webnovel

Kupu Kupu Hitam

Karina berjalan menembus hujan, jalan raya kala itu ramai. Kemeja putih yang dipakainya telah basah sepenuhnya dan perjalanan menuju rumah masih sangat jauh. Sebuah mobil berwarna hitam menepi dan seorang laki - laki tua keluar dari sana.

secretfans · Teen
Not enough ratings
5 Chs

Kilas Balik

"Karin ~~ ayo ke kantin."

Kepala dari gadis bernama Alura itu muncul dari balik pintu. Saat memasuki sekolah menengah pertama Karina dan Alura masuk dikelas yang berbeda. VII-A untuk Karina dan VII-D untuk Alura. Sudah menjadi kebiasaan mereka agar yang lebih dahulu keluar menjemput yang terlambat. Kadang ada beberapa guru yang masih terus melanjutkan materi bahkan ketika bel isyarat istirahat sudah berbunyi sejak bermenit menit lalu.

Dan begitulah yang terjadi di kelas VII-A kali ini. Seorang guru perempuan yang tadinya masih melanjutkan presentasi menoleh ke arah pintu yang terbuka. "Siapa itu diluar ?" ujarnya.

Sontak Alura salah tingkah. Beberapa teman Karina yang mengenalnya menahan tawa, apalagi ketika kaki Alura tak henti hentinya bergerak dengan gelisah ketika guru perempuan itu menghampirinya.

Karina hanya menggeleng dan mulai membereskan peralatan tulisnya. Dia punya perasaan kelas membosankan ini akan segera selesai.

"I-itu bu -- saya Alura dari kelas VII-D."

"Kenapa diluar kelas ? emangnya udah jam istirahat ?"

"SUDAH BUUU."

Bukan hanya Alura, anak - anak dikelas berteriak serempak. Tak habis pikir sang guru melupakan jam istirahat padahal jelas jelas sudah banyak anak yang berkeliaran diluar kelas mereka. Pintu terbuka selebar itu dan beliau tidak menyadarinya.

"Ya sudah ibu akhiri dulu. Jangan lupa sama tugas nya dikumpul hari kamis ke ketua kelas. Sekian, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatu."

"WAALAIKUMSALAM BU."

Setelah guru matematika itu keluar, anak anak lain mulai berhamburan. Begitu juga dengan Karina yang sudah berjalan di samping Alura yang masih merutuki kebodohannya yang tidak memeriksa apakah ada guru atau tidak.

"Gak papa.. Kalo gak gitu gurunya gak keluar."

"Ya tapikan namaku yang gak bagus woi."

Karina tertawa. Menarik Alura agar berjalan lebih cepat ketika melewati lapangan yang penuh dengan anak laki - laki yang sedang bermain bola. Jika kalian tahu, ketika anak laki - laki bermain bola di lapangan sekolah tidak ada kata hati - hati sama sekali. Mereka menendang dengan keras. Bahkan berlomba - lomba menentukan tendangan siapa yang berhasil membuat bola terbang setinggi mungkin.

Sudah berkali - kali atap kelas yang berada disisi lapangan menjadi lapangan mendarat bola sepak. Ditegur berapa kali pun mereka tetap melakukannya lagi. Dasar lelaki muda, begitu pikir para guru.

Karina tidak mengambil ribet. Asalkan bola tidak mengganggunya saat sedang belajar — maka biar lah.

buk

Karina berbalik dan melihat Alura yang sudah berjongkok memegang bagian lengan kanannya yang baru saja terkena bola.

"Eh -- maaf maaf.. Mau dibawa ke UKS gak ? Maaf banget ya gak sengaja." seorang anak laki - laki mendekat dengan tergesa. Disusul beberapa temannya yang lain. Karina mulai menarik diri, mencoba menjaga jarak dari anak lain.

"Gak papa, gak papa. Santai kaget doang tadi. Ya udah aku balik dulu."

Setengah berlari Alura menarik tangan Karina dan kembali ke tujuan awal. Kantin sekolah.

"Kok muka mu malah senang sih ?" heran Karina. Temannya ini -- ah sudahlah.

.

.

.

Lantai atas di gedung tiga adalah tempat yang sangat amat minim dari pengawasan guru. Di bagian ujungnya adalah letak kelas VII F sampai VII H. Karena sekolah ini menempatkan anak - anak sesuai nilai, kasarnya kelas ini adalah kelas bawah dengan nilai pas - pasan juga gudangnya anak bermasalah.

