Aby terdiam didepan rumah mewah tiga lantai itu, ia ragu untuk menemui kedua sahabatnya. Mereka tidak pernah diam-diaman selama ini, Aby jadi bingung sendiri harus melakukan apa sekarang.
Pintu rumah itu terbuka menampilkan wanita paruh baya yang selalu memakai kebaya dirumah ini “Loh mas Aby? Kok disini aja gak ketuk pintu toh mas? Mbok kan jadi gak tau..” cerocos mbok Sari, pembantu dirumah Hendra.
“Hendranya ada mbok?” tanya Aby pelan. Mbok Sari mengangguk “Enggeh mas, ada mas Fahri juga diatas. Mau mbok panggilkan kah?”
Aby menggeleng sopan “Gak usah mbok, biar saya aja yang naik. Makasih ya mbok.” pamit Aby kemudian pergi meninggalkan mbok Sari.
Ia lupa sesuatu, segera ia memanggil mbok Sari “Mbok, saya bisa minta tolong?”
“Enggeh, enek opo mas?”
Aby menyerahkan plastik belanja yang ada ditangannya, “Tolong mbok taruh dipiiring ya, terus mbok bawa kekamar Hendra.”
“Baik mas..”
“Makasih mbok..”
Aby melanjutkan langkahnya menuju kamar Hendra. Kamar yang terletak di paling atas rumah ini bersampingan dengan kolam renang yang sengaja di letakkan dilantai 3 rumah ini.
Aby membuka pintu kamar Hendra pelan.
Kosong..
Sepi..
Tidak ada siapa-siapa..
“WOY! GUE MALAS MAEN BASAH-BASAH! JANGAN BUAT GUE MAEN AIR NJIR!”
Suara teriakan itu berhasil membuat Aby tersenyum tipis, ternyata kedua sahabatnya itu kini sedang ada di kolam renang milik keluarga Hendra.
“Eheeemmm..” Aby berpura-pura batuk, agar kedua sahabatnya menyadari keberadaannya.
“Ekh doinya Stella, ada perlu apa kesini?” sindir Fahri.
Aby membuang napasnya, sabar. “Gue mau kasih kabar kalian, Eca kecelakaan. Pasti kalian belum tau kan?” ucap Aby.
Fahri dan Hendra menoleh menatap Aby terkejut “SERIUS LO?” tanya keduanya barengan.
Aby mengangguk “Iya, gue barusan dari sana.”
“Terus keadaannya gimana?” tanya Hendra yang kini sudah mulai mengeringkan tubuhnya dengan handuk.
“Dia baik-baik aja. Cuma kakinya patah, jadi dia harus pakai tongkat untuk sementara ini.”
“Lo kesana bareng cewek lo atau sendiri?” sahut Fahri.
“Gue sendiri. Lagian gue udah mutusin buat perjuangin Eca lagi. Gue gak peduli sama kuliah gue diluar negri. Kalaupun memang gue gak bisa kuliah di luar negri karena ini, gue masih bisa masuk universitas disini yang tim basketnya keren-keren..” jelas Aby.
Fahri dan Hendra menatap Aby sumringah “Lo serius By? Lo mau perjuangin Eca lagi? Berarti lo udah lepasin Stella kan? Lo udah jauhin Stella kan?” cerocos Fahri.
Aby mengangguk “YES SAHABAT GUE BALIK LAGI AKHIRNYA!!!” ucap Hendra sumringah.
“Gue tau lo bakalan balik ke Eca lagi..” sahut Fahri sambil menepuk bahu Aby.
“Sorry gue gak dengerin omongan kalian. Harusnya gue bisa prioritasin Eca dibandingkan kuliah gue..” ucap Aby sambil menunduk.
“Kita juga minta maaf kali udah marah-marah sama lo waktu itu.”
Aby tersenyum, sahabatnya kini telah kembali. Tinggal cara bagaimana membuat Eca kembali kedalam pelukannya.
“WOY PS-AN CUYY!!” seru Fahri bersemangat.
“Kuy lah, yang kalah traktir di kafe yang biasa ya!!” sahut Aby.
