webnovel

Kedatangan Arta

Waktu berlalu, langit yang semula berwarna hitam kini mulai menampakkan warnanya di temani awan putih yang bertebaran bak goresan kuas di atas kanvas. Cahaya matahari menembus jendela kamar milik arini yang setengah tertutup oleh tirai, kemudian terdengar suara ponsel yang berdering.

"kriiingg.. kriing.."begitulah bunyi alarm yang bertugas membangunkan Arini di pagi hari. Arini yang masih dalam keadaan setengah sadar mulai menggerakkan tangannya secara acak di tempat tidur mencari keberadaan ponselnya.

"hmmm" gumamnya sambil menatap layar ponsel dan kemudian mematikan alrm ponselnya. Arini bangkit dari tempat tidurnya kemudian di amatinya setiap sudut kamarnya yang berwarna hijau pastel itu, matanya terhenti pada segelas susu dan sepiring roti shandwich yang telah siapkan untuknya. melihat itu dia kemudian bergegas berjalan menuju meja sambil menggenggam ponselnya.

dilahapnya sandwich itu pelan-pelan, tiba-tiba terdengar bunyi sekilas dari ponselnya yang berarti Arini menerima notifikasi. segera dia membuka pesan tersebut kemudian membacanya sambil tetap memakan shandwich yang berada di sebelah kanan tangannya.

terlihat dia mendapatkan pesan dari nomor yang tidak dikenal.

{isi Pesan}

"Hallo Arini Almaira, How are you? So long no see with you. Aku ga yakin kalau kamu masih ingat dengan aku. tapi asal kamu tau aku selalu ingat kamu loh.. bahkan aku selalu menunggu hari dimana aku bakal ketemu sama kamu. Aku sangat menanti pertemuan kita, semoga pesan ini bisa menjadi awal dari kita yah."

Arini yang sebelumnya tidak pernah menerima pesan seperti itu pun bingung, banyak pertanyaan muncul dikepalanya yang ingin segera dia ketahui jawabannya. segera ia membalas pesan tersebut setelah membaca isi pesannya.

"Sorry, ini dengan siapa?" tanya Arini

"Aku adalah cinta yang kau tunggu." Arini sontak terbelalak membaca pesan itu. jantungnya berdegup dengan kencang. Apakah dia?, Lelaki yang sedari dulu telah mengisi ruang di hatinya.

"Arta?"

"Apa kamu Arta?" kembali Arini memastikan.

Kemudian pesan itu di balas dengan emotikon senyum oleh nomor yang tidak di kenal itu.

"Apa iya dia Arta?, Ahhh sudahlah untuk apa aku memikirkan hal itu. dia telah pergi meninggalkanku, dan dia gak mungkin bisa kembali." gumamnya dalam hati sambil terus menatap layar poselnya.

diapun beranjak dari tempat duduknya untuk bersiap-siap menuju kantor seperti hari-hari biasanya.

Suasana di rumah pagi itu sama seperti hari sebelumnya. terlihat bi ningsih yang sibuk memasak di dapur dan beberapa pembantu yang berlalu lalang di rumah menyelesaikan pekerjaan mereka.

"Bi ningsih" Panggil Arini dari arah ruang tengah

"Gimana bi? Aku cantik kan?" tanya nya yang di temani oleh senyum yang manawan, sambil bergaya bak model di depan bi ningsih.

di amatinya Arini yang sedang berpose di depannya. terlihat dia sangat anggun dengan balutan kemeja putih dipasangkan dengan rok span hitam yang menutupi hingga lutut, rambutnya yang di gerai dan tak lupa makeup natural yang dikenakannya menambah kesan anggun pada dirinya.

"Wah.. Wah.. cantik banget atuh neng. cocok jadi model" ungkapannya yang tak melepas pandangannya dari Arini sembari mengangkat jempolnya.

"hihihi.. Bibi bisa aja.. Rini pamit ke kantor yah bi, mau meeting sama orang penting soalnya".

"hmm.. Mau meeting sama klien atau meeting sama mas ganteng?" ucap bi ningsih sembari menyenggol tubuh ramping milik Arini dengan nada agak sedikit menggoda

"ihh.. bibi apa sih" jawab Arini sambil tersipu malu mendengar godaan bi ningsih.

bi ningsih yang melihat itu pun tak kuasa menahan tawa.

