webnovel

Sangkar Kupu-kupu

Editor: Wave Literature

XIa Ling menengadahkan wajahnya pada Pei Ziheng, kakinya terpaku pada lantai tempat ia berdiri. Ia berusaha tersenyum, berharap bahwa ekspresi bahagia yang ia tunjukkan menjadi hal terakhir yang Pei Ziheng ingat tentang dirinya.

Akan tetapi, sebelum ia sempat berpikir bagaimana menjelaskan keputusannya untuk pergi, Pei Ziheng melangkah mendekatinya dan menampar wajahnya dengan keras. "Xia Ling, aku tidak tahu kau dapat berlaku begini keji! Kau tega meracuni seseorang hingga mati!"

Meracuni seseorang hingga mati?

Gadis itu tak dapat memahami apa yang Pei Ziheng ucapkan. Ia terjatuh ke lantai dengan lemas akibat tamparan tersebut. Dahi Xia Ling membentur tepian tembok dan darah mulai mengucur membasahi wajahnya, menghalangi daya pandangnya. Ia memandang Pei Ziheng dengan tidak percaya. Telinganya berdengung dan kesadarannya hampir hilang.

Pei Ziheng membungkukkan badannya, mencengkram kerah pakaian Xia Ling dan berteriak, "Kau benar-benar bernyali besar, berani membunuh Wang Jingwan! Keluarga Wang sekarang mengejar kita menuntut penjelasan. Apakah kau tahu betapa besar masalah yang telah kau buat?"

Wang Jiwan, tunangannya, telah mati?

Pikiran itu melintas di kepalanya sepersekian detik sebelum menghilang. Xia Ling mencoba sebaik mungkin untuk melihat dengan jelas laki-laki yang berada di hadapannya, tetapi darah yang terus mengucur menghalangi pandangan matanya. Wajahnya yang terasa sakit akibat pukulan tersebut, sepertinya mulai membengkak. Keadannya mempengaruhi kelancaran berbicaranya. Xia Ling bergumam tidak jelas. "Aku ingin… pergi, biarkan aku… pergi…."

Apakah wanita tunangannya itu hidup atau mati, tidak lagi berarti baginya. Perhatiannya terfokuskan pada satu hal—Pei Ziheng telah menamparnya. Ini adalah pertama kalinya laki-laki itu memukul Xia Ling tanpa sedikitpun rasa kasihan atau kepedulian seolah-olah Xia Ling adalah musuh bebuyutannya.

Betapa rapuhnya hubungan mereka.

Untuk seorang wanita yang tidak jelas ini, ha… mungkin tidak sepenuhnya tidak jelas. Karena untuk wanita yang dikatakan berasal dari keluarga yang setara untuk sebuah perkawinan politik, Pei Ziheng telah membuang hubungan mereka selama sepuluh tahun.

Hubungan mereka benar-benar telah berakhir.

Xia Ling tidak membunuh tunangannya, tetapi Pei Zihang tidak akan mempercayainya.

Rupanya, orang terakhir yang melihat Wang Jiwan adalah dirinya. Ia ditemukan mati di atas sofa di dalam ruangan VIP di kedai kopi tempat mereka bertemu, segera setelah pertemuan negosiasi mereka. Sidik jari Xia Ling ditemukan pada gelas minum yang terguling di sebelah tubuh wanita tersebut.

Pei Ziheng kemudian memenjarakan Xia Ling di dalam rumah.

Segala hal yang terjadi setelah itu, Xia Ling hanya berharap untuk melupakannya selamanya. Tahun itu dipenuhi siksaan yang memberi satu pelajaran pada Xia Ling—Pei Ziheng yang baik hati yang berjanji untuk melindungi dirinya selamanya sudah tidak ada lagi, digantikan oleh seekor binatang buas, monster penyiksa…

Hembusan angin musim gugur menyebabkan Xia Ling menggigil.

Xia Ling keluar dari deraan ingatan masa lalunya dan memeluk kantong kertas erat-erat di dadanya. Kantong tersebut berisi semua barang-barang yang telah ia beli untuk pembuatan video musik. Beratnya kantong tersebut membuatnya merasa bahwa ia masih hidup. Jalanan dipenuhi orang-orang yang mendorongnya dari semua sisi, membuat langkahnya tertatih-tatih. Anehnya, menjadi bagian dari kerumunan membuatnya merasa aman. Hanya sebulan yang lalu, ia tidak membayangkan dapat terbebas dari cengkeraman Pei Ziheng dan berjalan dengan normal di jalanan.

Sudah lebih dari sebulan sejak ia mati dan bereinkarnasi.

Ia tidak dengan sengaja menghitung hari-hari yang telah berlalu, tapi—

Xia Ling mendongak dan menyadari bahwa dirinya berada di tengah-tengah pusat perbelanjaan. Orang-orang berlalu lalang dengan sibuknya. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda yang membawa bunga Aster di tangan mereka. Beberapa di antara mereka terisak pelan, yang lain berbisik-bisik pada orang di sebelah mereka. Ia mendengar beberapa dari mereka berkata, "Xia Ling…""Sungguh sangat disayangkan…"

Sebuah melodi yang familiar terdengar. Melodi itu berasal dari sebuah lagu yang ia nyanyikan dahulu. Pada layar yang terletak di tengah-tengah alun-alun, sebuah kata-kata berwarna hitam putih yang menarik perhatian berulang kali disiarkan.

"Kupu-kupu yang tertidur—memperingati 77 hari kematian Xia Ling"

Ditayangkan oleh Imperial Entertainment.

