prosesi ritual di mulai, eden berjalan menuju altar doa untuk menghadap pada sri isaac xavier yang akan memberikan semacam doa supaya eden bisa melanjutkan prosesi menuju danau suci dengan selamat.
altar terletak di luar kuil, tepatnya berada di samping kanan kuil dan tak jauh dari danau suci berada.
danau suci adalah tempat yang tidak bisa dilihat oleh sembarang orang, hanya orang yang telah selesai mengikuti prosesi ritual lah yang mampu melihat dan masuk ke dalamnya.
dapat dikatakan bahwa danau suci berada pada dimensi lain dari manusia biasa.
kini eden hampir sampai, tampak para pendeta, biarawati, dan para penghuni yang tinggal di asrama kuil berbaris rapih menyaksikan prosesi dengan penuh khidmat tak terkecuali louise yang juga turut menyaksikan dari kejauhan tepatnya di sebuah pilar-pilar kuil.
sri isaac xavier meminta eden menutup mata selama ia berdoa, tujuannya agar ketika membuka mata nanti eden bisa segera melihat sebuah pintu menuju danau suci.
eden menuruti perintah sri isaac xavier dengan segera memejamkan matanya, prosesi pun selesai, eden lantas membuka mata, ia lantas melihat sekitar untuk menemukan letak pintu atau jalan menuju danau suci.
tak berselang lama sebuah cahaya muncul dan hanya eden yang dapat melihat cahaya tersebut, ia pun segera mengikutinya.
para hadirin yang hadir menyaksikan pun menyadari bahwa eden sedang di tuntun menuju pintu danau suci, mereka pun tak ingin menyianyikan momen tersebut dan lantas segera berjalan mengikuti eden.
rasa penasaran menuntun mereka sampai ke pohon suci disanalah eden berdiri, untuk memastikan yang ia lihat adalah benar eden pun menoleh dan mencari dimana sri isaac xavier berada.
ia melihatnya lantas seolah memberi kode pada sri isaac xavier yang di balas dengan anggukan, eden kemudian menyentuh cahaya tersebut dan sebuah lorong tanpa pintu muncul membuat semua orang terkejut, tak semabarang orang dapat melihat danau suci karena itulah kini mereka semakin percaya bahwa eden memang orang yang spesial.
sebelum masuk, tak lupa seorang pelayan memberikan obor untuk menerangi jalan eden masuk hingga sampai ke danau suci, tak lupa ia pun berpamitan dengan menundukan sedikit kepala lalu melangkah masuk.
rasa lega sekaligus khawatir terpancar jelas dari raut wajah orang-orang yang menyaksikan, karena ujian sesungguhnya telah menanti eden di dalam danau tersebut, pertarungan melawan diri sendiri dimana semua akan terungkap disana.
bagi eden ini merupakan kesempatan yang baik untuk memulai perjalanannya sebagai kesateria terpilih dan sebelumnya tak ada yang memberitahu mengenai hal ujian melawan diri sendiri dalam danau suci, eden hanya tahu bahwa danau suci dapat mengembalikan ingatan padahal bukan itu inti dari serangkaian ritual yang ia jalani.
'apakah masih jauh?'
ucap eden dalam hatinya sembari meraba dinding lorong yang lembab dan berlumut, eden sempat merasa ragu dan takut karena lorong yang ia masuki seperti tak memiliki ujung namun disisi lain ia tak boleh menyerah begitu saja.
berbekal obor yang diberikan oleh seorang pelayan dan juga keinginannya untuk segera mengembalikan ingatan edenpun semakin meneguhkan tekadnya untuk terus melangkah maju apapun yang terjadi.