"Hahahaha.. Yasudah berangkat gihhh, hati-hati di jalan yah atuh geulis". tawa bi ningsih yang di lanjutkan dengan pesan untuk Arini sembari mengusap kepala arini

"iya bi, Arini pamit yah".

Arini pun berangkat ke kantor di temani oleh supir pribadinya Pak Murti.

"Pak murti setelah ini langsung balik aja yah.. aku naik taksi aja pulangnya".

"Oh jangan neng.. ini sudah jadi tanggung jawab saya buat ngejagain eneng" tolak pak murti

"ga papa pak, Bapak istirahat saja dirumah yah"

"Yaudah neng.. Bapak mah nurut aja".

Arini pun sampai dikantor, dan pak murti kembali memacu mobil menuju rumah. di kantor, semua orang menyapanya.

"Selamat pagi bu menejer" ucap setiap orang yang menyapanya. Arini yang menerima perlakuan itu hanya membalas dengan senyuman di sertai dengan anggukan kepala.

Sesampainya di ruangannya arini terheran-heran, tidak seperti biasanya ruangannya terbuka sebelum dirinya sampai diruangan itu. rasa penasarannya pun menemani langkah kakinya menuju ruangannya. "Klotak.. Klotak.. Klotak" Suara higheels yang digunakannya mengisi lorong-lorong yang dilewatinya hingga di depan pintu ruangannya.

tanpa basa basi ia pun langsung masuk ke ruangan. rasa penasarannya kembali mucul melihat seorang laki-laki berbadan tinggi, berkulit sawo matang dan berjas hitam yang duduk membelakangi dirinya.

"Eehh.. Maaf pak ada yang bisa saya bantu?" Tanya arini dengan canggung.

"Selamat Pagi Arini Almaira" Sapa lelaki itu sembari memutar kursi yang membuatnya kini berhadapan dengan Arini.

"Wah wah kau lebih cantik dari yang ku bayangkan" sambungnya sambil menatap arini dari atas hingga ke bawah berulang-ulang.

Arini yang masih kebingungan kembali melontarkan pertanyaan kepada lelaki itu.

"Maaf Anda siapa?."

"Hehehe."Lelaki itu terkekeh melihat respon Arini yang kebingungan atas keberadaannya. diapun kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju Arini, di pegangnya tangan Arini yang membuat sekujur tubuh Arini menjadi kaku dan nafasnya menjadi tidak beraturan ditambah lagi dengan aksinya yang diakhiri dengan kecupan yang membuat jantung perempaun itu berdegup dengan kencang.

"Aku Arta Sri Raharja, teman kecilmu dulu. Senang bisa bertemu kembali denganmu Arini Almaira".

Spontan saja Arini kaget dan menarik tangannya dari genggaman lelaki itu.

"Ahh i.. i.. iya.. Se.. senang bertemu kembali denganmu A.. Arta" jawabnya dengan gugup.

"Apa yang Anda lakukan disini??" sambung Arini.

"Hahaha... gak perlu terlalu Formal Arini. kita kan teman" ungkapnya dengan melemparkan senyum nakal kepada Arini.

"eh heheh iya"Jawab Arini sambil tersenyum dengan paksaan.

Melihat respon Arini yang tidak seperti yang ia bayangkan Arta pun mengakhiri dan pergi meninggalkan Arini.

"Baiklah.. kalau begitu aku keluar sebentar yah.. aku akan menemui kamu nanti" ungkapnya sambil mencolek dagu lancip milik Arini.

arini tak bisa berbuat banyak melainkan hanya memalingkan wajahnya dari laki-laki yang berada di depannya.

Arta pun berlalu dengan senyum nakal yang tersungging di bibirnya.

"Huf.. Huf.. Kau masih sama seperti dulu Arta. Hampir saja aku mati menahan nafas karena sikapmu." ungkap Arini sambil mengatur nafas yang terengah-engah karena syok menerima perlakuan yang begitu berani dari seorang lelaki yang baru di temuinya setelah bertahun-tahun berlalu.

