webnovel

Kuntilanak (Kisah Cinta Penari Dari Tanah Jawa)

Di sebuah desa, tepatnya di daerah Jawa Timur, tinggal lah seorang gadis muda nan cantik, dia adalah seorang penari di daerah tersebut. Setiap pria yang melihatnya jatuh hati padanya, lalu datang lah pemuda tampan dari tanah Sunda ke tanah Jawa dan menetap di sana, keduanya pun saling jatuh cinta, hingga akhirnya mereka menikah dan tepat di usia pernikahan mereka yang ke tiga minggu si istri hamil dan si suami di pindah tugaskan ke Jakarta. Si suami pun meninggalkan si istri untuk bekerja dan berjanji akan pulang jika ia libur kerja. Setelah sembilan bulan lamanya si suami memberi kabar pada istrinya kalau dia akan pulang ke rumah dan tepat di malam itu pria yang selama ini tergila-gila padanya mempunyai rencana yaitu menggoda si istri untuk meninggalkan si suami karena jarang di rumah. Tragedi itu pun terjadi pria yang selama ini tergila-gila padanya tidak sengaja menusukan pisau, lalu abdi dalem nya sebut saja mbok Surip di minta oleh si istri untuk membelah perutnya agar anaknya tetap hidup. Setelah anak nya lahir mbok Surip pergi meninggalkan daerah tersebut dan pindah ke daerah lainnya, masih di tanah Jawa. Ketika si suami sudah ingin sampai di rumah, si suami di hadang oleh empat orang dan di bunuh. Ternyata usut punya usut pria yang selama ini tergila-gila padanya sudah merencanakan semuanya termasuk pembunuhan suaminya dan ingin menguras atau menguasai semua harta benda dari si istri bersama dengan empat orang tersebut.

DaoistUPLBaH · Fantasy
Not enough ratings
3 Chs

BAB 1

Kediri, Jawa Timur

Di pasar Pahing..

"Cah ayu"

"Nggih mbok"

(Iya mbok), jawab Titah.

"Niki tumbasan ne sampun jagi"

(Ini belanjaan nya sudah siap)

"Oh nggih sampun tumbas e, nggih sampun mangga bali"

(Oh ya sudah belanjanya, ya sudah yuk pulang)

"Nggih cah ayu"

(Iya anak cantik), seru mbok Surip.

Di rumah Titah,

Di halaman depan rumah..

"Jo, jo..", kata Purnomo.

"Nggih Pur, enten menapa ?"

(Ya Pur, ada apa ?), tanya Paijo.

"Dinten menika ndara kita menari teng kantor dhusun ta, punapa sedaya persiapan sampun jagi jo ?"

(Hari ini ndara kita menari di kantor desa kan, apa semua persiapan sudah siap jo ?), tanya Purnomo juga.

"Sampun, loh emang e dinten niki sanes pekan ngajeng Pur ?"

(Sudah, loh memangnya hari ini bukan minggu depan Pur ?), tanya Paijo lagi.

"Sanes, pekan menika, menawi pekan ngajeng benten iseh acara ne, pekan menika jare ne kagem menyambut tamu"

(Bukan, minggu ini, kalau minggu depan lain lagi acaranya, minggu ini katanya untuk menyambut tamu), jawab Purnomo.

"Oh, lah pekan ngajeng ?"

(Oh, lah minggu depan ?), tanya Paijo lagi.

"Menawi pekan ngajeng kagem pernikahan ne Suryo anak e mustaka dhusun no loh jo"

(Kalau minggu depan untuk pernikahannya Suryo anaknya kepala desa no loh jo), jawab Purnomo lagi.

"Suryo, sinten Suryo, Pur, setau kawula asma anak e mustaka dhusun sanes Suryo deh nanging Eko ugi putra nomer kalih asma ne Rio ?"

(Suryo, siapa Suryo, Pur, setau saya nama anaknya kepala desa bukan Suryo deh tapi Eko dan anak nomer duanya Rio ?), tanya Paijo lagi.

"Suryo punika Eko, jo.."

(Suryo itu Eko, jo..), jawab Purnomo lagi.

"Ah masa ta ?"

(Ah masa sih ?), tanya Paijo lagi bingung.

"Sakarepmu"

(Terserah kamu..), jawab Purnomo lagi dengan kesal.

