Papa gantenga datang!!
L(*OεV*)E
Ada yang rindu?
****
Sudah satu bulan lamanya Valerry menjadi ibu Asi bagi Kean. Dan selama itu pula bayi itu tak pernah lepas dari pandangannya. Bayi mungil itu sudah berusia enam bulan beberapa Minggu yang lalu, dan baby Kean sungguh luar biasa aktif dengan berbagai gerak lincah yang sanggup membuat Valerry tersenyum senang melihatnya.
Meski dia bukan ibunya, tapi entah kenapa Valerry merasa senang dengan pertumbuhan yang Kean perlihatkan.
Sisa empat bulan lagi dari perjanjian kontrak tersebut. Setelah kontrak ini selesai, akankah Kean akan mengingatnya?
Itulah yang beberapa hari ini Valerry pikirkan. Dia memang hanya sebagai ibu asi untuk Keanu, tapi Valerry merasa tidak rela jika bayi yang hampir setiap hari ia beri asi itu pada akhirnya akan lupa keberadaannya.
Kembali menarik napas dan menghembuskanya perlahan, Valerry harus bisa mengendalikan sikap Senti mentilnya jika ia tak ingin kecewa akan hal itu. Keanu bukan keluarganya, bayi itu memiliki kehidupannya sendiri dan yang pasti, hidup Keanu sudah pasti akan baik-baik saja tanpa dirinya.
"Ahhh... Sedikit tidak rela rasanya." seru Valerry. Kembali menatap Keanu yang tertidur pulas setelah Valerry memberinya asi pada bayi mungil tersebut.
Jika di bandingkan dengan kehidupannya yang dulu, Valerry pasti ingin menikmati masa-masa kehidupan bebasnya tanpa tanggung jawab dan resiko seperti ini.
Menjadi ibu asi memang tidak menguras emosi, tapi lelaki dengan wajah datar sekaligus pemilik rumah inilah yang selalu membuat Valerry tak berkutik di buatnya. Kenzo selalu saja membuat darahnya mendidih dan terkadang membuat bulu kuduknya meremang.
Seperti yang terjadi belakangan ini.
Si muka datar sialan itu selalu mencari kesempatan dalam kesempitan. Benar-benar lelaki licik tapi sangat mempesona.
Dan sialnya, Valerry tak bisa menolak dan tidak sanggup untuk memprotes apa yang lelaki itu lakukan pada tubuhnya. Dalam sebulan ini, berapa kali lelaki itu menghisap putingnya?? Dan berapa kali lelaki itu meremas payudaranya hingga membuat Valerry merintih lirih di buatnya.
Demit satu itu memang pantas di sematkan untuk manusia tak kasat mata seperti dirinya. Yang selalu hadir di situasi yang tidak menguntungkan untuk Valerry.
Dan hal terakhir yang Valerry ingat adalah posisi tidurnya beberapa malam yang lalu. Membiarkan Kenzo menguasai tubuh atasnya dengan sesuka hatinya. Dan Valerry pun terkadang menikmati setiap hisapan dan sentuhan yang Kenzo berikan.
Untung saja Keanu terbangun tepat pada waktunya, jika tidak, maka Valerry yakin jika dirinya akan terlena dan terbuai oleh sentuhan-sentuhan penuh kenikmatan yang Kenzo lakukan di tubuhnya.
Sial!! Mengingatnya saja sudah membuat tubuh Valerry terbakar dan putingnya langsung menegang di buatnya.
Tapi memang begitulah. Valerry tidak akan menampik jika dirinya terhanyut dan dia juga tidak akan bisa menolak jika seandainya Kenzo meminta lebih dari itu.
"Ahhh... Dasar bodoh!!" rutuk Valerry sambil menutup kelopak matanya dengan tarikan napas panjang. "Berhenti memikirkan itu Valerry!?"
Lalu ketika Valerry mulai bisa mengontrol pikirannya, tiba-tiba saja ia teringat dengan pesan yang ia terima dua hari yang lalu.
Sean. Ya... Lelaki itu akhirnya datang kembali. Lelaki yang selalu ada setiap Valerry butuhkan dan satu-satunya lelaki yang bisa Valerry andalkan.
Valerry sangat menyayangi pria berbadan tegap dan memiliki senyum manis itu. Lelaki yang bahkan akan melakukan apapun demi bisa melihat Valerry hidup dengan layak. Namun setelah apa yang Valerry lakukan hari ini, Valerry merasa jika Sean pasti akan sangat kecewa padanya dan mungkin saja akan membencinya.
"Bencana!!" gumam Valerry frustasi. Memikirkan reaksi yang akan Sean perlihatkan nanti pasti tidak bagus untuk Valerry. Lelaki itu memang terlihat santai dalam menghadapi apapun, tapi jika sudah menyangkut Valerry, wanita musim semi itu tidak yakin akan hal itu. "Apa yang harus aku lakukan?"
