webnovel

Usaha Melarikan diri.

Seorang wanita sedang berlari dengan beberapa orang pria yang mengejarnya dibelakang. Wanita itu menerobos keramaian orang yang baru saja keluar dari sebuah bus. Ia terjatuh dan dengan susah payah berdiri namun belum sempat ia berdiri, pria yang mengejarnya sudah menangkapnya.

"Lepaskan aku, aku mohon!" rengek wanita itu pada pria yang baru saja menangkapnya.

Semua orang yang baru saja turun dari bus hanya memandangi wanita itu dengan tatapan iba. Mereka hendak menolong namun tidak berani ketika melihat penampilan pria sangar yang menangkapnya.

"Aku mohon, siapapun tolong aku!" teriak Wanita itu kepada semua orang, berharap ada yang iba dan mau menolongnya. Namun tidak ada satupun yang berani menolongnya, terlebih ketika pria sangar itu mulai membuka suara.

"Dia adalah pasien rumah sakit jiwa yang harus dibawa segera karena sudah melukai beberapa orang!" ujar pria sangar itu sambil terus mencengkeram tangan wanita muda itu dengan keras. Mendengar penuturan pria sangar itu, semua orang pun mengabaikan wanita muda itu.

"Tolong Lepaskan aku, aku mohon!" pinta wanita itu lagi.

"Diam!" kata pria sangar penuh penekanan.

Pria sangar itu membawa wanita muda masuk ke dalam sebuah mobil minibus berwarna hitam. Di dalam mobil wanita muda yang malang itu segera diikat dan mulutnya dilakban.

"Kau sangat merepotkan, Laluna. Sudah berapa kali aku katakan jangan pernah melarikan diri tapi kau tidak pernah mendengarkan perkataanku!" tukas pria sangar itu.

Wanita muda yang dipanggil Laluna itu berusaha berontak dengan menghentak-hentakkan kakinya, namun tiba-tiba pria sangar itu segera menyuntikkan sebuah cairan ke tubuh Laluna dan perlahan pemberontakan yang dilakukan Laluna itu berakhir sia-sia.

Mobil berhenti tepat di depan sebuah rumah mewah dengan desain klasik. Laluna yang tak sadarkan diri itu dibawa keluar dari mobil, ia digendong layaknya karung beras oleh pria sangar yang tadi menangkapnya, Sementara rekan pria sangar itu mengikuti dari belakang.

Di dalam rumah sudah ada seorang pria berdiri dengan tangan dipinggang. Mendengar derap langkah masuk ke dalam rumahnya, ia berbalik dengan wajah penuh harap.

"Kalian berhasil, hahaha!" Pria itu tertawa seraya bertepuk tangan melihat anak buahnya yang berhasil menangkap Laluna.

"Bawa dia masuk ke kamarku!" tukas Pria yang bersikap seperti Bossy tersebut.

Laluna dibawa masuk ke dalam kamar dan dibaringkan diatas ranjang yang cukup lebar dengan motif ukiran kerajaan. Pria sangar yang sebelumnya menangkap Laluna, berlalu menghadap pada majikannya.

"Aku memaafkan keteledoran kalian kali ini, namun jika sampai hal ini terulang lagi, maka aku tidak akan segan-segan memotong kepala kalian!" ujarnya dengan nada mengancam.

Setelah mengatakan itu, pria dengan tatapan intimidasi itu segera masuk ke kamar dimana Laluna sedang tertidur.

Pria itu mendekati tempat tidur dengan tatapan yang tidak lepas dari wajah Laluna. Ia duduk di sisi Laluna sambil membelai lembut wajah cantik Laluna khas orang Timur Tengah. Ia meraih tangan Laluna, menggenggamnya erat hingga buku-buku kukunya memutih.

"Kau tidak akan pernah lepas dariku karena kau hanya milikku, Sayang!" suara rendah itu terdengar begitu menakutkan dibandingkan teriakan keras yang menantang. Terlebih jika ada seseorang yang melihat ekspresi wajahnya, bisa dipastikan aura menakutkan itu bisa membunuh orang yang menatapnya.

Pria itu adalah Carlos Aiden, seorang pengusaha terkenal dan ternama di Los Angeles yang bergerak dibidang pertambangan, minyak dan juga baja. Dan Laluna, dia adalah seorang wanita yang sangat Carlos cintai. Ia menikahi Laluna secara sepihak karena keluarga Laluna memiliki hutang yang cukup besar.