Sebuah siaran langsung

Menonton sebuah siaran langsung yang memperingati kematiannya sendiri terasa begitu aneh. Xia Ling tidak menyangka bahwa ia akan menonton hal ini pada hari yang dipilih untuk pergi berbelanja. Mendadak, ia merasa hampa. Ia ingin berbalik dan pergi, tetapi kakinya seolah-olah telah berakar dan ia tidak dapat bergerak. Jauh di lubuk hatinya, sebuah suara bertanya-tanya. Apakah Pei Ziheng akan muncul? Setelah kematiannya, bagaimana…. keadaannya?

Xia Ling, engkau benar-benar menyedihkan.

Sebuah suara di hatinya mengejek. Ia telah menyakitimu sedemikian rupa dan kau masih saja merindukannya?

Orang-orang di sekelilingnya terus-menerus berbenturan dengannya, dan suara-suara jengkel menjadi semakin keras, "Hei, apakah kau berjalan atau tidak? Mengapa kau berdiri di tengah jalan?""Minggir, berhenti berpura-pura pingsan di sini."

Xia Ling terhempas ke kiri dan ke kanan sampai akhirnya ia berbenturan dengan sebuah dada bidang.

"Ye Xingling, apakah kau tidak melihat saat kau berjalan?!" Orang itu adalah Lu Tao yang menariknya ke pinggir jalan. "Pergi ke tempat lain apabila kau ingin melamun. Tempat ini dipenuhi oleh fans gila si Xia Ling. Kalau kau berdiri di tengah jalan dan terinjak-injak, tidak ada yang tahu siapa yang dapat disalahkan atas kematianmu."

Xia Ling memandang pada Lu Tao dengan mulut ternganga.

"Mengapa kau melihatku seperti itu? Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah? Jangan katakan bahwa kau juga salah satu fans gila si Xia Ling." Lu Tao menyelipkan kedua tangannya pada kantong celananya yang besar, terlihat sangat kesal. Sambil berbicara, Lu Tao berbalik dan memelototkan mata pada beberapa "fans gila Xia Ling" yang juga memelototkan mata padanya.

Xia Ling tidak dapat berkata-kata.

Akhirnya ia bertanya, "Mengapa kau ada di sini?"

"Aku keluar untuk membeli beberapa barang. Kalau bukan karena pembuatan video musik yang dimulai besok dan hari ini adalah satu-satunya hari libur, aku tidak akan keluar ke tengah-tengah kerumunan pada saat upacara peringatan kematian Xia Ling." Lu Tao melambaikan tangannya pada seseorang di belakangnya seraya berseru. "Di sini—"

Xia Ling memutar badannya dan melihat dua dari pengikut Lu Tao membawa banyak kantong belanjaan, besar dan kecil, berusaha melewati kerumunan dengan kesusahan. Mereka akhirnya mencapai Xia Ling dan Lu Tao sambil terengah-engah.

"Ya Tuhan, Kakak Lu, kau tidak akan percaya apa yang fans-fans gila ini lakukan. Orang-orang ini sudah gila, mereka memenuhi tempat ini dari satu sisi ke sisi yang lain. Banyak sekali dari antara mereka yang menangis… Lihat ke arah sana, dan di sana…" Kedua anak laki-laki itu menurunkan kantong-kantong belanjaan ke tanah, mengeluh dengan penuh ekspresi sambil menunjuk-nunjuk pada kerumunan fans.

Setelah beberapa saat, barulah mereka menyadari bahwa Xia Ling berdiri di depan Lu Tao.

"Eh, bukankah ini Ye Xingling?" mereka berseru dengan kaget, memandang Xia Ling seolah-olah ia adalah hantu.

"Kakak Lu, kenapa kau bersama dengannya?" Tidak heran apabila kedua anak itu kaget karena baru kemarin Lu Tao dan Xia Ling terlibat dalam taruhan. Tidak hanya terlibat di dalam taruhan, tetapi Lu Tao harus berlutut di hadapan gadis itu dengan disaksikan semua orang di kamp pelatihan. Bagaimana mungkin hari ini Lu Tao bersama-sama dengan Xia Ling, bercakap-cakap dengan akrabnya?

Bahkan Xia Ling merasa hal ini aneh. Apakah Lu Tao memang sangat santai ataukah sangat pemaaf? Orang lain pasti akan menghindarinya seperti wabah setelah harus berlutut di hadapannya kemarin. Tetapi, Lu Tao masih akan berbaik hati kepadanya dan menariknya ke samping supaya terhindar dari bahaya.

Lu Tao memandang ke langit dan memutar matanya. "Ia beruntung berpapasan denganku, kalau tidak, ia mungkin sudah diinjak-injak oleh orang-orang ini sekarang." Ia kemudian menodong Xia Ling, rantai yang menghiasi pergelangan tangannya bergemerincing. "Ye Xingling, kemarin aku telah kalah taruhan dan mengakui kekalahanku. Aku telah menyelamatkan nyawamu hari ini, bagaimana kau akan membalas kebaikanku?"

"Bagaimana kau ingin aku membalasmu?" Xia Ling menyadari bahwa Lu Tao masih seperti anak kecil. Tidak heran ia yang telah menuangkan tinta ke atas mejanya. Seseorang yang dewasa tidak akan melakukan hal tersebut.

Setelah mendengar pertanyaan Xia Ling, mata Lu Tao bersinar. "Kemarin ketika aku mengamatimu melakukan gerakan kincir angin, kau melakukan sesuatu pada pergelangan kakimu ketika kau menendang ke udara, berbeda dengan yang biasanya kita lihat… Aku tak pernah melihatnya. Aku mencoba melakukannya beberapa kali pagi ini dan tidak dapat melakukannya dengan benar. Darimana kau belajar melakukan gerakan tersebut? Cepat, beritahu aku!"