Tentu saja hal ini membuat Bianka mengerutkan dahinya, biar bagaimanapun juga dia adalah orang yang jauh lebih tua dari Naraya, bagaimana mungkin remaja ingusan seperti dia menolak berjabat tangan dengan?
Walaupun dia adalah calon isteri Liam, seharusnya keluarga Prihadi memilih seseorang yang lebih mengetahui sopan santun agar tidak memalukan keluarga di depan umum.
Namun sesaat kemudian, sebelum Bianka yang terkenal dengan mulutnya yang pedas dan berbicara dengan blak- blakkan itu meradang, Liam meraih tangan Naraya kemudian mengulurkannya pada Bianka.
Liam menjabatkan tangan Naraya pada Bianka sementara nenek Asha mengisyaratkan dengan mengibaskan tangannya di depan matanya kemudian menggeleng.
'Dia buta?' Tanya Bianka tanpa suara sambil menatap nenek Asha dengan tidak percaya.
Nenek Asha kemudian mengangguk, mengiyakannya.
Kemudian Bianka kembali menatap perempuan muda di hadapannya ini yang tersenyum manis dengan tatapan yang kosong. Mereka masih saling menjabat tangan satu sama lain sampai Naraya berkata sekali lagi.
"Tante Bianka apa kabar?" Sapa Naraya dengan sopan dan Bianka terlambat beberapa detik untuk menjawab sapaan Naraya karena keterkejutannya.
"Oh, baik. Tante baik. Naraya sendiri bagaimana?" Bianka balik bertanya pada Naraya walaupun matanya tidak lepas memandang wajah manis di hadapannya.
"Naraya baik juga tante…" Jawab Naraya dengan lugas.
Dengan mengerutkan dahinya, Bianka mengikuti nalurinya untuk mengetahui apakah Naraya benar- benar tidak dapat melihat, maka dari itu tanpa malu, Bianka melambaikan tangannya di depan wajah Naraya.
Di sisi lain, walaupun Naraya tidak dapat melihat, tapi tentu saja dia merasakan apa yang Bianka tengah lakukan.
Dia pasti telah menyadari kalau Naraya tidak bisa melihat atau salah satu di antara Liam atau nenek Asha telah memberitahu keadaan dirinya.
Naraya berusaha untuk tidak peduli pada apa yang Bianka lakukan, tapi tetap saja hal yang dilakukan Bianka sedikit mengganggu dan menyinggung perasaan Naraya.
Sementara itu, tangan Bianka yang tengah melambai di depan wajah Naraya di tepis dengan kasar oleh nenek Asha, dengan galak nenek Asha memelototi adik sepupunya tersebut sampai ia merasa malu.
"Oke, jadi…" Bianka berdehem untuk menjernihkan tenggorokannya yang tiba- tiba terasa gatal. "Jadi hari ini Naraya mau fitting baju pengantin ya…"
"Hmm?" Naraya yang bingung hanya dapat mengerjapkan matanya, tidak tahu harus menjawab apa, kemudian dia merasakan tangan nenek Asha menggenggam tangannya.
"Naraya." Panggil nenek Asha.
"Iya nek?" Jawab Naraya dengan bingung.
"Untuk pernikahanmu dan Liam nanti, hanya akan dihadiri oleh keluarga terdekat saja, oleh karena itu kita akan membuat private party secara kecil- kecilan…" Nenek Asha menerangkan.
Rencana pernikahan Liam dan Naraya memang dilimpahkan sepenuhnya pada nenek Asha untuk mengatur segalanya sementara Amira sudah puas apabila Liam sudah menikahi Naraya. Mengenai hal lainnya dia tidak peduli.
Walaupun nenek Asha mengatakan pesta pernikahan ini hanya akan di buat secara kecil- kecilan, tapi tentu saja biaya yang akan di telan nanti akan sangat luar biasa untuk sebuah pesta 'kecil- kecilan'.
Pada awalnya nenek Asha tidak setuju apabila pernikahan Liam dan Naraya dirahasiakan, namun setelah beberapa pertimbangan akhirnya ia setuju akan keputusan bersama ini. Karena pernikahan Liam mau tidak mau akan mempengaruhi kehidupan mereka kedepannya dan juga bisnis yang sedang berjalan saat ini.
"Naraya tidak apa- apa kan kalau pernikahan ini tidak di rayakan secara besar- besaran?" Tanya nenek Asha.
