webnovel

Lalita My Love

Lardo menarik Lalita dan melumat bibir Lalita, jangan pernah mencobanya, karena bibir ini milikku, kau mengerti. "Lalita mengangguk". "Apa.......!!!", pekik Lalita sadar dengan apa yang ia lakukan. "Lardo hanya menatap datar keterkejutan Lalita. "Bagaimana anda bisa bisa masuk ke dalam toilet wanita sir?, Lalita menoleh ke kiri dan ke kanan, bagaimana kalau ada yang melihat anda disini?, Ini perusahaanku Lalita, aku bebas berada dimanapun aku suka, Lardo mengelus bibir Lalita, aku menginginkannya lagi, Lardo menarik dagu Lalita, menyatukan bibir mereka, Lardo menghisap bibir Lalita membuat Lalita mengerang pelan. Ini benar-benar nikmat, Lardo memperdalam ciumannya Lalita merasakan jantungnya berdegub sangat kencang, kakinya lemas seakan tidak bertulang, Lardo masih melumat bibir Lalita dengan rakus, satu tangan Lardo menahan pingang Lalita, entah sejak kapan Lalita mengalungkan keduan tangannya di sekeliling leher Lardo. Ikuti gerakan yang aku lakukan di dalam mulutmu Lalita, bisik Lardo di telingah Lalita ini akan sangat nikmat sayang, Lardo mengecup rahang Lalita sebelum kembali melumat bibir Lalita dengan lebih lembut dan lambat, Lardo ingin Lalita ikut menikmati tautan bibir mereka. Uuhhhh.....Lalita mengerang lembut, Lalita ikut mencicipi bibir Lardo, bibir Lalita dengan lembut mengikuti gerakan bibir Lardo di mulutnya, lidah Lardo membelit lidah Lalita, begitupun dengan Lalita "Kau belajar dengan cepat rupanya, Lardo meraup bibir Lalita kembali mendominasi ciuman mereka, kita harus berhenti sekarang Lalita sebelum aku melakukan sesuatu lebih padamu. Lardo tersenyum melihat Lalita yang menutup matanya, mereka menarik napas dalam-dalam. Aku harus pergi sekarang, Lardo melepaskan kedua tangan Lalita, kemudian mengecup lembut bibir bengkak Lalita. Lalita masih mengatur napasnya, menatap tidak percaya pada pintu yang tertutup. Aku......pikirnya

Berliana_Manalu · Fantasy
Not enough ratings
70 Chs

Bab 13

Lalita menahan tangis saat mendengarkan penjelasan dokter Gunawan. Bagaimana bisa mas Bambang dan keluarganya melakukan hal sekeji itu pada Rita. Lalita tidak menyangka selama ini Rita menderita sendirian. Tiga tulang rusuk kiri Rita mengalami retak, kepala bagian belakang Rita mengalami trauma benturan keras ada darah mengumpal disana dan disekujur tubuh Rita penuh lebam dan memar.

Lalita menatap Rita yang sedang tertidur lelap pengaruh bius yang disuntikan dokter. Sesaat tadi Rita meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari penanganan dokter, berteriak memanggil-manggil putranya.

Lalita mengusap sayang kepala Rita. Aku akan menjagamu tidak akan ada lagi orang yang bisa menyakitimu. Kita akan bersama seperti dulu saling menjaga satu sama lain. Kita akan baik-baik saja selama kita bersama. Kamu ingat kan apa yang ayah dulu katakan, saat kita bersama badai sebesar apapun akan bisa kita lewati. Aku akan membawamu ke Jakarta, aku akan merawatmu sampai kamu pulih seperti dulu lagi, mejadi Rita yang penuh tawa dan bersinar cantik.

"Lima belas menit lagi halikopterku akan membawa kita ke Jakarta. Lardo masuk setelah melakukan panggilan telphon pada pilotnya untuk menerbangkan helikopter miliknya. Aku sudah membicarakannya pada dokter. Mereka sedang mempersiapkan semua berkas pemeriksaan Rita.

Lalita menatap bingung Lardo, anda tidak perlu repot-report sir.

"Aku tidak merasa repot sama sekali. Aku akan sangat repot kalau kau tetap di Sukabumi dan aku harus pulang pergi Jakarta-Sukabumi. Tidak ada perdebatan Lalita. Lardo menatap tajam Lalita yang ingin memprotes keputusannya. Besok aku ada banyak pekerjaan dan ada, meeting penting yang tidak bisa aku tunda. Kau dan Rita akan ikut tanpa bantahan, kau mengerti.

Lalita menghela napas panjang. Entah apa sebenarnya yang di inginkan Lardo darinya. Lalita menatap Lardo cukup lama untuk mengangumi wajah tampan Lardo dalam hati. Lardo bukan hanya sekedar tampan. Lardo sangat berkharisma, cerdas, dengan tubuh tinggi atletis, dagu yang tegas dan mata yang tajam. Wajar saja banyak wanita yang tergila-gila pada Lardo.

Bos tampannya itu sudah mencuri banyak ciuman darinya. Belum lagi saat di ruangan Direktur rumah sakit tadi. Lalita merasa ngeri sendiri membayangkannya, apa yang akan terjadi seandainya saja Direktur rumah sakit pak Gunawan tidak masuk dan menyela kegiatan panas mereka. Lalita mengipas-ngipas wajahnya.

"Berhenti menatapku seperti itu Lalita. Kau bisa membuatku lepas kendali dan aku tidak akan mempedulikan tempat kita berada sekarang geram Lardo.

Lalita mengerjap bingung. Apa lagi yang salah, apa sekarang ia juga harus minta izin untuk mengagumi ketampanan bos galaknya ini sungut Lalita. Lardo sering kali membuat Lalita bingung. Seperti ancamannya siang tadi, akan membuatnya tidak bisa berjalan. Apa Lardo berencana memukulnya atau mematahkan kedua kakinya?