Arini berusaha menenangkan pikirannya yang baru saja dikacaukan oleh laki-laki yang ternyata punya kenangan masa lalu dengannya. Di rebahkan badannya ke kursi kerja miliknya sembari bergumam,

"Arta Sri Raharja, Namamu selalu ku ingat, tapi cintamu sudah lama ku lepas bersama kepergianmu bertahun-tahun yang lalu Arta." ujarnya dengan wajah yang kesal disambung dengan helaan nafas yang terlepas dari mulutnya sembari menutup kedua matanya. Kembali Arini mencoba tenang, namun ada hal yang membuat pikirannya kembali bertanya dan akhirnya dia tersadar kembali.

"Ah iya apakah Banyu sudah sampai di kantor?, Mari kita lihat." tanyanya dalam hati sembari mengambil ponsel dan mencoba mengirimkan pesan kepada Banyu.

{Isi pesan}

"Hy, apa kamu sibuk? bisa temenin aku makan siang ini gak?".

tanya nya meminta kesediaan banyu untuk menemaninya. setelah pesan terkirim, diapun langsung memulai aktifitasnya sebagai manajer, dibukanya laptop berwarna silver itu dan dia mulai meletakkan jari-jari lentiknya di atas tombol keyboard dan memulai memeriksa pekerjaannya satu persatu.

***

[POV Banyu]

Banyu membuka mata dari tidurnya. terdengaran suara helaan nafas yang keluar dari mulutnya. begitu berat keadaan yang dihadapi oleh banyu saat ini.

dilangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk bersiap ke kantor. dikenakannya kemeja sky blue berlengan panjang dilengkapi dasi berwarna biru agak kepelapan yang melingkar di lehernya. Celana hitam panjang dan sepasang sepatu pantofel yang nelengkapi penampilannya pagi ini.

"Aku berangkat kerja yah bu" ucapnya berpamitan seraya mengambil dan mencium tangan ibunya.

"Iya.. hati-hati yah nak". Balas ibunya sambil tersenyum kepada Banyu. tetapi banyu hanya tersenyum simpul kepada ibu yang masih berdiri di depan rumah.

di pacunya motor yang di naikinya dengan cepat agar bisa segera sampai di tempat kerjanya. banyu juga bekerja di tempat Arini bekerja dimana dia bekerja sebagai staff biasa.

sesampainya di kantor di pinggirkannya motor kesayangannya itu lalu dia berjalan menuju ruangannya untuk bekerja.

"Selamat pagi," seperti itulah sapaan Banyu kepada setiap kariyawan yang ditemuinya yang di temani dengan senyuman.

Banyu memperhatikan satu-persatu wajah yang ada disana untuk mencari sosok Arini, berharap dia bisa melihatnya sekilas. Banyu tidak berani menemui Arini di kantor dikarenakan Arini adalah atasan Banyu. jadi dia tetap menghargai Arini sebagaimana semestinya.

Banyu tetap melanjutkan langkah kakinya menuju ruangan kerja. sesampainya di ruangan kerja, belum sempat ia duduk di kursi ponselnya berdering sekali. di rogohnya ponsel yang berada di saku celananya, kemudian di tatapnya layar ponsel itu. Senyum Banyu merekah melihat siapa yang mengirimkan pesan padanya. Ya, foto perempuan cantik dengan emoticon love di samping foto itu adalah Arini. Segeranya di buka pesan itu kemudian di baca. Segera setelah dia membacanya di balasnya pesan itu

"Baik bu menejer, saya dengan senang hati menerima tawaran anda," Balasnya dengan wajah bahagia. kemudian di lanjutkan perkerjaannya yang sedari tadi telah menunggu.

***

Waktu menunjukkan jam 12.30 tiba saatnya para kariyawan kantor untuk beristirahat dan makan siang. Seperti yang telah di rencanakan, Banyu dan Arini bertemu untuk makan siang. Mereka duduk di lantai dua cafe sambil melihat-lihat keadaan kantor yang berada tepat di depan cafe itu. Mereka berbincang, bercanda serta tertawa bersama

"Haha.. Haha.. Haha.. Haha..," terdengar sayup tawa mereka bersahut-sahutan. nampak mereka begitu menikmati waktu istrahat itu. disela-sela perbincangan mereka Arini meminta izin kepada Banyu untuk ke toilet sebentar, Banyu pun mengizinkan Arini. Segera Arini meninggalkan banyu menuju toilet, ditengah perjalananya ia tidak senagaja bertubrukan dengan seorang lelaki yang membuat nya terpelanting.