'cahaya'
ucapnya lagi seperti melihat sesuatu yang berkilauan dihadapannya, ia pun bergegas untuk lebih mempercepat langkahnya agar segera sampai pada cahaya itu dan benar saja, eden telah sampai pada sebuah pemnadangan tak biasa.
ia tak mengira bahwa danau suci terlihat seindah ini, dikelilingi tanaman hijau dan juga pemandangan bukit-bukit yang menjulan tinggi dari kejauhan, seperti sebuah laguna dipadang pasir tempat itu begitu menakjubkan.
eden tak sendiri disana melainkan banyak burung dan juga hewan mamalia kecil seperti kelinci yang beradai di rerumputan juga rusa-rusa yang berlarian, eden berdecak kagum terhadap apa yang ia lihat, tak berlama-lama eden segera mendekati danau lalu perlahan masuk agar bisa segera menyelesaikan ritualnya.
air danau begitu jernih dan tenang sehingga ketika kaki eden perlahan masuk membuat air sedikit goyah, kini debit air sudah mencapai bahunya, eden perlahan memejamkan mata agar air danau segera bekerja menunjukkan kebenaran.
10 menit berlalu tak ada hal yang terjadi, eden segera membuka matanya,
"tidak, bukan begini caranya, lalu aku harus bagaimana?"
ucapnya pada diri sendiri yang bingung karena tak ada hal berarti terjadi setelah beberapa lama tubuhnya masuk ke dalam danau.
"apakah harus nya hanya sebagian tubuh saja? ahhh tidak.. tidak"
ucapnya kembali sambil menggelengkan kepala tak yakin dengan apa yang ia ucapkan
"ahaaa... pasti seluruhnya, aku harus menyelam"
ucapnya kini semakin yakin dengan apa yang harus ia lakukan, lalu mulailah eden menyelam dan mulai menikmati airnya.
tubuhnya begitu tenang melayang di dalam air dan benar saja tak berselang lama pusaran air kecil mulai melingkar-lingkar pada tubuh eden, ia sedikit sadar namun tetap diam membiarkan air di danau suci bekerja, kini tubuhnya telah dikuasai oleh danau suci sepenuhnya seolah eden telah terhipnotis.
***
orang-orang yang hadir menyaksikan eden kini satu persatu pergi kembali menjalani aktivitasnya karena untuk menyelesaikan puncak dari ritual membutuhkan waktu yang tidak sebentar namun masih ada beberapa orang yang tetap menunggu hingga eden kembali karena mereka begitu penasaran akan prosesi yang sedang dijalani eden saat ini di danau suci.
beberapa orang diantaranya yang masih menunggu adalah chris dan cecilia, mereka memilih untuk duduk dan berteduh di bawah pohon suci sembari berdoa agar eden bisa keluar dengan ingatan yang pulih seutuhnya.
selain itu ada juga louise yang masih setia menanti diantara pilar-pilar kuil, ia berdiri sendiri dan fokus memperhatikan pohon suci, namun secara tiba-tiba seseorang menghampiri louise, dia adalah liliana yang datang menyapa.
tak seperti biasa hanya berbasa-basi kali ini liliana seolah serius ingin memberitahukan sesuatu pada louise namun sapaan liliana sama sekali tak ditanggapi oleh louise.
"hormat hamba pada raja louise, semoga anda selalu dalam lindungan dewi"
liliana mengucapkan salam dengan lemah lembut namun louise bersikap acuh akan salam dari liliana.
pada dasarnya liliana merupakan seorang wanita keras kepala dengan tekad yang kuat sehingga penolakan sesering apapun tak membuatnya gentar bahkan meski harus kehilangan harga diri ia akan tetap mempertahankan tekadnya yaitu bila ia sendiri tak bisa menduduki kursi ratu maka eden pun tidak, seolah tiada henti liliana berusaha merusak hubungan keduanya.
"sebenarnya hamba ingin mengingatkan bahwa pada dasarnya raja terdahulu turut andil dalam penutupan kasus orang tua eden"
ucap liliana dengan nada santai namun tatapan tajam tertuju pada louise
"kau tak perlu sampai repot karena dia sudah mengetahuinya"
jawab louise ketus
"pasti yang mulia belum paham, maksud hamba adalah hal lain tetapi hamba menghargai penolakan yang mulia terhadap hamba.. semoga yang mulia senantiasa diberi kesehatan dan juga kebahagiaan, hamba permisi dulu"
liliana mengucapkan salam perpisahan lalu pergi meninggalkan louise, sedangkan louise menoleh sinis kearah liliana, ia sendiri tak mengerti dengan hal yang dimaksud oleh liliana namun mengabaikannya begitu saja.
setelah waktu lama berlalu eden tak jua muncul kembali, louise menjadi khawatir terhadap prosesi puncak yang sedang dijalani oleh eden begitupula chris dan cecilia yang juga menjadi khawatir akan keadaan eden.