"Lalita…..:. Geram Lardo mengunci tatapannya pada Lalita. Jangan memancingku sayang, bisik Lardo ditelinga Lalita aku tidak yakin bisa kuat menahan arus yang sangat kuat ini. Tatapan mendambamu akan membuat kita terkena masalah. Kali ini akan aku pastikan melakukannya sampai tuntas. Suara Lardo terdengar serak menahan gelombang gairah yang samakin kuat menerjangnya. Kejantanannya berkedut menyakitkan. "Shit….", Lardo mengumpat menahan sesak di bagian selangakannya.

Lalita terlonjak, bergerak menajauh dari Lardo. Tiba-taba Lalita merasakan sesuatu yang sangat aneh saat napas hangat Lardo menerpa kulit lehernya. Lalita merasa bulu kuduknya meremang dan ada sesuatu yang terasa mengalir hangat dari bagian tubuhnya yang paling intim. Sama seperti tadi siang saat Lardo mencumbunya di leher dan kedua payudaranya. Lalita merasa bagian tubuhnya yang paling intim terasa basah

Lalita merasakan napasnya terengah-enggah. Sesuatu yang ia tidak kenal menyelimuti perasaannya. Apa yang terjadi padaku, ada apa dengan detak jantungku?

Lardo terkekeh melihat tingkah Lalita, wajah memerah, dengan napas terengah, mata tidak pokus, bergerak gelisa di tempatnya berdiri sekarang. Wajah bingung Lalita membuat Lardo puas. Lardo tahu persis apa yang Lalita rasakan dan hal itu membuat Lardo merasa senang karena bukan hanya dirinya saja yang merasa tersika disini

Lardo masih menatap tajam Lalita. "Apa kau ingin aku membantumu?", menghilangkan perasaan tidak nyaman yang sekarang membuatmu bergerak gelisa. Lardo mengkikis jarang diantara mereka. Aku hanya memintamu percaya padaku, maka aku akan membuatmu merasa nikmat.

Lalita mendesah pelan saat napas Lardo kembali menerpa tengkuknya. "Sir...!!!"

"Aku tahu saying. Aku janji akan membuatmu kembali normal setelahnya. Lardo menjilat bagian belakang telinga Lalita, membuat Lalita mengerang pelan

"Sir.....!!"

"Nikmati sayang, ini akan membuatmu lebih baik". Lardo menurunkan resleting dress Lalita menyelipkan satu tangannya, meremas pelan satu payudara Lalita.

"Sir…..", Lalita mengeleng ia tahu ini salah. Lalita berusaha menjaga kewarasannya.

"Jangan menolakku Lalita". Nikmati Lalita ini akan membuatmu lebih baik. Lardo kembali menyelipkan satu tanganya kebalik celana dalam Lalita. "Lalita mengeleng"

Kau hanya perlu percaya padaku sayang. Setelahnya kau akan merasa lebih baik. Lardo mengecup kedua mata Lalita secara bergantian, turun ke hidung mungil Lalita, berlama-lama menatap wajah Lalita yang semakin memerah dengan napas memburu. Lardo melumat lembut bibir Lalita. Bibir ini sangat nikmat sayang, aku benar-benar ketagihan dibuatnya.

Phonsel di saku Lardo bergetar.

Shit…..shit….maki Lardo marah pada phonselnya.

"Lardo".

Sialan…."!, ada apa? Lardo berteriak

Orang diseberang sana terkekeh geli mendengar suara Lardo. Apa aku baru saja menganggu kegiatan panasmu bro?, kau kedengaran sangat marah

Lardo menatap tajam ponselnya. Kenapa kau menghubungiku?, Lardo kembali membentak, mengatur napasnya yang memburu

"Calm down bro. Aku tidak bisa menghubungi Robi, phonselnya tidak aktiv. Max tertawa geli karena berhasil membuat si killer Lardo mengamuk. Sepertinya aku benar-benar mengacau permainan panasmu bro. Apa kau sedang di ranjang bersama seorang wanita cantik. Apa itu yang membuatmu lupa dengan meeting penting hari ini.

"Shit….!!", maki Lardo. Bagaimana bisa aku melupakannya

Max mengabaikan umpatan Lardo. Dante marah besar. Seharusnya kau ada disini melihat kemarahannya. Selama mengenal Dante aku belum pernah melihatnya mengamuk separah tadi dan aku juga belum pernah melihatmu melupakan pekerjaanmu hanya karena wanita. Apa pria tua seperti kalian berdua mulai menunjukkan gejala tua kalian seperti mengalami pikun dini misalnya kekeh Max penuh sindiran

Lardo menggeram marah. "Apa kau bosan hidup Max?". Aku akan dengan senang hati mengantarmu ke neraka dengan memukul wajah tampanmu sampai tidak berbentuk maki Lardo.

Max bedecak kesal. Wajah tampanku adalah kebangaaanku tentunya setelah kejantanku yang perkasa. Kau tidak bisa melukainya bahkan hanya seujung kukupun. Max berubah serius. Rapat ditunda besok pukul 08.00 Wib di ruang pertemua Jaya Groups. Besok pastikan kau tidak lupa Lardo. Aku tidak ingin mendapat amukan Dante lagi. Kalian pria tua seharusnya berhenti bermain-main cobalah memikirkan pernikahan sebelum kalian impoten kekeh Max.

"Suatu saat nanti aku pasti akan membunuhmu Max".

"Aku takutnya kau sudah keburu mati karena perbedaan usia kita sepupu. Ha…ha...tawa Max memekakan telinga