"Aaauu.. ssshhhh.." Ringisnya sambil memegang sikunya yang bergesekan dengan lantai. Laki-laki itupun membantu dan menanyakan keadaan Arini.

"Apa kamu baik-baik saja Arini?," Arini yang tidak memperhatikan laki-laki yang menabraknya pun terbelalak mendengar suara yang baru saja menyapa telinganya. Dibaliknya badannya untuk memastikan dan benar saja, laki-laki tersebut adalah Arta. Arta kemudian membantu Arini bangkit lalu setelahnya di tatapnya perempuan itu dalam-dalam, di genggamnya tangan perempuan itu,

"Arini.. Aku sudah menanti saat-saat ini, sebelumnya aku selalu membayangkanmu bersamaku, dan sekarang Aku disini. Aku akan menemui orang tuamu dan akan melamarmu. kita akan bersama seperti yang kau inginkan dulu." ungkap Arta dengan mata yang berkaca-kaca menatap Arini. Arini yang sedari tadi hanya diam kemudian membuka mulutnya,

dengan raut muka datar dia berkata "Tidak Arta!, aku bahagia dengan hidupku sekarang. Aku telah mencintai lelaki yang gak akan," tolak Arini dengan tegas sembari melepas genggaman Arta dan pergi meninggalkan Arta. Namun Arta dengan sigap menarik tangan Arini kemudian di dekapnya perempuan itu.

"Arini, aku mohon.. beri aku kesempatan.. aku sangat mencintaimu." ungkap Arta dengan suara bergetar,

"Arta.. apa yang kau lakukan, lepaskan aku!," Arini memukul dan meronta agar Arta melepaskan pelukannya. tapi semakin dia berusaha semakin erat pula pelukan Arta.

"Arta please.. lepaskan aku" Mohon Arini kepada Arta. Tapi Arta tidak memperdulikan permohonan Arini.

***

Banyu yang sedari tadi menunggu Arini merasa cemas karena tidak biasanya Arini berlama-lama di toilet. Banyupun memutuskan untuk menyusul Arini ke toilet untuk memastikan keadaan kekasihnya itu baik-baik saja.

Kakinya pun mulai melangkah meninggalkan tempat duduk itu dan berjalan menuju toilet menyusul Arini. tetapi tiba-tiba "deg." Banyu terpaku melihat pemandangan di depannya, nafasnya seakan terhenti, hatinya begitu hancur sampai dia tidak merasakan air matanya jatuh dari pelupuk matanya.

"ARINIIIIII!!.." Teriakkan Banyu sontak membuat Arta terkejut dan melepaskan pelukannya. Arini pun sama terkejutnya melihat Banyu ada di depannya menyaksikan adegan yang semestinya tidak dilijat olehnya.

"Banyu, aku bisa jelaskan ini." pinta Arini berjalan ke arah banyu berusaha meraih tangan banyu.

Banyu tak kuasa menahan amarahnya. ditepisnya tangan Arini, kemudian mengangkat jari telunjuknya ke depan mata Arini. "Apa yang ingin kau jelaskan?, Semuanya yang kulihat sudah menjelaskan semuanya Arini." ungkapnya dengan linangan air mata.

Arini tidak berputus asa, kembali di raihnya tangan banyu, "Banyu tolong dengar aku dulu". dan sekali lagi banyu menepis tangan perempuan itu dengan keras. Arta yang melihat adegan itu tak kuasa menahan emosi,

"Hey!! jangan kau sentuh.." Belum sempat dia menyelesaikan perkataannya pukulan Banyu lebih dulu sampai kepada Arta. yang membuat Arta tak mampu lagi mengendalikan dirinya.

"Laki-laki bangsat!!." segera Arta ingin membalas pukulan itu namun di tahan oleh Arini.

"Jangan kau pukul dia Arta!!" tahan Arini yang berdiri di depan Banyu dengan merentangkan tangannya untuk melindungi Arta. Banyu hanya diam tanpa sepatah kata yang keluar dari bibirnya. tetapi matanya tak bisa berbohong kalau dia benar-benar sakit. Banyu yang tidak tahan lagi akhirnya memilih untuk meninggalkan cafe itu.