***
kini eden sedang terombang-ambing melayang di dalam danau, tubuhnya tampak lemas dan kini ingatannya sudah mulai pulih seutuhnya, semua kebenaran dan bahkan fakta yang tak ia ketahui mengenai orang disekitarnya kini mulai terungkap.
termasuk fakta yang tak ia ketahui sepenuhnya mengenai anna lewis dan adam lewis yang tergambar jelas ditunjukkan oleh danau suci, dalam benaknya semua puing-puing kejadian masa lalu telah terkempul menjadi satu bahkan fakta bahwa rosemary masih memiliki hubungan kekerabatan dengan kerajaan terutama dengan raja terdahulu.
"zzrraaaaasshhhhhhhhh..."
air yang tadinya melingakr pada eden perlahan terlepas membuat eden sadar dan membuka mata, ia segera naik ke permukaan dan mengatur nafasnya
haaaaaaaahhhhhh..... haaaaaahhhhhh.... haahhhhhhh"
"uhhuuuukk... uhhuukkkk... "
dengan sedikit terbatuk-batuk eden pun menuju tepian danau untuk duduk dan masih terus mengatur nafasnya.
"pantas saja raja terdahulu tidak benar-benar ingin menangkap pembunuh ibu"
dadanya bergetar masih tak percaya dengan kebenaran yang ia lihat, kini jari-jari tangannya juga ikut bergetar hebat dan eden berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"bukan ini yang ku inginkan"
ucap eden dengan nada suara tak teratur merasa semakin gugup dan tak tenang.
"eden"
suara seseorang memanggilnya, spontan eden menoleh ke arah sumber suara berasal, seseorang berjalan dari semak-semak menuju arah eden.
rasa penasaran akan seseorang yang memanggilnya membuat eden pun berdiri dan mendapati seorang wanita asing yang tak pernah ia temui sebelumnya, wanita dengan rambut hitam mengenakan dress juga lipstick yang ia kenakan berwarna merah menyala, jika diperhatikan si wanita memiliki tahi lalat di bawah bibir sebelah kiri mengingatkan eden akan sesuatu.
pikirannya kembali fokus pada si wanita
"siapa kau?"
tanya eden dengan penuh kewaspadaan bahkan ia telah bersiap mengeluarkan panahnya.
"tenanglah aku tak akan menyakitimu"
ucap si wanita meyakinkan eden
"tidak semua orang bisa masuk ke tempat ini"
seru eden memastikan sosok yang ada di hadapannya itu
"kau yang membawa ku masuk"
jawabnya singkat yang tiba-tiba menghentikan langkah kakinya, jarak keduanya kini tak lebih dari 10 meter.
"kau membawa obor masuk, dan aku berada didalamnya"
'obor'
sedikit terkejut dengan jawaban si wanita
"rosemary?"
ucap eden spontan
"waahhh kau cepat sekali mengenali ku"
dengan tenang menjawab eden
"apa yang kau inginkan?"
sambil tersenyum menjawab eden lagi-lagi rosemary terlihat tenang bahkan tak merasa terancam malah seolah mengancam eden dengan gesture tenangnya itu,
"sejujurnya ini pertama kali bagi ku masuk ke danau suci, tak ku duga tempatnya akan seindah ini, seharusnya sudah dari dulu aku masuk agar aku tak menjadi orang jahat"
sambil menggerakkan satu tanggannya kedepan seolah sedang bermain-main dengan sesuatu.
