webnovel

Ditolong Orang Baik.

Laluna berhasil keluar dari rumah sakit dengan selamat. Kini ia tengah kebingungan karena tidak tahu harus pergi kemana. Laluna tidak memiliki uang, ia juga tidak mengenal siapa-siapa pun di sini. Alhasil seharian ia hanya bisa berjalan sambil menahan rasa sakit akibat luka yang ada ditubuhnya.

Hari semakin menggelap, namun Laluna belum juga tahu tujuannya akan kemana. Ia semakin bingung, ditambah rasa sakit yang semakin menyiksa tatkala keringat yang mengalir dari tubuhnya mengenai bekas luka yang ia terima dari Carlos tadi malam. Belum lagi kini ia yang harus menanggung rasa lapar karena belum memakan apapun sedari tadi pagi.

Saat Laluna sedang kebingungan, mobil minibus hitam berhenti di seberang jalan. Dan pada saat bersamaan Laluna menoleh ke arah mobil tersebut hingga nampaklah Robert yang tengah berusaha menyeberang untuk menangkapnya.

Laluna segera melarikan diri menjauhi Robert. Namun sayangnya ia nyaris tertabrak oleh sebuah mobil yang tengah melintas. Mobil itu berhenti, dan Sang pemilik mobil turun untuk memastikan keadaan Laluna. Namun belum sempat itu terjadi Robert sudah mendapatkan Laluna.

"Arrghhh ...," pekik Laluna dengan keras saat Robert menjambak rambutnya dengan kasar.

Pria yang baru saja turun dari mobil tersebut kebingungan dan mencoba melerai keduanya tapi Robert segera mengacungkan jari telunjuknya ke wajah pria itu. Pria itu tidak tinggal diam, ia mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya dan mengarahkannya kepada Robert.

Robert yang mendapatkan ancaman dari pria asing itu tanpa sengaja melepaskan cengkeraman tangannya dari rambut Laluna hingga akhirnya Laluna berlari dan bersembunyi dibalik pria asing yang tengah mengarahkan pistol ke arah Robert tersebut.

"Saya polisi resort kota." Pria itu kembali memberikan sebuah tanda pengenal keanggotaannya kepada Robert hingga membuat nyali Robert sedikit menciut dikarenakan kini banyak mobil yang berhenti dan memperhatikan mereka.

"Pak, dia adalah kekasih saya. Kami bertengkar dan dia melarikan diri dengan meninggalkan masalah!" ujar Robert bersandiwara.

Laluna yang bersembunyi di balik punggung polisi muda itu segera membantahnya.

"Tidak, aku bukan kekasihnya. Dia adalah anak buah orang yang menyekapku selama ini. Dia ingin membawaku kembali karena aku melarikan diri dari rumah itu!" kata Laluna dengan lantang. Ia mencoba segala cara agar Robert tidak membawanya kembali pada Carlos.

"Dia berbohong, Pak. Dia baru saja keluar rumah sakit jiwa dan membuat ulah dengan mengatasnamakan saya. Tolong Pak Polisi jangan mempercayainya!" tukas Robert yang tak ingin kalah dari Laluna.

"Tidak, Pak. Dia berbohong!" lirih Laluna dengan nafasnya yang tercekat.

Polisi yang merasa masalahnya cukup serius segera menoleh pada Laluna dan kemudian berkata, "Masuklah ke dalam mobilku!" titahnya pada Laluna.

Laluna tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia segera berlari masuk ke dalam mobil Polisi muda tersebut.

"Jika anda merasa bahwa anda benar, tunjukan semua buktinya dan bawa ke kantor polisi bagian selatan. Selama semuanya belum jelas, maka wanita ini akan berada dalam perlindungan Polisi setempat!" tukas Polisi muda itu pada Robert.

Robert tak bisa melakukan apa-apa karena kini keadaan semakin menyulitkannya ketika beberapa dari pengguna jalan mengangkat ponsel mereka masing-masing dan mengabaikannya. Ia pun hanya bisa menghindar dan membiarkan Laluna pergi bersama polisi tersebut. Melihat Robert yang menjauh darinya, Polisi muda itu segera menurunkan senjatanya dan bergegas kembali ke dalam mobil.

Laluna bernafas lega karena berhasil terlepas dari Robert walau kini keadaannya juga tidak terlalu baik, namun setidaknya ia merasa aman karena berada di tempat tepat.

Laluna berlalu dibawa oleh Polisi Muda itu dengan mobilnya. Polisi Muda itu mengambil botol air mineral yang ia ada di pintu mobilnya, memberikan pada Laluna dan berkata, "Minumlah!" ujarnya pada Laluna.

