"Alvin."
"Hem."
"Kemarin Leon mengajak Karin balikan, menurutmu apa Leon serius?"
"Kenapa menanyakan hal itu padaku?"
"Ih, kau kan sahabatnya. Siapa tahu gitu Leon curhat pada kalian."
"Kita bukan tepikal orang seperti itu, seperti perempuan saja." Alyssa mendengus kesal, Ia lantas mencubit puting Alvin hingga membuatnya meringis.
"Kenapa kau suka mencubitnya?" tanya Alvin dengan tangan mengelus pelan putingnya.
"Kau juga suka mencubit punyaku." Alvin menahan tawanya.
"Itu remasan sayang bukan cubitan."
"Sama saja!"
"Baiklah terserah padamu." ucap Alvin akhirnya, pria itu kembali memainkan game di ponselnya.
"Alvin menurutmu bagaimana?"
"Apa?"
"Leon, apa dia serius dengan Karin?"
"Kurasa iya." jawab Alvin tanpa mengalihkan tatapannya dari game yang dimainkannya.
"Kenapa kau jadi peduli dengan hubungan mereka?" tanya Alvin.
"Karin sahabatku tentu saja aku peduli, bagaimanapun juga jika Leon menyakiti perasaannya aku akan membunuhnya."
"Jika kau mau membunuhnya kau harus berhadapan denganku dulu."
"Kenapa?"
"Karena aku sahabatnya." kata Alvin membalikan kembali perkataan Alyssa.
"Ck, kau menyebalkan."
Alyssa kembali memfokuskan pandangannya pada teman-teman Alvin yang tengah berlatih bermain basket.
"Alvin." Alyssa kembali memanggilnya.
"Apa?" Alvin terdengar jengah.
"Kenapa kau tidak ikut main dengan mereka? Bukankah dulu kamu bilang padaku ingin menjadi atlet basket?" Alvin seketika menghentikan permainan gamenya Ia mematikan ponselnya lalu memasukannya ke dalam saku.
"Aku sudah tak menginginkannya lagi."
"Kenapa?"
"Bukan bakatku."
"Tapi yang aku lihat kau pandai bermain basket. Kenapa sekarang kau....."
"Jangan melontarkan pertanyaan yang tidak aku suka."
"Memangnya aku tahu pertanyaan yang kau suka dan tidak suka? Aku bukan cenayang Alvin, kau aneh sekali. Lagi pula kenapa kau sensitif sekali jika aku bertanya tentang masa lalumu, kau sedang PMS?" Alyssa menatapnya kesal juga heran. Alvin membisu, pria itu lebih memilih melihat teman-temannya yang sedang berlatih.
Sejak kepindahannya ke Australia, Alvin memang sudah tak lagi bermain basket. Sejak insiden 'itu' Ia mengubur dalam-dalam cita-citanya untuk menjadi atlet basket.
Meskipun terkadang Alvin bermain dengan bola orange itu, tapi Ia hanya sebatas bermain sebentar tak begitu lama. Alvin sudah berjanji untuk menjauhi Basket dan memilih melupakannya.
Melupakan keinginannya menjadi atlet.
Disaat keheningan melanda sebuah dering ponsel memecahkannya.
Alvin merogoh saku celananya dan melihat nama tertera di layar ponselnya.
Renata call.
"Renata?" guman Alyssa, Alvin meliriknya sekilas sebelum akhirnya sedikit menjauh dari Alyssa untuk mengangkat teleponnya.
Alyssa masih dian di tempat, rasa penasarannya tidak bisa terbendung lagi. Ia perlahan mendekati Alvin berniat menguping namun aksinya gagal saat Alvin sudah mengakhiri panggilan itu.
Alvin berbalik, pria itu sedikit terkejut melihat Alyssa yang sudah ada di depannya.
"Siapa Renata?" tanya Alyssa dengan tatapan menyelidik.
"Hanya teman dari Australia."
"Untuk apa dia menelponmu?" Alvin terdiam sesaat sebelum menjawab.
"Dia memintaku menjemputnya di bandara."