****
Tidak ada hal yang lebih menyebalkan selain hari ini. Di rumah hanya ada dirinya dan Keanu, dan tidak ada satu orang pun yang bisa Valerry andalkan selain Azura sekarang. Namun naasnya, wanita itu pergi ke suatu tempat dan Valerry yakin bahwa Azura pun ada kepentingan lainnya.
Dengan berat hati, Valerry mengganti pakaiannya dan langsung menggendong Keanu untuk ikut bersamanya. Di temani Rego, supir pribadi keluarga Alarix, Valerry pergi ke kantor, tempat dimana Kenzo berada saat ini.
"Kenapa lelaki itu bisa ketinggalan hal penting seperti ini sih," rutuk Valerry sekali lagi. "Papamu benar-benar tidak bisa ya untuk tidak mengacau sehari saja." gerutu Valerry pada Keanu.
Sedangkan bayi mungil itu hanya tersenyum dengan mata berkedip lucu dan kemudian membuat Valerry mencium pipi gembul itu dengan gemas
"Setelah dewasa, jangan sekalipun meniru papa, ok?"
Melihat interaksi itu, Rego tersenyum simpul. Tidak ada satu orang luar pun yang bisa masuk begitu dalam ke kehidupan seorang Alarix. Apalagi seorang Kenzo. Yang selalu bersikap datar dan jarang sekali mengeluarkan kalimat tanpa ambigu andalannya.
Setelah sampai di tempat yang mereka tuju, Valerry keluar dengan Keanu yanh masih dalam dekapannya. Wanita musim semi itu berjalan dengan kepala bergerak ke kiri dan ke kanan. Meneliti setiap bangunan yang baru saja ia ketahui hari ini.
"Jadi ini perusahaan milik Kenzo?" gumam Valerry, "Papamu benar-benar bisnisman ya, Sayang."
Valerry berjalan dengan mata tak lepas dari interior perusahaan yang menjulang tinggi tersebut. Seluruh orang berjalan dengan sangat anggun dan berdandan layaknya model model iklan Shampoo. Dan para lelaki yang berpakaian jas terlihat sangat menawan seperti saat Valerry melihat Sean jika sedang bekerja seperti itu.
Jika mengingat lelaki itu, Valerrt langsung berpikir, apa yang membuat Sean bisa berada di kota kelahirannya tanpa pemberitahuan terlebih dulu.
Abaikan itu saat ini Valerry. Ada hal yang lebih penting untuk kau lakukan sekarang. Semakin cepat di kerjakan, semakin cepat pula kau akan pulang.
Dengan langkah pelan, Valerry pergi ke arah resepsionis. Mencoba mencari tau dimana letak ruangan Kenzo.
"Maaf, bisakah anda menunjukkan letak ruangan Kenzo Alarix?"
Wanita yang bekerja sebagai resepsionis itu mengernyit kening mendengarnya, "apakah anda sudah membuat janji dengan Tuan Alarix?"
Valerry menggeleng, "tidak. Hanya saja ada yang ingin saya berikan padanya."
Wanita dengan rambut sebahu itu menghela napas pelan, "maaf nona, jika anda belum membuat janji dengan Tuan Alarix, anda tidak bisa menemuinya."
Setelah itu Valerry tak lagi bertanya apapun. Wanita musim semi itu hanya mengangguk sekilas dan mengucapkan kalimat terima kasih dan berlalu.
"Papamu orang penting ya baby,"
Namun sebelum Valerry hendak pergi, suara ponsel miliknya membuat Valerry terpaku begitu melihat siapa yang sedang menghubunginya.
"Ya, Ken?"
"Dimana?"
"Ohh... Aku dan baby Kean sudah di lobi bawah. Tapi resepsionisnya bilang jika aku harus membuat janji temu denganmu lebih dulu. Mungkin aku akan menitipkan berkas-berkasnya pada pegawaimu saja, bagaimana?"
Suara decihan dari seberang sana membuat dahi Valeery mengernyit bingung, "bagaimana menurutmu?"
"Langsung berikan padaku."
Setelah itu hubungan ponsel Valerry terputus begitu saja. Valerry kembali melirik ke arah resepsionis itu dengan helaan napas panjang
"Dasar seenaknya sendiri."
Namun sebelum Valerry kembali menemui resepsionis itu, seorang wanita yang penampilannya terlihat sangat menawan sudah berdiri tegap di hadapannya. Dengan seulas senyum yang tak lepas dari wajah cantiknya.