"Assalamu'alaikum", mbok Surip dan Titah memberikan salam pada Purnomo dan Paijo.

"Wa'alaikumussalam, mbok Surip, cah ayu", Purnomo dan Paijo menjawab salam dari mbok Surip dan Titah.

Di jalan dekat rumah Titah..

"Siapa dia, senyumnya sungguh manis dan sungguh cantik juga dia", kata Kamil dalam hati yang melihat Titah dan juga senyuman nya.

"Den rumah nya di sana bukan di sini", kata Asep.

"Iya mang..", seru Kamil.

Di rumah Titah,

Masih di halaman depan rumah..

"Jo tolong si mbok jo, bawain ini ya", pinta mbok Surip.

"Nggih mbok"

(Ya mbok), seru Paijo.

"Paklik, gimana persiapan kagem mangke dalu ?"

(Paklik, bagaimana persiapan untuk nanti malam ?), tanya Titah.

"Sampun jagi sedaya cah ayu"

(Sudah siap semua anak cantik), jawab Purnomo.

"Ageman, aksesoris, make-up ugi sampun paklik ?"

(Baju, aksesoris, make-up juga sudah paklik ?), tanya Titah lagi.

"Sampun ugi cah ayu, oh nuwun cah ayu benjing kresa latihan menarinya sakmenika atau mangke kemawon ?"

(Sudah juga anak cantik, oh ya anak cantik kapan mau latihan menarinya sekarang atau nanti saja ?), tanya Purnomo juga.

"Mangke kemawon paklik, saksampune mangsak, sholat dzuhur, ugi dhahar siang"

(Nanti saja paklik, setelah masak, sholat dzuhur, dan makan siang), jawab Titah.

Di rumah Kamil,

Di kamar Kamil..

"Siapa dia ?", tanya Kamil dalam hati.

Di depan rumah..

"Terimakasih ya sekali lagi sudah di bantu mencarikan tempat tinggal selama raden saya bertugas di sini", kata Asep.

"Sama-sama mas Asep", sambung pak Slamet.

"Raden saya kemana ya kok tidak kelihatan dari tadi", Asep mencari Kamil yang tidak duduk bersama nya di depan rumah.

"Mungkin sedang tidur di kamar, titip salam saja untuk den Kamil, sekalian saya pamit pulang, assalamu'alaikum", kata pak Slamet dan pak Slamet memberikan salam pada Asep.

"Baik pak, nanti akan saya sampaikan, wa'alaikumussalam", Asep menjawab salam dari pak Slamet.

"Pak Slamet mana mang ?", tanya Kamil.

"Baru saja pulang den, loh den mau kemana ?", tanya Asep juga.

"Mau jalan-jalan sebentar", jawab Kamil.

"Oh ya, nanti saya menyusul ya den", kata Asep.

"Iya..", seru Kamil.

Dan suara azan dzuhur pun berkumandang Titah dan para abdi dalem nya pergi ke masjid untuk sholat dzuhur, begitu juga dengan Kamil yang pergi ke masjid juga untuk sholat dzuhur berjama'ah.

Kamil dan Titah bertemu kembali di masjid, Titah tersenyum ketika dia melihat Kamil di hadapan nya yang membuat Kevin cemburu, Kevin adalah seorang pria yang tergila-gila (cinta mati) pada Titah.

Di rumah Titah,

Di dapur..

"Alhamdulillah..", seru Titah dan mbok Surip.

"Mbok, cah ayu..", seru Purnomo juga.

"Nggih Pur.."

(Ya Pur..), seru mbok Surip lagi.

"Nggih paklik"

(Ya paklik), seru Titah lagi.

"Sampun dzuhur, mangga dhateng mesjid mangke iseh mangsak e"

(Sudah dzuhur, yuk ke masjid, nanti lagi masak nya)

"Oh inggih sekedhap iseh Pur, cah ayu siap-siap kemawon mangke ing lanjutkan iseh mangsak e saksampune mantuk saking mesjid cah ayu"

(Oh iya, sebentar lagi Pur, anak cantik siap-siap saja nanti di lanjutkan lagi masak nya setelah pulang dari masjid anak cantik)

"Inggih mbok, menawi mekaten kula kersa pendhet wudhu riyen"

(Iya mbok, kalau begitu saya mau ambil wudhu dulu)

"Nggih sampun menawi mekaten paklik tengga ing ngajeng nggih cah ayu"

(Ya sudah kalau begitu paklik tunggu di depan ya anak cantik)

"Nggih paklik"

(Ya paklik), seru Titah lagi.