"Dia datang kesini?" Alvin mengangguk, ada rasa sesak dalam dadanya tapi Alyssa tidak tahu apa itu.
"Lalu kau akan menjemputnya? Sekarang?" Alvin mengangguk lagi.
"Lalu aku pulang dengan siapa?"
"Kan ada Edgar, aku harus segera ke bandara." Alvin mengecup singkat kening Alyssa. Sebelum akhirnya pergi namun Alyssa menahan tangannya.
"Jangan menjemputnya, dia bisa naik taksi kan."
"Dia belum pernah datang kesini, kalau tersesat bagaimana?"
"Kenapa juga harus peduli padanya."
"Dia temanku."
"Hanya teman kan?" Alvin mendesah. Ia kemudian memeluk Alyssa.
"Aku tak memiliki hubungan apa-apa dengannya, jangan cemburu." Alyssa mendorong tubuh Alvin hingga pelukan mereka terlepas.
"Aku tidak cemburu, kalau kau mau pergi. Pergi saja aku tidak peduli." dusta Alyssa. Alvin menghela nafas pasrah, Ia lantas mengambil jaketnya dan berlalu pergi tanpa mengatakan apapun lagi.
Alyssa hanya diam memandang kepergian Alvin yang bahkan seperti tak peduli jika Ia tengah merajuk.
"Seberapa penting wanita itu?" batin Alyssa.
"Mau kemana si Alvin?" Alyssa menoleh dan mendapati sang adik di sampinya yang penuh keringat.
"Menjemput pujaan hatinya mungkin." cetus Alyssa, gadis itu meraih ranselnya dan memakainya. Edgar menatapnya heran.
"Aku pulang duluan." pamit Alyssa.
"Tak mau bareng denganku?" Alyssa menggeleng.
🎀
🎀🌼🎀
🎀
Nyatanya Alyssa tidak benar-benar pulang, gadis itu memilih pergi ke rumah Alvin berharap bisa menemuinya disana. Setelah pria itu menjemput temannya itu.
"Alvin sedang menjemput temanya di bandara, kamu tunggu saja disini. Tante mau pergi dulu, sedang ada banyak pekerjaan di toko." ucap Mamah Alvin, Alyssa tersenyum dengan anggukan.
"Tante pergi yah." Alyssa kembali mengangguk.
Setelah kepergian Mamah Alvin. Alyssa melirik jam dinding yang menujukan pukul 2 siang, Ia mencoba menguhubungi Alvin namun pria itu tak mengangkatnya.
Dengan kebosanan yang melandanya, Alyssa memilih untuk mengelilingi rumah tersebut. Hingga berakhir di kamar Alvin.
Ia melihat sekeliling, foto-foto keluarga dan masa kecil Alvin terpajang disana. Namun ada yang menarik perhatiannya, saat melihat sebuah foto dengan di hiasi bingkai kecil yang tergantung di dinding.
Di foto tersebut terlihat Alvin dan seorang wanita. Alyssa tidak tahu siapa foto wanita tersebut namun ada rasa yang tak bisa Alyssa kendalikan saat melihatnya.
Hatinya tertusuk, Alyssa tidak tahu bagaimana pergaulan Alvin, kehidupannya di Amerika dan seperti apa teman-temannya.
Apa pria itu pernah menjalin hubungan dengan wanita selama disana? Apa dia bahagia disana? Membayangkan itu Alyssa menjadi seperti menyiska dirinya sendiri dengan memikirkan hal-hal yang belum tentu seperti itu.
Alyssa menjauh dari foto itu, Ia kemudian membaringkan tubuhnya di atas kasur selagi menunggu Alvin pulang.
🎀
🎀🌼🎀
🎀
Alyssa terbangun dari tidurnya, Ia terkejut saat melihat jam yang sudah menunjukan pukul 12 malam!
Bagaimana bisa aku tidur selama itu?
Alyssa segera bangkit dan keluar dari kamar, menuruni anak tangga untuk mencari keberadaan Alvin. Namun saat di pertengahan langkahnya terhenti, mendengar gelak tawa seseorang yang tak asing baginya.