"Perkenalkan, saya Sekertaris Tuan Alarix. Saya di perintahkan untuk mengantar anda ke ruangan Presdir." sahut wanita itu saat Valerrt ingin mengeluarkan kalimat tanya pada wanita cantik di hadapannya itu.
Valerry mengangguk dan mengikuti langkah wanita itu. Menaiki lift yang menuju ke lantai lima belas. Lantai yang di tempati Kenzo berada.
Setelah sampai, wanita itu beranjak undur diri dengan mempersilakan Valerry untuk segera menghadap Kenzo.
"Sebaiknya kita segera menyerahkan berkas milik papamu, lalu kita bisa pulang dan bersantai."
Valerry mengetuk pintu itu dengan tiga kali ketukan, saat ia mendengar suara dari seberang sana yang menyuruhnya untuk masuk, Valerry langsung membuka pintu tersebut.
Saat pertama kali Valerry masuk ke ruangan Kenzo, wanita itu menatap Kenzo dengan pandangan berbeda. Lelaki yang biasanya terlihat minim ekspresi itu terlihat lebih tampan dan menawan di saat bersamaan. Akan sangat berbeda jika Kenzo sudah berada di rumah. Lelaki itu akan selalu mencari celah untuk bisa menikmati puting susunya dan tidak membiarkan Valerry pergi kecuali Kenzo yang mengijinkannya atau jika Keanu yang akan merengek meminta perhatian.
Lelaki yang tengah duduk di kursi kebanggaannya itu terlihat sangat serius dengan apa yang matanya lihat. Masih dengan sikap datar dan konsentrasi penuh. Kenzo sama sekali tidak mengeluarkan kalimat sapaan hingga suara khas anak kecil dari Keanu membuat Kenzo menatap langsung ke arah suara itu.
Kenzo tak begitu yakin dengan pengelihatan matanya. Sejujurnya ia berpikir jika sekertaris-nya lah yang datang menemuinya, tapi nyatanya Valerry dan bayi lelakinya lah yang berdiri tegap di hadapannya sekarang.
Kenzo menatap lekat pada penampilan Valerry yang di kenakannya sekarang. Dan entah kenapa dahi Kenzo langsung bertaut tidak menyukai dengan apa yang Valerry tampilkan padanya. Meski pakaian yang Valerry kenakan masih seperti biasanya, gaun selutut tanpa lengan, namun entah kenapa Kenzo tidak menyukai dengan apa yang Valerry kenakan saat ini. Apalagi rambut Valerry di ikat tinggi dan memperlihatkan leher jenjangnya dan bisa di nikmati oleh pria manapun.
Shitt!!
Kenzo seolah berteriak tidak terima jika ada yang menatap Valerry dengan mata penuh minat seperti itu.
"Berkas-berkas yang kau minta." Valerry meletakkannya di meja Kenzo dengan dahi terlipat. Entah kenapa Valerry merasa jika Kenzo sedang memandangnya dengan kilatan menakutkan dan ia tak tau kenapa alasannya. "Apa ada masalah?"
Kenzo tak menyahut. Sorot matanya menghujam tepat di manik Valerry yang bening. Membuat wanita musim semi itu merasa jika Kemzo akan melakukan sesuatu padanya.
"Apa kau tidak punya baju lainnya?"
Untuk pertama kalinya, Valerry mendengar nada dingin yang Kenzo keluarkan. Meski begitu, sorot mata lelaki iyu tidak lepas dari lekuk tubuh Valerry.
Lelaki dengan tubuh tinggi dan wajah tampan itu bangkit dari kursi kebanggaannya. Berjalan mendekati Valerry yang masih berada di tempat ia berdiri dan Keanu dalam gendongannya.
"Jangan pernah berpenampilan seperti ini jika di luar rumah!!" perintah itu mutlak Kenzo katakan. Rahangnya mengeras dan Kenzo benar-benar akan kehilangan kontrol kendali dirinya andai saja tidak ada Keanu di antara mereka.
Sial!! Kenzo benar-benar akan membuat perhitungan jika Valerry melanggar perintahnya kali ini.
"Aku mengerti." Valerry mengucapkannya dengan anggukan tegas tanpa meminta penjelasan apapun. Melihat bagaimana Kenzo menatapnya nyalang seperti ini saja sudah membuat nyalinya menciut.
Saat sorot mata Kenzo mulai melunak, Valerry bisa menarik napas dengan lega, setidaknya ia tidak akan mendapati wajah penuh emosi dan bagaimana suara dingin itu terdengar olehnya.
"Apa Keanu sudah tidur?"
"Dia baru saja bangun sejam yang lalu."
"Minumnya?"
Valerry memberengut mendengarnya, kenapa lelaki itu tidak pernah jauh dengan payudaranya meski hanya sebuah kalimat saja.
"Masih setengah jam lagi."
