webnovel

Calon Tunangan Adik Tiri

Semua rencana Arabella untuk menipu Vivaldi telah ia jabarkan pada Julian, dan Grand Duke itu sama sekali tak masalah mengikuti arahan Arabella. Sesuai permintaan Arabella, Julian akan menyembunyikan fakta bahwa dirinya mendapatkan Bros yang bisa berubah menjadi pedang itu. Dan juga, Julian akan berpura-pura berterima kasih pada Vivaldi atas hadiahnya.

"Sepertinya, sedikit banyak Anda sudah mulai paham ya, Grand Duke?" lontar Arabella.

Julian mengangguk, "aku memang tidak akan bertanya untuk kenyamananmu. Tapi, kurang lebih aku sudah bisa menebak bahwa kamu tidak menyukai bangsawan, ayahmu, dan orang-orang di kediaman Falzen" paparnya dengan nada yakin.

Pegangan Arabella pada gelas tehnya menguat, agak terkejut karena Julian dengan mudah menarik kesimpulannya begitu saja, dan semuanya sangat tepat.

"Ya. Begitu, rencananya. Saya harap hanya Anda dan Tuan Felix yang tau hal ini," aku Arabella. Malas menghindar lagi.

Dan kalau Arabella menghindar pun, percuma saja. Justru Julian malah akan semakin penasaran, jadi untuk menghindari hal yang tidak perlu Arabella lebih baik menurut.

"Baiklah. Tenang saja, Lady. Kami akan menyimpan rahasia ini sampai kami mati," tegas Julian.

Felix menahan tawa, kenapa bahasa Julian berlebihan seperti itu? Sampai mati, katanya. Astaga.

"Kamu tidak perlu menahan tawamu sampai seperti itu, Felix," desis Julian.

Bawahan yang merupakan orang kepercayaan Julian itu sejak tadi terus menahan tawa, selama belasan tahun Felix mengabdi pada Julian, hari ini adalah hari paling banyak ia tertawa karena tingkah Julian.

"Oh, Anda menyadarinya. Maaf, Tuan" ucap Felix dengan tawa kecil.

Julian menghela nafas, Felix adalah orang yang mendampinginya sejak kecil bahkan sebelum ibunya meninggal.

"Hubungan Anda berdua terlihat dekat," Arabella berkomentar.

"Begitukah?" gumam Julian. Selama ini, tak banyak orang yang berani dekat dengan dirinya. Hanya Felix, dan beberapa orang yang berkepentingan. Sisanya, orang lebih banyak yang takut pada dirinya. Jadi bisa dibilang Felix adalah satu-satunya orang yang paling dekat dengan Julian sejak kecil hingga sekarang.

"Anda benar, Lady. Tidak banyak orang yang mau berteman dengan saya, si iblis haus darah" aku Julian blak-blakan.

Felix dan Arabella tertawa kecil, tak menyangka Julian akan mengaku seperti itu.

"Tidak masalah. Setidaknya, Anda punya seseorang yang bisa Anda percaya" balas Arabella.

"Anda punya seseorang yang seperti itu, Lady?" tanya Julian.

"Seperti apa?"

"Itu, maksud saya orang yang Anda percaya. Yang bisa membuat Anda menjadi diri sendiri dan melepaskan sikap was-was Anda," tutur Julian.

Perlahan Arabella menganggukkan kepalanya, "tentu. Dan sejauh ini, orang itu hanya ada satu dalam hidup saya" lirih Arabella. Selama dua kali hidupnya, Arabella hanya percaya pada satu orang.

"Kalau boleh tau, siapa orang itu, Lady? Saya akan membantu Anda menjaganya, karena orang itu pasti sangat berarti untuk Lady," ujar Julian lembut.

Arabella menatap Julian lekat, ingin memastikan ucapan pria itu. Tapi, tidak buruk juga jika orang yang Arabella sayangi itu dibantu jaga oleh Julian. Karena memang cepat atau lambat, orang itu pasti akan membutuhkan bantuan Julian.

"Orang itu adalah ibu saya," ucap Arabella.

Alis tebal Julian terangkat, "maaf?"

"Bukankah ibu Lady Arabella, Marchioness Arina Falzen sudah tiada?" tanya Julian.

"Ya. Ibu saya sudah tiada, karena ulah orang-orang jahat. Tapi, sekarang saya punya ibu lagi. Untuk kali ini, saya ingin meminta Anda untuk membantu saya sedikit, tolong jaga Ibu saya, Orchidia Brown dan keluarganya juga" pinta Arabella.

Arabella memang sudah membuat banyak rencana, dan Arabella pun yakin bahwa ia akan membebaskan Orchidia dari kejauhan Vivaldi. Tapi, suatu saat nanti, dimana Orchidia akan berpisah dari Vivaldi dan menikah kembali dengan Duke Oscar Southampton, Orchidia membutuhkan dukungan agar tidak dicela oleh bangsawan lain. Dan kini, Arabella menemukan orang yang tepat untuk ia pergunakan. Julian Malven Kingston.

Pria itu memang tidak boleh ikut campur rencana yang sudah Arabella susun, tapi pengaruh Julian cukup Arabella butuhkan untuk menyempurnakan kebahagiaan Orchidia di masa depan nanti. Sebut saja Arabella egois karena memanfaatkan orang lain, tapi tidak masalah. Demi Orchidia, orang yang membelanya mati-matian di kehidupannya yang dulu.

"Wah," Julian mengembangkan senyumnya, "saya senang karena Anda berkata seperti itu, Lady. Jangan khawatir. Mulai hari ini, saya, Julian Malven Kingston akan mengerahkan pasukan untuk melindungi Orchidia Brown dan keluarga Count Brown juga."

"Terima kasih, Grand Duke" ucap Arabella tulus.

"Anda.. menemukan seseorang yang bisa menggantikan sosok ibu ya. Bagaimana dengan saya? Apakah saya bisa menemukan pengganti ibu?" gumam Julian samar.

"Maaf, saya tidak tau. Alasan kenapa saya bisa menganggap Selir Orchidia sebagai ibu saya ada banyak, jadi mungkin suatu hari nanti akan saya ceritakan jika kita sudah cukup dekat sampai berbagi rahasia penting" sahut Arabella.

"Saya paham. Anda tidak perlu memaksakan diri, Lady. Terima kasih sudah mau membiarkan saya membantu Anda, saya senang bisa bermanfaat untuk Anda, Lady yang saya sukai" ujar Julian.

Rona kemerahan menjalar di wajah Arabella, ia malu karena Julian berulang kali terus mengatakan bahwa Arabella adalah Lady yang Julian sukai.

"Selain soal ibu saya, ada hal lain juga yang ingin saya beritahu pada Anda," Arabella menjeda kalimatnya sesaat.

"Apa itu, Lady? Saya akan membantu Anda sebisa mungkin, beritahu saja."

"Saya berniat membatalkan pertunangan," ungkap Arabella.

"Oh? Pertunangan? Dengan siapa? Jadi, Anda sudah dijodohkan?" Julian bertanya banyak, tak bisa menahan diri karena penasaran. Siapa gerangan yang berani melamar Lady Arabella.

"Tuan, Anda ini ketinggalan berita sekali ya? Lady Arabella itu dijodohkan sejak kecil dengan Jovan Kingston, adik tiri Anda" lontar Felix memberitahu.

"Jovan?" Rahang Julian mengeras ketika nama orang yang tak ingin ia dengar terlontar.

'Ah, aku malah hampir lupa kalau Julian adalah kakak tiri Jovan, calon tunanganku' batin Arabella.