Alyssa melihat Alvin bersama seorang wanita, tengah tertawa sambil bermain game di ruang Tivi.
Siapa wanita itu? Apa itu temannya yang Alvin jemput di bandara? Lalu kenapa dia di sini?
Berbagai pertanyaan yang membuat hatinya teriris kembali, apalagi melihat pemandangan itu, Alyssa belum pernah melihat Alvin tertawa sebahagia ini.
Bahkan dengannya sekalipun, Alvin tak pernah tertawa lepas seperti itu.
Apa mereka sedekat itu?
Alyssa yang hendak menemui mereka akhirnya mengurungkan niatnya dan memilih berbalik masuk kembali ke kamar Alvin untuk mengambil ponselnya yang tertinggal berniat menghubungi Edgar untuk menjemputnya.
Alyssa sudah tak peduli lagi jika Papahnya akan marah. Yang Ia inginkan sekarang adalah pulang.
"Kau sudah bangun." Alyssa terlonjak kaget, Ia membalikan tubuhnya dan melihat Alvin yang entah sejak kapan sudah berada di sana.
"Em." balas Alyssa, yang melanjutkan kegiataannya untuk menghubungi Edgar, namun saat Ia hendak menekan tombol panggil dengan tiba-tiba Alvin menyambar ponselnya.
Alyssa menatapnya bingung.
"Aku sudah menghubunginya jika kau menginap di sini." jelas Alvin.
"Aku tidak mau, aku mau pulang." tolak Alyssa, gadis itu berusaha mengambil kembali ponselnya namun Alvin menjauhkannya.
"Kembalikan ponselku Alvin!"
"Papahmu sudah memberi ijin."
"Ijin apa?"
"Kau menginap disini."
"Aku tidak peduli, aku ingin pulang."
"Lalu untuk apa kamu kesini jika akhirnya pulang, kita bahkan belum berbincang."
"Aku sudah tak mood."
"Aku akan membuatmu kembali good mood." kata Alvin yang kemudian berjalan mendekat, menarik pinggang Alyssa untuk mendekat dan mendaratkan ciuman di bibirnya.
Alyssa hanya diam dengan perasaan kecewa, Ia tidak tahu kenapa tapi perasaannya bercampur aduk. Apalagi jika mengingat kedekatan Alvin dengan wanita tadi.
Dengan kekuatan yang Alyssa kumpulkan, Ia mendorong bahu Alvin sehingga ciuman mereka terlepas tapi tidak dengan tangan Alvin yang masih melingkar di pinggangnya.
"Cukup Alvin! Kau keterlaluan, aku membencimu." ucap Alyssa hampir terisak.
"Kau membenciku tanpa aku melakukan kesalahan." Alyssa menatapnya tajam.
"Kau menciumku sembarangan! Kau bahkan sudah tak peduli lagi padaku."
"Kapan aku tak peduli padamu? Dan apa aku salah jika menciummu tapi kau juga menikmatinya." Alyssa bergeming.
Alvin mengelus pipi Alyssa, menatapnya lembut lalu bibirnya berucap.
"Katakan, apa aku melakukan kesalahan?" tanya Alvin dengan tatapan lembut.
Alyssa menjauhkan diri. Gadis itu lantas berniat keluar kamar namun Alvin kembali menahannya tapi Alyssa langsung menepisnya.
"Aku.mau.pulang!" tekan Alyssa final. Alvin menghela nafas berat.
"Aku antar."
"Tidak perlu."
"Aku antar atau tidak pulang?"
🎀
🎀🌼🎀
🎀
Selama perjalanan hanya ada keheningan yang terjadi, Alyssa tak berniat membuka obrolan sedangkan Alvin memilih fokus menyetir.
Alyssa mengernyit bingung saat melihat jalanan yang bukan menuju arah ke rumahnya.
"Ini bukan jalan ke rumahku."
"Kita ke apartement ku."
"Aku enggak mau ke apartementmu, aku mau pulang!"
"Aku tak menerima penolakan." ucap Alvin final.
"Aku tidak mau kamu pulang dengan keadaan kita seperti ini." tambah Alvin.