Laluna yang memang sudah kehausan karena terlalu lama berjalan tanpa tujuan segera meraih botol air mineral yang diberikan Polisi Muda itu kepadanya dan menenggaknya hingga tandas.

"Saya Daniel, petugas kepolisian setempat. Siapa namamu?" tanya Polisi Muda itu pada Laluna.

"Laluna," jawab Laluna seraya mengatur nafasnya yang masih satu dua. "Laluna Sky," lanjut Laluna kemudian.

"Apa hubunganmu dengan pria tadi? Apa benar dia kekasihmu?" tanya Daniel pada Laluna.

Laluna menggelengkan kepalanya dengan cepat seraya mengibaskan tangan ke kanan dan ke kiri.

"Bukan, dia adalah pengawal kepercayaan Carlos. Dia diutus Carlos untuk menangkapku!" tukas Laluna seadanya.

Daniel sedikit bingung mendengarnya. "Carlos? Siapa dia?" tanya Daniel memastikan.

Laluna terdiam sejenak, bingung harus menjelaskan duduk permasalahannya dari mana.

"Maaf, seharusnya saya menanyaimu di kantor polisi. Tapi sebelum ke sana, saya harus memastikan bahwa saya tidak sedang menyelamatkan orang yang salah!" kata Daniel menjelaskan.

Laluna menundukkan kepalanya, menarik nafas sejenak, mengumpulkan semua keberanian yang ia punya untuk mengungkapkan apa yang sudah menimpanya beberapa tahun terakhir ini, karena ia tahu Carlos bukanlah orang sembarangan yang bisa ia kalahkan hanya dengan alibi yang ia berikan. Laluna pun menjelaskan semuanya dari awal ia bertemu Carlos hingga Carlos membantu keluarganya sampai pada Carlos yang menyekap dan menyiksanya serta menjadikan dirinya budak nafsu yang tak manusiawi.

Daniel yang mendengar hal tersebut sedikit terkejut karena tak menyangka wanita muda seperti Laluna sudah mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan seperti itu dari seorang pria. Fisik dan batin Laluna sama tertekannya, namun Daniel cukup bangga karena Laluna memberanikan diri untuk melawan dan memperjuangkan masa depannya.

"Tenanglah, saya akan membawamu ke kantor polisi dan menindaklanjuti masalah ini," ujar Daniel menenangkan Laluna yang sedang menangis mengingat semua penderitaan yang dialaminya.

Mobil berhenti tepat di depan kantor polisi. Daniel keluar dan meminta Laluna untuk turun, namun belum juga ia memasuki kantor polisi, mobil-mobil anak buah Carlos sudah ada dihalaman kantor polisi.

Laluna menahan lengan Daniel, membuat Daniel menghentikan langkahnya seketika.

"Kenapa?" tanya Daniel bingung.

"Tiga mobil yang berjajar itu adalah mobil anak buah Carlos," jawab Laluna menjelaskan.

Daniel mengikuti arah jemari Laluna yang menunjuk pada halaman parkir kantor polisi. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya kecil.

"Jangan takut, saya akan menanganinya!" kata Daniel kembali menenangkan Laluna dan menarik lengan Laluna untuk pergi bersamanya.

Baru satu langkah memasuki kantor polisi, deretan pria berbadan besar sudah berdiri menghadang jalan mereka. Pria-pria itu menatap tajam dan garang pada Laluna dan Daniel secara bergantian. Laluna yang sudah diliputi rasa takut dan trauma, bersembunyi dibalik bahu lebar Daniel.

"Bisakah kalian memberikan kami jalan, ini kantor polisi bukan terminal. Jadi bersikaplah dengan benar!" kata Daniel sambil menyingkirkan seorang pria yang menghadang jalannya.

Daniel melangkah, namun langkahnya terhenti ketika pundak Laluna dipegang salah satu pria-pria kekar anak buah Carlos itu. Daniel pun murka hingga menarik tangan pria itu dengan kasar dan berkata, "Dia adalah tanggungjawabku, jika kau berani menyentuhnya maka aku akan bertindak sebagaimana mestinya seorang petugas kepolisian. Dan aku beritahu satu hal padamu, di luar sana sudah ada beberapa awak media yang bisa dengan cepat mengambil gambar dan menyebarluaskannya ke media sosial!" kata Daniel menakut-nakuti pria kekar tersebut.

Pria kekar anak buah Carlos tersebut hanya bisa melepaskan Laluna seperti yang diharapkan Daniel, melihat hal tersebut Daniel pun berlalu sambil berkata di dalam hati, "Ternyata badan besar tidak menentukan besarnya otak berjalan. Digertak sedikit saja sudah takut, heh!"