kata orang tentangku. tapi kalau sampai ada yang berbicara suatu hal mencurigakan tentangku tetap harus diwaspadai. aku tidak akan kaget jika ada mata-mata dari kelompok lain diantara warga sini.

"bukan hal buruk kok, aku baru tau kalo kamu tu sebenarnya baik. kenapa kamu gak nunjukin sifat aslimu dan singin kaya gini?" tanya clara. baik? apa aku tidak salah dengar? mana dari diriku yang mencerminkan kebaikan?

"kamu pikir aku baik?" tanyaku.

"iya, kamu peduli sama orang-orang sekitar sini, kamu ngasih mereka pekerjaan, kurang baik apa coba?" kata clara. aku tertawa pahit.

baik? apa yang kulakukan selama ini adalah kebaikan? aku hanya memanfaatkan orang-orang untuk mencapai tujuanku. aku hanya membuat mereka merasa berhutang harta dan budi padaku agar bisa kutagih ketika di butuhkan. ketika seseorang berhutang budi, orang itu akan berusaha sebisa mungkin melunasinya dengan cara apapun. tidak ada niat membantu sama sekali dari semua tindakanku itu.

"kamu berpikir terlalu jauh clara, aku gak baik sama sekali. kamu menganggapku baik cuma dari perkataan orang-orang, kamu gak pernah liat sisi terburukku" kataku sambil berdiri. clara menatapku dengan ekspresi yang sulit untuk dijelaskan.

"apa kamu mau nunjukin sisi itu biar aku tau siapa kamu sebenarnya?" tanya clara.

"kamu serius mau tau siapa aku?" tanyaku balik. clara mengangguk yakin. aku tersenyum miring.

"kamu akan tau kalo emang udah waktunya" kataku.

ya, saat itu tiba dia akan tau siapa aku sebenarnya dan saat itu juga dia akan tau kalau waktu matinya telah tiba.

avataravatar
Next chapter