Di depan rumah..

"Loh mbok, cah ayu pundi ?"

(Loh mbok, anak cantik mana ?), tanya Paijo.

"Ing wingking kula, jo.."

(Di belakang ku, jo..), jawab mbok Surip.

"Mangga cah ayu, silahkan minggah dhateng becak"

(Yuk anak cantik, silahkan naik ke becak), kata Paijo.

"Inggih paklik.."

(Iya paklik..), seru Titah.

Di masjid..

"Alhamdulillah sudah sampai di masjid", kata Titah.

"Ini dia masjid nya saya sholat dzuhur berjama'ah dulu baru nanti lanjut lagi jalan-jalan nya", kata Kamil juga.

"Amit mas.."

(Permisi mas..), Titah tersenyum pada Kamil yang lewat di depan Kamil.

"Iya..", Kamil pun juga tersenyum pada Titah yang lewat di depannya.

"Dik Titah tersenyum pada warga yang baru itu, hemm..", Kevin yang melihat Titah tersenyum pada Kamil cemburu.

"Cah ayu, mangga mlebet"

(Anak cantik, silahkan masuk), kata mbok Surip.

"Inggih mbok"

(Iya mbok), seru Titah.

"Mas duluan ya", kata Titah lagi.

"Iya, itu kan, astaghfirullahalazim saya kan mau berjama'ah di sini", sambung Kamil yang terpesona saat melihat Titah.

Empat puluh lima menit kemudian..

Masih di masjid..

"Mangga cah ayu"

(Yuk anak cantik)

"Nggih mbok"

(Ya mbok), seru Titah.

"Ya dia sudah pergi, padahal ingin berkenalan dengan nya, ya sudah nanti juga bisa", Kamil kecewa melihat Titah yang sudah pergi dari masjid.

Di tengah perjalanan menuju ke rumahnya Titah melihat Kamil kembali yang rupanya Kamil tersesat.

Lalu Titah menawarkan untuk pulang bersamanya, Kevin yang melihat Titah dan Kamil bersama makin cemburu dan Kevin juga merencanakan untuk menculik Titah pada saat Titah berada di belakang panggung di acara pernikahan Eko, anak kepala desa.

Di jalan Cendana..

"Loh kok saya dari tadi di sini saja sih, jangan-jangan saya nyasar lagi", kata Kamil.

"Lik, paklik..!!", seru Titah.

"Nggih cah ayu"

(Ya anak cantik), jawab Paijo.

"Berhenti sebentar", pinta Titah.

"Oh nggih cah ayu"

(Oh ya anak cantik), Paijo menghentikan becaknya.

"Assalamu'alaikum mas", Titah memberikan salam pada Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Kamil menjawab salam dari Titah.

"Loh Pur, kok cah ayu berhenti, kita berhenti juga deh..", kata mbok Surip.

"Iya ya, kenapa cah ayu berhenti di sini, ya deh kita berhenti", sambung Purnomo.

"Mas nya nyasar ya ?", tanya Titah.

"Iya, saya baru pindah dan tidak tau daerah sini", jawab Kamil.

"Oh ya sudah bareng saja", kata Titah menawarkan untuk pulang bersama nya.

"Apa tidak merepotkan ?", tanya Kamil.

"Tentu saja tidak mas..", jawab Titah.

"Baiklah kalau begitu saya ikut kamu saja", kata Kamil.

"Ya sudah yuk mas..", sambung Titah.

"Dik Titah bersama dengan laki-laki itu lagi hemm..", Kevin makin cemburu ketika melihat Titah bersama dengan Kamil.

"Saya punya rencana, tapi saya butuh bantuan dari enam teman saya, saya ke pasar Pahing saja", kata Kevin.

Di rumah Titah,

Di halaman depan rumah..

"Emm mas, kalau boleh mas nya di sini saja dulu sekalian makan siang bersama", pinta Titah.

"Tidak usah dik, saya..", Kamil menolak permintaan Titah.

