webnovel

Aku Tidak Takut

Angga yang mendengar suara wanita lembut dan mengintimidasinya, mencari suara wanita itu di segala arah, dia tidak suka diintimidasi oleh siapa pun, dia hanya ingin semuanya jelas, bukan main bunuh saja.

"Siapa kamu? Kamu pikir aku takut dengan ancaman kamu hmm? Tidak, aku tidak takut sama sekali. Paham kamu, jangan kamu ikuti emosi kamu saja, aku tahu kamu di bunuh oleh mereka, tapi jangan buat kamu seperti mereka, pembunuh, pikirkan saja sendiri, jika mau nama kamu baik di mata masyarakat jangan bunuh mereka, paham kamu Darsimah!" teriak Angga dengan kencang.

"Hahaha! Kamu pikir aku peduli dengan nama aku? Aku tidak akan peduli, mereka sudah membenciku selama ini, aku hidup atau mati pun mereka tetap membenci aku, jadi jangan melarang aku untuk membunuh mereka, aku sangat tidak suka," ucap Darsimah yang muncul di depan Angga.

Angga dan Darsimah saling pandang, Angga yang melihat wajah Darsimah tiba-tiba terkejut. Wajah Darsimah yang hancur dan menyeramkan yang membuat dia terkejut. Nafas Angga memburu karena melihat secara dekat wajah Darsimah dan jantung Angga berdegub kencang, munafik dia tidak takut, polisi juga manusia?

"Aku bilang jangan ikut campur, dan jangan buat aku bunuh kamu juga kan? Jika kamu menghalangi aku maka aku akan tetap membunuhmu bersama mereka." Darsimah menatap tajam ke arah Angga.

"Jika yang bunuh kamu itu pacar kamu bagaimana? Apa kamu akan bunuh dia juga? Jawab Imah? Kenapa kamu diam? Tidak, bisa kan kamu jawab? Kamu munafik Imah, kamu itu tidak akan bisa bunuh dia, kamu malah membunuh pria yang tidak bersalah!" hardik Angga kepada Imah.

Darsimah yang mendengar apa yang dikatakan oleh Angga diam saja, dia tidak tahu harus jawab apa, baginya tidak mungkin pacarnya. Kang Benny tidak mungkin membunuhku, dia sangat mencintaiku, dia menyayangi aku pikir Darsimah dalam hati. Darsimah mengingat kejadian saat dia dibunuh, dia memandang mata lelaki itu dan mata itu benar-benar seperti mata Kang Benny, tapi tidak mungkin dia.

Darsimah mundur ke belakang dia geleng kepala dan menghilang dari hadapan Angga. Angga yang melihat Darsimah pergi dari hadapannya langsung menghela nafas panjang, dia bisa lega Darsimah tidak menganggunya.

"Aku harap dia bisa merenungi apa yang sudah aku katakan, aku tidak mau dia membunuh orang lagi." Angga melihat ke arah sisi ranjang Zuki yang masih tertidur tersenyum kecil dia geleng kepala melihat Zuki.

"Bangun kamu, jangan kamu pura-pura tidur, kamu pikir aku tidak tahu, kalau kamu itu sudah bangun hmm? Kenapa tidak bangun saat kakak kamu itu datang?" tanya Angga kepada Zuki.

Zuki yang sudah ketahuan hanya terkekeh dan membuka matanya satu, begitu juga dengan anak buahnya yang lain, yang ikut bangun dan menatap ke arah Komandan mereka. Angga mendengus kesal karena anak buahnya yang sudah bangun tapi tidak ikut membantu dia tadi, malah berpura-pura tidur.

"Kami takut, jadi kami berpura-pura tidur, kamu kan sudah menunjukkan kalau kamu berani menghadapi dia, jadi, ya sudah kami tidak akan membantu kamu lagi. Bukannya kamu bilang aku tidak takut," ucap Zuki kepada Angga yang tengah berbaring tatapan mata yang tajam terhadap dirinya.