Carlos datang bak pahlawan yang ingin menyelamatkan keluarga Laluna, namun siapa sangka jika Carlos memiliki maksud tersembunyi dibalik kebaikannya itu. Setelah melunasi semua hutang keluarga Laluna, ia pergi membawa Laluna ke rumahnya dan hingga saat ini Laluna tidak pernah kembali lagi ke keluarganya.

Laluna menjadi tawanan Carlos, ruang lingkup yang dibatasi, tanpa telepon, tanpa internet, tanpa alat elektronik lainnya yang bisa terhubung dengan dunia luar. Ia begitu menderita, kesehariannya hanya berteman dengan para pelayan dan hewan-hewan peliharaannya. Walau hidup dalam kemewahan, semua kebutuhan dipenuhi, apapun akan dituruti, namun Laluna tak merasa bahagia. Ia hidup dalam kehampaan dan ingin bebas. Hingga akhirnya hari ini ia nekad melarikan diri dari istana mewah yang telah memenjarakannya selama bertahun-tahun itu. Namun sayangnya usaha yang dilakukan Laluna gagal karena Carlos memiliki banyak anak buah yang siap mengejar Laluna jika Laluna berani melarikan diri darinya.

Laluna tersadar, kepalanya berat dengan tubuh yang terasa sakit. Ia membuka matanya perlahan, menarik nafas pelan dan berharap jika kini ia sudah berada di tempat lain. Namun ketika ia melihat warna ruangan yang ada disekitarnya, ia sadar bahwa ia masih ditempat yang sama. Laluna menelan salivanya kasar, membuang perasaan kesalnya karena tidak bisa melarikan diri dari istana mematikan itu.

"Kau sudah sadar, Sayang?!" Terdengar suara berat menyapa Laluna. Laluna menoleh dan melihat Carlos sedang berdiri sambil memegang sebuah sabuk pinggang berwarna hitam. Laluna mulai mengepalkan tangan, karena kini nerakanya akan dimulai.

Carlos berjalan mendekati Laluna, tersenyum penuh sarkas kepadanya lalu duduk di sisi Laluna. Carlos mengulurkan tangan, menyentuh pipi mulus Laluna yang tanpa cela itu. Ia kembali tersenyum pada Laluna, namun hal inilah yang membuat Laluna takut.

"Buka bajumu, Sayang!" ujar Carlos penuh intimidasi.

Laluna menggelengkan kepalanya, menggigit bibir bawahnya untuk menutupi rasa takut yang kini menjalar diseluruh tubuhnya.

"Baiklah jika kau tidak mau!" Carlos kembali berdiri, menyingkap selimut yang menutupi Laluna dengan kasar lalu mengangkat tangan melayangkan sabuk pinggang yang sedari tadi ia pegang.

Laluna menjerit ketika sabuk pinggang itu berhasil menyentuh kaki mulusnya yang tanpa pelapis apapun. Ia menangis dalam diam, menikmati rasa sakit itu lebih dalam. Saat ini, ia hanya memasrahkan hidupnya pada yang kuasa tapi ia sangat berharap jika ini adalah hari terakhirnya melihat mentari.

Carlos kembali mendekati Laluna masih dalam posisi berdiri, ia meraih dagu Laluna dengan kasar lalu mencengkeramnya kuat.

"Aku sudah bilang padamu, kau hanya milikku. Tidak ada yang bisa membuatmu jauh dariku, lalu kau masih berani melarikan diri dariku, sepertinya kau memang ingin memancing jiwa iblisku keluar!"

Lagi, Carlos melayangkan sabuk pinggang itu kepada Laluna dan kali ini mengenai paha Laluna. Laluna tidak lagi menjerit, ia kembali menahannya seolah hal tersebut sudah biasa ia rasakan.

Kali ini Carlos tak banyak bicara, namun tangannya yang bicara. Berkali-kali sabuk pinggang itu mengenai tubuh Laluna hingga akhirnya mengeluarkan darah segar dari kulit putihnya. Melihat darah segar yang mengalir, barulah Carlos menghentikan aksinya.

"Kau senang, bukan?" tanya Carlos pada Laluna.

Laluna hanya diam, tak menjawab sepatah katapun. Bagaimana tidak, rasa sakit itu lebih menyita perhatiannya dibandingkan kata-kata menjijikkan yang diucapkan Carlos.

Laluna merasa hukumannya sudah selesai karena Carlos telah meletakkan sabuk pinggang yang ia pegang. Namun pada kenyataannya ia salah, kali ini Carlos menghukumnya lebih dari yang ia bayangkan.

Carlos menggendong Laluna dengan lembut, menbawanya ke sebuah ruangan kecil yang ada di sudut kamar mewah itu.

"Sekarang kita mandi!"