"apa yang sebenarnya ingin kau katakan?!"
ucap eden sedikit marah dengan rosemary, ia menggeratkan gigi-giginya kuat dan menatap tajam ke arah rosemary.
melihat respon eden yang begitu menarik dimatanya membuat rosemary sedikit bermain-main, iapun menggunakan sihir dan menghilang membuat eden kebingungan menoleh ke kanan dan ke kiri mencari dimana rosemary perada,
'sihir'
gumam eden semakin waspada
"aku disini"
berbisik di telinga sebelah kanan eden dan membuatnya spontan menoleh namun tak menemukan apapun, kini muncul suara di sebelah kiri
"kau begitu menarik"
membuat eden menoleh ke arah kiri namun kembali tak menemukannya.
"aku selalu berpikir apakah aku harus membunuh mu sekarang atau nanti"
suara yang mengiang-ngiang di sekitar eden membuatnya menjadi bingung untuk menemukan rosemary
"tapi entah bagaimana kau selalu saja beruntung seperti ibu mu dan aku sangat membencinya, aku benci dia setengah mati hingga ingin menghancurkannya.. kau tau kenapa? karena anna lewis memiliki segalannya, bukan hanya kemampuan tapi ia juga memiliki eliot"
ucapan yang terus terdengar namun wujud rosemary tak bisa ditemukan,
"tapi hal itu bukanlah alasan yang bagus untuk membunuh ibu bahkan keluarga kami, kau memang lah orang yang jahat"
seru eden kesal akan pendapat rosemary, ia segera megeluarkan panah lalu menutup mata dan memusatkan perhatiannya.
"hahahahaa..... hahahaaa..... anak kecil sepertimu berani-beraninya menyanggah ku, kau dengarlah sebentar lagi akan hancur"
sifat angkuh terdengar jelas dari ucapan rosemary membuat eden malah semakin fokus
"ketemu"
eden segera membidik dan melepas anak panah lalu mengenai lengan kiri rosemary dan membuatnya jatuh, darah mulai menetes, rosemary berusaha menahan menggunakan tangan kanan agar tak banyak darah yang keluar.
eden pun mendekati rosemary, raut wajah yang terlihat gugup membuat eden semakin yakin bahwa rosemary hanya bisa menggunakan sihir.
"louise, dia adalah keponakan ku.. alasan kenapa raja terdahulu mencoba menahan kasus kematian keluarga lewis adalah karena aku masih memiliki hubungan darah dengan keluarga kerajaan"
ucap rosemary sambil berdiri perlahan.
mendengar hal tersebut membuat eden tiba-tiba menghentikan langkahnya, ia terpatung dengan tangan yang sedikit gemetaran, melihat sebuah kesempatan membuat rosemary berusaha untuk mengacaukan pikiran eden.
"itulah kenyataan yang sesungguhnya, pikirkanlah bagaimana kau bisa jatuh cinta dan bahkan menikah dengan keturunan dari keluarga pembunuh, bukankah itu akan melukai harga dirimu.."
rosemary kini hampir menguasai eden secara mental, ia benar-benar memanfaatkan kelemahan hati eden terhadap louise.
eden semakin gugup mendengar kata yang keluar dari rosemary namun ia berusaha memikirkan hal-hal baik dan berani menjawab rosemary.
"tahu apa kau tentang diriku, kau hanyalah seorang penjahat yang harusnya musnah!"
terlihat jelas bahwa eden sangat marah terhadap rosemary ia bahkan mengarahkan panahnya kembali menuju rosemary dan bersiap untuk membunuhnya.
dari sudut pandang eden, rosemary tak lebih dari seorang wanita lemah tak berdaya bahkan ia tak memegang senjata membuat eden menggengham erat busur panah dan melunturkan egonya.
ia pun mengurungkan niat untuk membunuh rosemary,
"pergilah"
ucap eden pada rosemary
"kenapa? bunuh saja?!"
seru rosemary yang melah balik menantang eden
eden pun memberi pelajaran pada rosemary dengan melepaskan anak panah yang menghembuskan rambut hitam rosemary.
terkejut akan tindakan eden membuat matanya terbelalak, melihat hal tersebut membuat eden tersenyum simpul,
"bukan sekarang tapi tunggulah, aku akan segera membunuhmu dengan keji bersama adam lewis"
setelah mengucapkan kata-kata kejam eden pun pergi meninggalkan rosemary sendiri.