"Hilang rasa takutki, jika seperti ini. Mana aku asal sebut lagi bilang pacarnya, tapi, menurutku, kenapa dia tidak di lihat pacarnya saat dia meninggal ya?" tanya Angga kepada Zuki.

"Bisa jadi pak, pacarnya malu punyanya pacar seperti Darsimah, kan kita tidak tahu perasaan pacarnya." Bono menjawab pertanyaan dari pak komandannya.

"Tapi, tidak mungkin dia malu, dia pasti terpukul karena pacarnya meninggal secara dramatis, kita kan tidak tahu kan kalau perasaan pacarnya seperti apa," jawab Bobo lagi.

"Atau bisa saja ya, dia itu tidak di setujui oleh orang tuanya dan dilarang oleh orang tuanya untuk ke sana, bisa saja kan hal itu terjadi. Jadi, dia tidak berani datang, takut lah intinya," ucap Boni kepada Komandan Angga.

Zuki dan Angga terdiam mendengar jawaban dari ketiganya. Semua jawaban mereka tidak ada salahnya dan semuanya pasti ada yang berhubungan dengan semua ini. Zuki melihat ke arah Angga dan meminta Angga untuk mengatakan sesuatu.

"Menurut aku ya, bisa saja dia, pelakunya, pertama dia tidak suka si Imah menari dan kedua dia juga tidak di restui ketiga ada orang ketiga di antara hubungan mereka, bisa saja kan." kali ini Zuki yang mengatakan apa yang ada di pikirannya.

Angga terdiam mendengar jawaban dari Zuki. Dia berusaha menghubungkan semuanya, dan apa benar kalau pacarnya yang melakukan ini pikirnya lagi. Dan saat semuanya diam dengan pemikiran masing-masing, tiba-tiba suara yang cukup kencang terdengar dari luar.

Pranggg!

Kelimanya terkejut karena mendengar suara yang cukup keras dari luar. Zuki melihat jam di dinding, sudah hampir subuh tapi suara apa yang itu pikir Zuki.

Zuki melihat ke arah Angga dan mendongakkan kepalanya untuk meminta Angga menjelaskan, Angga yang melihat Zuki seperti itu hanya geleng kepala.

"Aku tidak tahu, jangan bertanya padaku, yang ada aku bisa pingsan lagi," cicit Angga kepada Zuki.

"Jika nggak lihat, mana kita tahu, coba kamu lihat sana, bukannya kamu tidak takut ya, lagian sudah mau subuh ini, hantu tidak akan datang," ucap Zuki yang memaksa Angga untuk pergi lihat.

Ketiga anak buah Angga sudah menutup matanya, mereka takut jika mereka diminta untuk mengecek keadaan, jadi jalan satu-satunya, mereka tidur. Zuki yang mau meminta ketiganya pergi melihat keluar harus mengurungkan niatnya, karena ketiganya tidur mungkin saja.

"Kenapa mataku terbuka di jam segini, dan untuk tidur saja tidak bisa," ucap Zuki yang memggerutu karena dia harus bangun di saat yang tidak pas.

Angga melihat Zuki yang mengomel tidak jelas. Angga tidak berani turun karena dia masih ngilu di tangan dan kakinya, dia terluka di keduanya, sehingga sedikit kesulitan untuk banyak bergerak.

"Pejamkan matamu, jangan kamu buka matamu, anggap saja suster sedang bermain dengan seekor kucing yang kebetulan lewat atau anggap saja kucing yang oleng karena menabrak tong sampah dan tentu saja karena dia sedih kekasihnya masuk rumah sakit atau dia ...." Angga menghentikan omongannya karena perkataannya di potong oleh Zuki.

"Atau Darsimah yang sedang menguping dan karena ketahuan dia masuk ke dalam tong sampah," ucap Zuki seenaknya.

Angga yang mendengar apa yang dikatakan oleh Zuki mengangga, dia tidak menyangka kalau Zuki mengatakan hal itu, dan tanpa mereka sadari Darsimah sudah berada di dekat mereka dan memandang mereka berdua. Angga dan Zuki memandang ke arah Darsimah yang tatapan matanya tajam dan ingin segera mengeksekusi keduanya.