"Hayuk lah mas, jangan di tolak", pinta Titah lagi.

"Baik, saya ikut saja", Kamil menuruti permintaan dari Titah.

"Ya sudah hayuk masuk", pinta Titah lagi.

"Eh rupanya den Kamil di sini, saya cari-cari, maaf sebelumnya assalamu'alaikum", Asep memberikan salam pada Titah dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Titah dan Kamil menjawab salam dari Asep.

"Yuk den pulang, sekalian beli makan siang", kata Asep.

"Emm ya sudah, maaf dik, saya..", sambung Kamil.

"Maaf mas, saya sudah masak banyak sekali, mubazir kalau di buang, jadi mas nya ikut makan siang di rumah saya", kata Titah.

"Saya tidak enak den..", sambung Asep.

"Jangan di tolak dong, sekalian saya ingin mengenal mas nya", kata Titah lagi.

"Mungkin ini jawaban dari Allah", kata Kamil dalam hati.

"Gimana den ?", tanya Asep.

"Ya sudah yuk", jawab Kamil.

"Nah gitu dong..", seru Titah.

"Cah ayu, makan siang nya sudah siap, yuk makan siang dulu den mas dan mas nya", kata mbok Surip.

"Oh iya mbok", sambung Titah, Kamil, dan Asep.

Di pasar Pahing lagi..

"Vin..", Andika memanggil Kevin.

"Nggih.."

(Ya..), jawab Kevin.

"Punapa panjenengan, iseh kesal kaliyan sinten ?"

(Kenapa kamu, lagi kesal dengan siapa ?), tanya Andika.

"Kaliyan priyantun ingkang enggal pindah dhateng dhusun menika"

(Dengan orang yang baru pindah ke kampung ini), jawab Kevin.

"Sinten ?"

(Siapa ?), tanya Faiz.

"Punika loh dokter saking bantala Sunda"

(Itu loh dokter dari tanah Sunda), jawab Kevin.

"Oh dokter ingkang enggal pindah dhateng mriki nggih, ingkang sewa griya e pak Slamet ta ?"

(Oh dokter yang baru pindah ke sini ya, yang sewa rumahnya pak Slamet kan ?), tanya Guntur.

"Inggih, loh kok namung kalian berdua kamawon ingkang benten dhateng pundi ?"

(Iya, loh kok hanya kalian berdua saja yang lain kemana ?), tanya Kevin lagi.

"Mangke nyusul kok"

(Nanti nyusul kok), jawab Guntur.

"Terlewat sampeyan gadhah rencana menapa konjuk benjing ?"

(Lalu kamu punya rencana apa untuk besok ?), tanya Andika lagi.

"Kulo karep culik Titah uga mengambil kesuciannya, saksampune punika enggal terserah kalian kersa kalian apain Titah"

(Aku ingin culik Titah dan mengambil kesuciannya, setelah itu baru terserah kalian mau kalian apain Titah), jawab Kevin.

"Benjing, dalu niki ?"

(Kapan, malam ini ?), tanya Guntur lagi.

"Benjing ing acara pernikahan mas Eko"

(Besok, di acara pernikahan mas Eko), jawab Kevin lagi.

"Nggih sampun menawi mekaten pkula mantuk"

(Ya sudah kalau gitu saya pulang), kata Kevin yang pamit pulang ke rumah pada teman-temannya.

"Titah penari di kampung ini, yang Kevin maksud itu ya tur ?", tanya Andika.

"Mungkin, gak tau juga saya, lihat besok saja", jawab Guntur.

"Kalau memang benar, dia itu kan cantik dan kembang desa di sini", kata Andika.

"Benar kamu dik, selain cantik, kulitnya juga mulus, putih, dan bersih", sambung Guntur.

"Ya sudah lanjutkan saja makan nya", kata Andika.

"Oke..!!", seru Guntur.

Jam sembilan malam..

Di kantor desa..

"Baik langsung saja kita tampilkan tarian selamat datang, selamat menyaksikan dan semoga terhibur", kata pak Surya.

"Loh itu kan..", kata Kamil dalam hati yang kaget melihat Titah menari di acara penyambutan nya.

"Kenapa mas ?", tanya pak Slamet.

"Tidak, itu Titah ya pak, maaf pak dia siapa sih ?", tanya Kamil juga.