Walau terkenal seperti itu, nyatanya anak - anak yang mereka sebut nakal itu menurut Karina lebih asyik. Meski sering bertanya tentang banyak hal random juga beberapa gerakan yang terlalu bersemangat. Ingat, Karina bukanlah orang yang mudah bergaul. Gerakan - gerakan berlebihan membuatnya risih. Tapi tidak jika ditempat ini.

Setelah membeli beberapa makanan — terlebih Alura, anak itu membeli banyak sekali makanan ringan dan gelas - gelas minuman — mereka melangkah menuju kelas ujung. Karina hanya membeli sebotol teh pucuk, memangnya siapa dia sampai - sampai menghabiskan banyak uang dalam sehari ?

Walaupun kak Leo memberinya uang lebih dari cukup untuk berbelanja, Karina selalu menyimpan sebagian yang nantinya akan dia berikan pada Adel. Si bungsu itu harusnya mendapatkan luapan kasih sayang lebih banyak.

"Geser geser !! nih ambil bagi sama yang lain." Alura menerobos begitu saja kerumunan anak laki - laki. Duduk di kursi panjang berwarna putih yang ada didepan setiap kelas. Memberi satu dari dua kantong plastik yang dibawanya. Tangan Alura membuat gestur agara Karina mendekat. Anak - anak lain bahkan tidak protes sedikitpun. Walau mereka pemilik kelas, Alura sudah seperti bos disana.

"Tumben kasi banyak ke mereka ? Nanti ngelunjak loh, Rara." salah satu alasannya adalah pria ini. Keyandra atau akrab disapa Andra adalah kekasih Alura sejak hari pertama mereka resmi sekolah.

Entahlah Karina tidak terlalu mengerti. Alura bilang mereka kenal saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, yang mana hanya berlangsung tiga hari. Lebih mengagetkan lagi ketika dua hari lalu Karina baru mengetahui jika mereka berbeda kepercayaan.

"Gak papa. Masih pacaran, SMP lagi. Gak usah serius - serius lah. Gak bakal sampai nikah ini." adalah jawaban Alura saat Karina bertanya.

Mereka sahabat. Namun dari segi manapun mereka selalu bertolak belakang. Alura yang aktif dan periang, Karina pasif dan cenderung pendiam. Alura adalah perwujudan sebenarnya dari seorang ekstrovert dan Karina adalah introvert yang berdedikasi tinggi pada ketenangan.

Alura datang dari keluarga kaya dan terpandang, Karina hanyalah anak dari tanpa latar belakang yang jelas.

"Pulang sekolah jadi nggak ?"

"Kemana ?"

Karina duduk dalam diam. Mendengarkan Alura yang sibuk berbincang dengan Andra. Bukan diam canggung, dia selalu nyaman untuk duduk disini, nyaris tak pernah ada susana canggung jika mereka sudah berkumpul. Pada dasarnya semua anak disini memiliki jiwa lawak — tentu saja kecuali Karina.

"Kan tadi malam aku udah bilang. Kita ke rumah Siti lagi, tante masak banyak jadi ngundang anak - anak. Karina juga diajak loh." Karina melebarkan mata ketika namanya di sebut. Jarinya menunjuk diri sendiri, "Kok aku ?" tanyanya.

Sebelum Andra menjawab, salah satu anak disana menyahut lebih dulu. "Soalnya Alura sering cerita ke tante kalo ada temennya yang gak pernah mau diajak main kemana - mana." namanya Risqan. Salah satu anak yang dekat dengan Karina di sana.

Karina tersenyum, dia meminum teh nya dalam diam. Tidak menjawab dan membuat percakapan lebih banyak.

Alura memegang tangannya, "Ayooo.. Ikut sebentaaaaar aja. Kita cuman mau makan kok, kan aku aku juga masa gak mau ?" bujuknya.

"Bukan gak mau. Aku ada kerjaan habis pulang sekolah."

Alura merenggut. Hanya sedikit orang yang tahu jika Karina adalah murid beasiswa

. Bukan malu untuk mengakui, dia tidak seakrab itu dengan banyak orang. Jadi untuk apa dia memberitahu semua orang tentang hal pribadi ?

"Ya udah aku aja yang ke rumah kamu." putus Alura. Kali ini bukan hanya Karina yang kaget, tapi juga Andra.

"Loh Ra, gak jadi ke rumah tante ?"

"Gak ah, atau kamu ikut aja ke rumah Karin ? Mau gak ? Besok deh kita ke rumah tante, janji." Andra menghela nafas pasrah. Menuruti gadis yang tiga bulan ini menjadi pasangannya.

Karina tersenyum samar. Kira - kira bagaimana pendapat Andra saat melihat tempat tinggal nya ?

Dia hanya berharap mama Riska sedang tidak ada di rumah.