(Dua tahun lalu ...)
"Apa kamu mau?", Kazura yang melihat gadis dengan rambut pirang dan mata biru yang kelaparan itu pun memberikan sebungkus coklat batangan milik nya.
Gadis kecil itu mengambil nya dengan perlahan. Dan juga gadis itu terlihat sangat rapuh dan tak berdaya. Mungkin sekarang Kazura memang kejam, tapi sifat asli nya tak bisa hilang. Kazura adalah sosok yang baik hati dan suka menolong orang di sekitar nya sejak kecil.
Gadis itu dua tahun lebih muda dari Kazura. Dan tinggi gadis itu hanya sebahu Kazura saja. Rambut pirang panjang yang kusut dan berantakan, ia mengenakan seragam sekolah yang usang yang lengan nya sedikit terkoyak.
Perlahan lahan gadis itu melahap coklat batangan milik Kazura hingga habis tak tersisa. Kazura juga masih menahan sakit di bahu kanan nya yang masih mengeluarkan darah.
"Siapa nama mu?", tanya Kazura sembari berusaha melupakan rasa sakit nya.
Gadis itu hanya diam memandang wajah Kazura dengan mata biru yang tampak seperti air laut. Mata mereka seakan bereaksi satu sama lain. Kazura juga memiliki mata biru seperti api yang menyala nyala.
Saat mata mereka bertemu, Kazura seakan merasa lebih tenang. Rasa sakit di bahu kanan nya perlahan menghilang. Sesaat kemudian gadis itu mengeluarkan secarik kertas dari saku rok nya.
'Luzie ...'
Itu tampak seperti nama nya, tapi satu kata nya tertutup noda. Saat Kazura ingin membersihkan noda itu, kertas itu malah sobek. Alhasil Kazura hanya tau nama belakang gadis itu.
"Apa kau bisa bahasa inggris?", tanya Kazura.
Luzie hanya menggelengkan kepala nya mendengar pertanyaan Kazura.
"Kamu tinggal di mana?", lanjut Kazura bertanya.
"Mirai ...", kata kata pertama yang ia sebutkan sangat lah membuat Kazura terkejut.
"Mi-mirai? siapa itu? apa itu ibumu atau teman mu?", Kazura semakin pemasaran dan bingung akan asal usul gadis malang itu.
"Mirai ...", kata gadis itu dengan tatapan kosong nya.
Tepat saat itu juga sekelompok orang bersetelan jas mahal menghampiri mereka berdua sembari membawa pisau, pedang, dan pemukul baseball. Jumlah mereka hanya lah empat orang, tapi dengan luka nya saat ini akan sedikit merepotkan bagi Kazura jika harus bertarung.
"Kembalikan anak itu!!!", kata pria botak berkacamata hitam yang sepertinya pemimpin kelompok itu.
"Cih ... siapa kalian?", Kazura pun berdiri dan berusaha menyembunyikan luka nya di balik jubah hitam nya itu.
Gadis kecil itu bersembunyi di balik punggung Kazura dengan wajah ketakutan nya sembari meremas bagian belakang jubah Kazura.
"Kazura ... kau dimana dan sedang apa kau?", suara pria misterius dari earphone Kazura.
"Hmm ... aku dapet masalah nih ... apa kau bisa bantu aku?", bisik Kazura.
"Di luar misi kami tak bisa membantumu ... maaf ... tapi aku bisa membantu mu sedikit", jawab pria misterius itu.
Duar!!!
"Aghh!!!", pria yang ada di belakang seketika terjatuh sembari memegangi kaki nya.
Tepat saat itu juga Kazura menusukan sebilah pisau tajam nya ke leher pria botak tadi. Setelah menarik kembali pisau nya dari laher pria itu. Kazura melakukan hal yang sama ke dua pria lain nya yang masih berdiri.
Setelah ketiga orang itu tewas Kazura membiarkan satu orang yang terjatuh pertama kali tadi hidup. Pria itu tertembak di bagian kaki belakang nya oleh rekan Kazura yang ternyata adalah penembak jitu.
"Jika kau berani macam macam dengan anak itu ... aku akan melakukan ini kepada seluruh orang yang kau kenal", kata Kazura seraya menendang kepala pria itu hingga pingsan.
"Terima kasih ... sebagai ganti nya kau tak perlu membantu ku di misi selanjutnya", Kata Kazura seraya membuka tudung jubah yang menutupi kepala nya.
"He? ... imbalan macam apa itu?!, aky minta kau menyisakan lebih banyak musuh untuk ku bunuh dari pada aku harus beristirahat di rumah", ucapan pria yang terdengar melalui earphone yang ada di telinga kanan Kazura.
Pria itu ternyata penembak jitu yang sedang berada di atas gedung paling tinggi di kota itu. Pria rambut putih dan tubuh nya terlihat sangat gagah dan berwibawa.
"Hei ... Luzie kamu gak apa apa kan?", tanya Kazura menghampiri gadis kecil itu.
Gadis itu tampak ketakutan dan hanya bisa menutup telinga dan memejamkan mata nya selama pertarungan kejam tadi.
"Luzie ... tenang ini aku ...", Kazura mencoba menenangkan gadis itu.
"Mirai ...", lagi lagi Luzie hanya mengatakan hal yang sama berulang kali.
"Apa kau ingin dipanggil Mirai?", tanya Kazura.
Gadis itu hanya mengangguk dengan tatapan kosong nya yang membuat Kazura semakin khawatir bila meninggalkan Mirai sendirian.