Kenzo memincingkan sebelah alisnya, "lalu kenapa bajumu basah?"
Valerry tak begitu mengerti bagian mana bajunya yang basah. Namun saat Kemzo menunjuk payudaranya, Valerry baru menyadari jika payudaranya mengeluarkan ASI yang cukup deras dan pantas saja, putingnya mengencang dan sedikit ngilu jika tanpa sengaja tergesek oleh Keanu.
"Apa aku bisa menyusui Baby Kean di sana?" Tanya Valerry. Menunjuk sofa panjang itu di sana.
Wanita mysim semi itu menatap Kenzo dan meminta untuk lelaki itu izinkan. "Tidak!"
Hahhh... Apa katanya tadi??
"Sebaiknya aku pulang saja." Dan sebelum Valerry berbalik menuju pintu, Kemzo sudah mencekal pergelangan tangannya. Membawa Valerry ke sebuah ruangan bercat putih.
"Kamu bisa menyusui Kean disini. Jika kau melakukannya di luar, akan ada tamu yang akan segera datang bertemu denganku."
Valerry tersenyun tipis dan mengangguk paham, "terima kasih."
Dan sbelum Valerry menarik resletingnya hingga ke bawah, Kenzo sudah lebih dulu mengambil tugas itu dan menyelipkan telapak tangannya begitu saja untuk memegang payudara sebelah kiri Valerry.
Melihat apa yang Kenzo lakukan, hawa panas kembali hadir di tubuh wanita musim semi tersebut. Entah kenapa Kenzo suka sekali melakukan tindakan-tindakan yang seharusnya bisa Valerry lakukan sendiri.
Dasar sial!! Meski hanya mengeluarkan payudaranya, sedikit remasan Kenzo berikan meski hanya sekilas sebelum payudara itu terpampang di depan tiga pasang mata manusia tersebut.
Dan setelah itu Kenzo langsung berlalu begitu saja saat Keanu sudah meraup puting Susu Valerry dan menghisapnya dengan penuh semangat.
"Pelan-pelan,"
Suara Valerry masih bisa Kenzo dengar meski hanya sekilas. Lelaki tampan itu selalu saja bisa mencari celah jika berhadapan dengan Valerry. Dan Kenzo merasa jika dirinya tidak jauh lebih sama persisnya seperti Keanu. Yang membutuh payudara Valerry. Meski alasan membutuhkan itu jelas berbeda artinya.
Ya, Kenzo memang sangat menyukai bagaimana interaksi yang Valerry lakukan pada putranya, selalu bisa membuat Kenzo selalu ingin melihat sisi lainnya dari Valerry Anggita.
Sial!! Baru saja ia meremas dada Valerry dan melihat bagaimana Keanu menghisap puting tersebut, ternyata sanggup membuat Kenzo memiliki keinginan yang sama untuk lelaki itu lakukan.
Namun sebelum pikiran nakal itu menguasainya, sebuah ketukan pintu menyadarkan Kemzo dari imajinasi liarnya. Menarik napas dalam, dan menginterupsi seseorang yang berada di balik pintu tersebut untuk segera masuk.
"Selamat siang."
Kenzo melihat lelaki di depannya sama persis seperti yang sudah sering ia lakukan pada seluruh karyawannya. Tidak perlu bersikap ramah tamah seperti bisnisman kebanyakan, Kenzo sama sekali tidak pernah bersikap berbasa basi.
"Hn,"
Lelaki di depannya itu tersenyum. Mungkin ia sudah pernah mendengar jika lelaki yang berdiri di depannya ini adalah sosok yang tidak bisa di suap dengan kalimat sapaan atau bahkan tidak ada satu orang pun yang mampu membuat seorang Alarix terpancing untuk berekspresi lain, selain wajah datar seperti ini.
"Beberapa hari yang lalu saya membuat presentasi dan proposal untuk kerja sama perusahaan, dan dari yang saya dengar, Anda menyetujuinya." Terang lelaki itu.
Sementara Kenzo hanya diam mengamati dan tetap mendengarkan semua kalimat itu dengan seksama.
Namun sebelum Kenzo menyambut kalimat itu, sebuah suara yang sangat ia kenal mengudara dan membuat Kenzo dan lelaki itu berpaling menatap Valerry dengan mata terbelalak terkejut.
"Vall!!"
Suara itu tidak berasal dari Kenzo, tentu saja. Suara sarat akan keterkejutan itu berasal dari lelaki yang sedang duduk dengan beberapa berkas di tangannya.
"S-Sean?" Raut penuh terkejut itu tak luput dari pandangan Kenzo. Dan entah kenapa Kenzo merasa tidak menyukai interaksi mereka berdua dengan pandangan penuh rindu yang terlihat nyata di balik manik mereka masing-masing.
****
TBC