Naraya kemudian menggeleng. "Naraya rasa pesta kecil- kecilan yang paling cocok untuk Naraya." Tentu saja, mengingat satu- satunya keluarga yang dia miliki hanyalah Utari, Ara dan Angga serta mbak Minah, untuk apa mengadakan pesta besar kalau dia tidak mengenal setiap tamu yang hadir?
"Nah, untuk bajunya, nenek ingin kamu mengenakan gaun pengantin yang nenek gunakan dulu saat menikah dengan kakek, apa Naraya tidak keberatan?" Tanya nenek Asha hati- hati.
Melihat sifat Naraya, tentu saja gadis ini tidak akan menolak, tapi setidaknya nenek Asha dapat melihat perubahan pada ekspressi wajahnya apabila dia tidak suka walaupun apa yang dia katakan akan berbeda.
Tanpa di duga, Naraya justru melingkarkan lengannya kesekeliling tubuh nenek Asha sambil berkata dengan penuh rasa terimakasih. "Naraya senang."
Reaksi Naraya merupakan hal yang tidak di duga oleh nenek Asha sama sekali, bahkan Bianka sempat sedikit terperangah saat Naraya melakukan hal itu, sementara Liam hanya mengangkat alisnya.
"Nenek juga senang karena kamu mau mengenakannya." Jawab nenek Asha sambil menepuk punggung Naraya.
"Oke, ayo kita masuk keruang fitting dulu." Bianka menepuk tangannya untuk mengambil perhatian Naraya dan nenek Asha yang masih berpelukan.
Setelah itu, dengan dibantu Bianka dan dua asistennya Naraya di bawa masuk ke dalam ruang fitting dan di minta untuk menanggalkan seluruh pakaiannya dan mengenakan gaun pengantin yang cukup sederhana namun tidak mengurangi keanggunannya.
Gaun pengantin tersebut berwarna putih pucat dengan hiasan brokat di bagian dadanya dengan satu warna lebih gelap dari warna dasar gaun tersebut.
Sementara bagian bawahnya terlihat menggembung karena rimple yang menjalar dari pinggul gaun tersebut hingga menyentuh lantai.
Sementara lengannya pun dihiasi brokat dengan warna yang senada dengan warna brokat di bagian dada gaun.
Bagian kerah baju tersebut begitu rendah, hingga Naraya dapat merasakan hembusan angin dingin dari AC diruangan tersebut yang menyapu dadanya.
Namun, justru model tersebut membuat belahan dadanya terlihat indah dan berisi, menonjolkan tulang di bawah lehernya yang indah.
Saat ini Naraya tidak tampak seperti anak remaja sekolah, tapi seperti wanita yang siap untuk menikah, sikap malu- malu Naraya juga menambah kecantikan gaun tersebut dan membuat pemakainya tampak lebih anggun dan dewasa.
"Perfect…" Bianka mendesah dengan puas saat dia melihat gaun pengantin nenek Asha di kenakan oleh Naraya. "Pantas saja Liam menyukaimu…" terlepas dari kekuranganmu…
Bianka tidak menyebutkan kalimat terakhirnya dengan keras tapi hanya menyayangkannya saja di dalam hati.
Naraya yang mendengar hal itu hanya dapat meringis. Suka? Bahkan Naraya meragukan kalau Liam akan peduli gaun apa yang akan Naraya kenakan nanti.
Bianka kemudian memeriksa bagian- bagian yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh Naraya dan menandainya.
"Rambutnya coba di bentuk seperti ini…" Bianka kemudian menunjukkan pada kedua asistennya bagaimana dia menginginkan model yang cocok untuk gaun yang Naraya kenakan.
Setelah kedua asistentnya mengerti, Bianka melangkah keluar dari fitting room yang memang di khususkan untuk event seperti ini.
"Bagaiman?" Tanya nenek Asha yang sedang duduk, dia menutup majalah fashion yang ada di tangannya kemudian memfokuskan dirinya pada Bianka.
Sementara Liam sedang berdiri agak jauh sambil menerima telepon.
"Sebentar lagi. Rambutnya sedang di tata sedikit." Jawab Bianka yang kemudian duduk di sebelah nenek Asha. "Kapan pesta pernikahannya?"
"Kurang dari tiga minggu lagi." Jawab nenek Asha dengan kalem.
"Apa? Kenapa cepat sekali? Apakah…" Bianka setengah ragu saat hendak mengatakannya. "Gadis itu… telah hamil?"