webnovel

Pertaruhan 4

Ivana melemparkan Joy dengan ayunan ekor ular, Renee menjerit, ia langsung berlari untuk menangkap gadis kecil itu.

Joy tidak bergerak, ia sudah kehilangan kesadaran dan tubuhnya melayang ke atas tanpa hambatan, jika ia jatuh, maka bisa dipastikan tubuhnya akan cacat atau yang lebih buruknya lagi, ia akan menghadapi kematian.

"Joy!"

Ivana terkekeh, ia melesat menerjang Renee yang seluruh perhatiannya tertuju pada si gadis kecil.

BRAKH!

Cahaya jingga bertabrakan dengan tubuh ular Ivana, suasana di antara mereka semakin memanas, Renee berhasil menangkap Joy dan cahaya jingga melesat tanpa henti menyerang.

"Renee, kau benar-benar keras kepala!" Ivana berteriak, dengan tubuh ularnya ia bisa dengan mudah menghancurkan apa yang ada di sekitar melalui ayunan ekor. "Tapi tidak apa-apa, kau akan berakhir di tanganku!"

Renee tidak terpengaruh dengan perkataan Ivana, ia membawa tubuh Joy ke sudut. Di sisi lain Dylan berjibaku dengan Arthur yang terus tertawa, persis seperti orang gila.

"Jangan pedulikan aku!" Dylan berseru tanpa melihat, ia menahan napas ketika pedangnya beradu dengan cakar tajam milik Arthur yang ingin menyerang. "Aku bisa mengatasi ini, kau urus saja wanita ular itu!"

Renee mengangguk, ia menggendong Joy ke tempat yang lebih aman, berusaha sebisa mungkin menghindari serangan ekor Ivana yang membabi buta.

BRAK!

BRAK!

BRAK!

Dari ayunan ekor ular yang besar itu membuat lantai yang mereka pijak hancur, berhamburan kemana-mana, bebatuan kecil, pasir dan semen beterbangan, seakan-akan sengaja Ivana buat untuk menghalangi langkah Renee untuk membawa Joy ke tempat yang aman.

Cahaya jingga Renee menghalau semua serangan Ivana, Renee berhenti di tempat yang agak jauh dan menurunkan Joy dari pelukannya.

"Joy, kau baik-baik saja?"

Renee menyentuh leher gadis kecil itu dan menghela napas lega menyadari kalau ia baik-baik saja, cahaya jingga menyelinap masuk ke tubuh Joy dan gadis kecil itu terbatuk-batuk.

"Ada yang terluka? Ada yang sakit?"

"Ah, aku baik-baik saja." Joy mengusap wajahnya dan menarik napas, matanya langsung membulat ketika melihat ekor ular mengarah padanya. "Kakak, awas!"

BRAKH!

Renee mendorong Joy dan ia berguling ke samping, cahaya jingga melesat dari segala penjuru menyerang Ivana, wanita bertubuh ular itu berteriak.

"Kakak, awas!" Joy berteriak dengan suara gemetar, ia kaget melihat perubahan Ivana yang sangat berbeda dari yang ia ingat, wanita itu bahkan tidak lagi memiliki lagi sisi manusia, semuanya berubah menjadi monster.

"Renee!" Ivana berteriak, ia menyeringai dan matanya melotot, di antara ayunan ekor ular yang tidak berhenti, ia tidak pernah melepaskan pandangannya pada Renee.

"Kenapa kau selalu memanggilku?"

Renee mengambil pedang, ia melirik Joy yang berlari menjauh ke tempat yang lebih aman, dalam keadaan seperti ini ia memang lebih baik menghindar dan membiarkan orang-orang yang lebih darinya bertarung.

"Kau sepertinya terobesi untuk mengalahkanku? Atau harga dirimu sudah tercoreng?"

Ivana marah, mengayunkan ekor ular menghantam ke arah Renee, wanita itu melesat menghindar dan ia mengayunkan pedang ke arah Ivana.

Cahaya jingga menyebar dan semakin kuat, membuat keadaan menjadi semakin terang dan hampir tidak ada kegelapan sedikitpun yang tersisa.

"Aku sudah membiarkanmu lolos satu kali!" Renee tiba-tiba saja muncul di depan Ivana, pedang mengayun dan hampir menyabet wajah Ivana, wanita bertubuh ular itu mundur.

Cahaya jingga menghantam di sisi lain, terkena wajah Ivana, Renee menangkap bahu wanita itu dan pedangnya terhunus.