"Dia penari di desa ini dan dia juga kembang desa, banyak pemuda yang jatuh hati padanya, tapi tidak ada satu pun yang di pilih oleh nya, kenapa mas, apakah mas juga jatuh hati pada nya ?", tanya pak Slamet lagi setelah menjawab pertanyaan dari Kamil serta menjelaskan pada Kamil.

"Sejujur nya saja iya pak Slamet, bisakah bapak ke rumah nya untuk katakan padanya kalau ada pemuda dari tanah Sunda yang telah jatuh hati padanya dan berniat serius padanya", jawab Kamil yang meminta pak Slamet menjadi walinya untuk meminang Titah.

"Oh tentu saja bisa mas, nanti saya omongin dulu dengan mbok Surip", pak Slamet mau menjadi wali Kamil untuk meminang Titah.

"Terimakasih sebelumnya pak", kata Kamil.

"Iya..!!", seru pak Slamet.

Titah pun sudah selesai menari dan acara pun sudah selesai juga, ketika Titah ingin pulang ke rumah nya, pak Slamet membicarakan niatan Kamil untuk meminang Titah pada mbok Surip, mbok Surip pun mengizinkan nya datang ke rumah lusa.

Kevin yang mempunyai rencana untuk menculik Titah dan juga menodai nya bersama teman-temannya di dengar oleh abdi dalem Kamil yaitu Asep.

Asep pun memberitahu Kamil, dan Kamil bertanya pada pak Slamet tentang Kevin, pak Slamet memberitahu semuanya pada Kamil siapa itu Kevin.

Jam satu dini hari..

Di luar kantor desa..

"Assalamu'alaikum mbok Surip", pak Slamet memberikan salam pada mbok Surip.

"Wa'alaikumussalam pak Slamet", mbok Surip menjawab salam dari pak Slamet.

"Mbok enten ingkang karep kula omongin sami sampeyan sekedhap kamawon, sanguh ?"

(Mbok ada yang ingin saya omongin sama kamu sebentar saja, bisa ?), tanya pak Slamet.

"Tentu kamawon sanguh pak, cah ayu sekedhap nggih"

(Tentu saja bisa pak, anak cantik sebentar ya), jawab mbok Surip dan mbok Surip meminta Titah untuk menunggu sebentar.

"Inggih mbok, paklik.."

(Iya mbok, paklik..), seru Titah.

"Nggih cah ayu"

(Ya anak cantik), jawab Purnomo.

"Dados kados menika mbok, wonten ingkang karep melamar Titah, panjenenganipun dokter ugi enggal pindah dhateng mriki wingi panjenenganipun saking bantala sunda, pareng benjing kawula dhateng dalem mbok kagem membicarakan soal menika ?"

(Jadi seperti ini mbok, ada yang ingin melamar Titah, dia dokter dan baru pindah ke sini kemarin dia dari tanah Sunda, boleh besok saya ke rumah mbok untuk membicarakan soal ini ?), tanya pak Slamet menjelaskannya pada mbok Surip.

"Pareng pak slamet, apunten sadurung e ampun benjing amargi benjing cah ayu

masih latihan ugi acara teng pernikahan Eko putra ne mustaka dhusun gimana menawi njing kemawon ?"

(Boleh pak Slamet, maaf sebelumnya jangan besok karena besok anak cantik

masih latihan dan acara di pernikahan Eko anaknya kepala desa, bagaimana kalau lusa saja ?), tanya mbok Surip juga.

"Saged mbok, mangke kawula bicarakan wonten den mas Kamil"

(Bisa mbok, nanti saya bicarakan pada den mas Kamil), jawab pak Slamet.

"Nuwun sampun menawi mekaten kawula kondur duluan nuwun pak, kasihan cah ayu dangu ngrantos ugi mesti ne betah ngaso kagem acara benjing"

(Ya sudah kalau begitu saya pulang duluan ya pak, kasihan anak cantik lama menunggu dan pastinya butuh istirahat untuk acara besok), kata mbok Surip.

"Oh nuwun, silahkan mbok"

(Oh ya, silahkan mbok), sambung pak Slamet.

"Assalamu'alaikum", mbok Surip memberikan salam pada pak Slamet.

"Wa'alaikumussalam", pak Slamet menjawab salam dari mbok Surip.