Banyu memacu kecepatan tinggi motornya untuk meninggalkan cafe dengan cepat. Arini tak pantang menyerah, dikejarnya banyu menggunakan taksi. sementara arta memilih menetap di cafe dan tersenyum puas melihat pertengkaran banyu dan Arini. dengan begitu, Arini bisa saja jatuh ke tangannya.

"Hehe.. dengan begini aku pintu menuju arini terbuka untukku." ujarnya dengan senyuman puas yang terpancar dari wajahnya.

***

diluar cafe Arini yang sedang terburu-buru melihat ke kanan dan kekiri berharap ada taxi yang bisa membawanya mengejar banyu.

dan benar saja dari ujung jalan sebelah kanannya dia melihat ada taxi yang hendak melewatinya. langsung saja dia berhentikan taxi itu.

"Pak tolong kerjar motor di depan yah!." pintanya kepada sang supir.

"Baik neng" balas sang supir.

terlihat oleh mata Arini, banyu memacu kendaraannya dengan sangat cepat. semua kendaraan yang berada di depannya dilewatinya.

"Pak bisa lebih cepat lagi?," pintanya.

"iya neng" jawab sang supir.

"gak bisa lebih cepat lagi yah pak?" Pintanya sekali lagi. dengan bada bicara yang agak cemas.

"Sabar atuh neng.. ini juga udah cepat" jawab sang supir dengan nada agak kesal karena permintaan Arini.

"Aduh pak saya lagi buru-buru ini, Kalau bapak gak bisa cepat biar saya yang yang bawa mobil yah... yah pak yah.. please." ucapnya sembari merapatkan kedua tangannya disertai matanya yang berbinar.

"Gak boleh neng.. ini sudah jadi tugas saya.. eneng duduk aja disitu diam diam yah" Tolak sang supir. Arini terus memaksakan kehendaknya, dan terus membujuk supir itu yang membuat konsentrasi sang supir pecah. Tiba-tiba dari arah sebelah kanan terlihat mobil truck yang sedang melaju,

"Piiip.. piippp" Bunyi klakson mobil truck itu, yang membuat supir taxi terperanjat kaget serta hilang konsentrasi. dan pada akhirnya kecelakaan tak dapat di elakkan

"PRAANG!!!" Suara tabrakan kedua mobil itu beradu. mobil taxi yang di tumpangi oleh Arini berguling dan terseret hingga Arini terlempar keluar dari mobil. Beberapa kali Arini terguling dan terbentur oleh aspal. dan berakhir dengan kepalanya yang terbentur keras pada pembatas jalan yang membuatnya tak sadarkan diri. Sementara sang supir ikut terguling bersama mobil dan juga tak sadarkan diri.

***

Banyu yang tidak menyadari kejadian dibelakangnya terus melaju kencang. Begitu sakit yang di rasakan oleh banyu, sepanjang perjalanannya hanya kejadian laki-laki itu memeluk Arini, yang tentu saja membuat bulir-bulir air matanya berjatuhan. Dia memarkirkan motornya di pinggir taman, dan duduk di bangku yang menjadi tempat kegemaran keduanya.

"kenapa Arini?" Tanya Banyu, sambil memandang langit yang mulai meredup.

tak sanggup lagi dia berkata-kata, hanya air mata yang bisa mengatakan betapa sakitnya dia saat ini.

***

malam hari, selepas dari taman melepas keresahan hatinya, Banyu kembali ke rumah dengan tatapan kosong, mukanya yang sendu tak ada sedikitpun gairah di wajahnya.

Direbahkan badannya di atas sofa tua yang berhadapan langsung dengan tv. dipejamkan matanya sejenak untuk menenangkan kembali hatinya yang sedang gundah.

dia kemudian meraih remot tv kemudian menyalakannya.

Seketika matanya terbelalak melihat apa yang sedang tayang di tv. ya, kabar mengenai Arini telah sampai kepadanya.

deg!,

tak sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, hanya air mata mengalir deras yang terus mengucur membasahi kedua pipinya.

kedua bibirnya mengatup tak sanggup mengeluarkan kata-kata.