JLEB!

Renee menahan napas, menatap mata Ivana tanpa berkedip.

"Aku tidak akan membiarkanmu lolos untuk yang kedua kalinya."

Pedang yang dipegang Renee menusuk ke dada Ivana, menembus jauh ke jantungnya. Ivana tersentak, darah langsung menyembur keluar dari mulutnya.

Renee terkekeh, matanya bertatapan langsung dengan Ivana, wanita itu mencengkeram bahu Ivana erat.

"Sekarang kau mengerti, kan?"

Ivana selalu meremehkan Renee, ia selalu berkata kalau ia akan mengalahkan Renee dan menghancurkannya.

Pada kenyatannya semua itu hanyalah omong kosong belaka.

"Mengapa kau menusukku?" Ivana memiringkan kepalanya dan membiarkan darah menetes jatuh ke bawah. "Kau merasa senang?"

Renee mendengkus, ia menarik napas dan ia semakin kuat mendorong pedangnya ke jantung Ivana, cahaya jingga berputar-putar di sekitar pedang.

Ekor ular milik Ivana berputar, ingin menjerat Renee, tapi karena cahaya jingga yang terus menerus berpendar, membuat ekor Ivana terhalau.

"Aku?" Renee tertawa, ia menarik pedang yang menusuk jantung Ivana dan darah langsung menciprat kemana-mana. "Tentu saja aku senang. Kau memang harus dihancurkan lebih dulu agar kau sadar seperti apa posisimu."

Pedang yang Renee pegang terayun, Ivana mundur ke belakang dengan tertatih-tatih memegangi dadanya yang berlubang.

Cahaya jingga terus berpendar mengelilingi Ivana, seperti kunang-kunang yang mengelilingi cahaya lampu.

"Kenapa? Kau kesakitan sekarang?" Renee mengangkat dagu dan tersenyum mengejek, sekarang situasinya berbanding terbalik, jika biasanya ia yang terpojok, maka sekarang adalah giliran Ivana.

Renee sudah dikalahkan berkali-kali oleh wanita yang ada di depannya ini, ia sudah hapal dengan semua gerakan wanita itu. Meski ia sudah merubah bentuk tubuh bawahnya menjadi ular dan kekuatannya menjadi lebih besar, tapi dengan cahaya jingga, Renee rasa tidak ada yang mustahil.

"Kau selalu sombong." Ivana memuntahkan darah dan menyeka bibirnya yang belepotan. "Tapi tidak apa-apa, aku suka itu."

Renee mendecih mendengarnya, mungkin karena setengah tubuh Ivana berubah menjadi monster, ia menjadi lebih kuat menahan rasa sakit.

"Ya, aku memang sombong." Renee menyeringai, menyeka pedangnya yang bernoda darah. "Karena itu kau harus waspada denganku mulai sekarang."

Ivana menggertakkan gigi, mungkin baru kali ini ia merasa terdesak di hadapan Renee. Ia menegakkan tubuhnya dan menarik napas.

"Cobalah, aku ingin lihat kemampuanmu."

Renee mengayunkan pedang yang sudah bersih dari noda darah.

"Kalau begitu … kau harus berjanji untuk tidak lari."

Ivana terkekeh, ekornya bergerak menggulung-gulung di sekitar tubuhnya, warnanya terlihat lebih gelap dan garis-garis kuning yang ada di bagian bawahnya menghilang.

"Aku tidak akan lari."

"Bagus," kata Renee dengan cahaya jingga yang mewarnai pedangnya, rambut yang selama ini tergelung rapi di kepalanya terlepas dan rambutnya tergerai lebar di belakang tubuhnya.

"Mari kita lihat, siapa yang akan bertahan sampai akhir. Kau atau aku."

Setelah mengatakan hal itu, cahaya jingga meledak diikuti dengan suara jatuhnya lonceng dari lantai atas, lantai yang mereka pijak bergetar hingga reruntuhan dinding yang sudah runtuh itu bergerak tidak terkendali.

Baik Renee atau pun Ivana tidak ada yang memedulikan hal di sekitar mereka.

Mereka berdua fokus mempersiapkan diri masing-masing dan di detik berikutnya,

ayunan ekor ular dan cahaya jingga saling beradu, membuat suara ledakan yang amat keras hingga semua barang yang masih berdiri Mansion keluarga Emmanuel bergetar dengan hebat.