“Ogah! Bosen elah!!” sambung Hendra.
“Apa cuy taruhannya?” tanya Fahri.
“Lo pada tau gak restoran Jepang yang baru buka di jalan Kembang?” tanya Hendra.
“Gak usah sok-sok makan makanan Jepang deh! Lidah nasi goreng aja sok-sok an makan makanan Jepang..” sewot Fahri.
“Kuy lah, gas aja. Restoran Jepang kek, Korea kek, Papua kek, terserah. Tangan gue gatel mau ps an lagi..” sahut Aby sambil berjalan ke dalam kamar Hendra.
“Duh pliss deh yaaaa gue gak suka makanan luar negri, gue cinta Indonesia meeeennnn!!!!!” gerutu Fahri.
*
*
“Aby! Kamu kenapa lagi??” tanya Stella. Kini Aby sedang berada di kafe Son Pattie untuk menyelesaikan urusannya dengan Stella.
“Udah ya Laa, gue capek pura-pura terus. Gue gak bisa sayang sama lo. Mau gimanapun gue tetap cuma bisa anggap lo teman gue gak lebih.” jawab Aby pelan. Kini sikap Aby perlahan sudah berubah jauh lebih ramah pada Stella.
“Terus lo mau ke Eca lagi? Lo mau lepasin kuliah lo? Lo tau kan, keluarga gue bisa ngebantu lo buat masuk universitas impian lo di Amerika, jadi lo jangan buat gue--”
Aby menatap gadis dihadapannya itu, panggilan aku-kamu sudah berubah menjadi lo-gue itu artinya Stella marah padanya. ah persetan!!
“Gue gak peduli!!” potong Aby. “Gue gak peduli sama itu semua. Gue lebih peduliin sama hidup lo dan perasaan lo nanti! Percuma La, kalau gue sama lo terus, lo makin sayang sama gue, tapi gue? Gue gak pernah sayang sama lo! Jangan nyakitin diri lo sendiri dengan memaksakan perasaan gue!”
Stella menggeleng “ENGGAK BY! Gue gak pernah ngerasa nyakitin diri gue! Gue akan bahagia kalau lo sama gue!”
“Tapi gue gak bisa!!”
“BISA BY!”
“Aaaahhhhh!!!!” teriak Aby frustasi. Ia benar-benar pusing harus bersikap bagaimana pada gadis dihadapannya itu. “TERSERAH LO!!” ucap Aby kemudian masuk ke mobilnya.
“ABYY!!! JANGAN TINGGALIN GUE DEMI ECAAA!!!” teriak Stella sambil memukul-mukul kaca mobil Aby. Namun aby tidak menggubris justru menginjak gasnya kencang-kencang dan segera meninggalkan gadis itu.
“ABY!!!”
*
*
Aby mengerjapkan matanya beberapa kali. Kepalanya masih terasa pusing, entah apa yang terjadi padanya semalam.
“Kak Aby udah bangun?” tanya seseorang dari depan pintu. Gadis itu membawa nampan berisikan susu dan roti dengan satu tangannya menggerakkan tongkatnya untuk berjalan.
Aby tersenyum kemudian membantu gadis itu untuk membawakan nampan miliknya “Sarapannya dimakan ya kak. Maaf Eca gak bisa masakin kakak yang enak-enak. Soalnya Eca masih dilarang abang buat masak.” jelas gadis itu.
Aby mengangguk mengiyakan ucapan Eca. Ia masih berusaha mengingat apa yang membuatnya bisa terbangun di ruangan yang nampak asing baginya.
“Ini rumah lo?” tanya Aby polos. Eca terkikik “Iya lah, masak iya ini rumah lo kak!”
Eca terdiam menatap laki-laki dihadapannya itu “Lo gak ingat apa yang terjadi semalam?” tanya Eca ambigu, membuat Aby berpikir keras mengenai apa yang terjadi semalam antara ia dengan Eca.
Aby menatap gadis dihadapannya ini, apa yang ia lakukan semalam? Apa semalam ia melukai Eca? Apa semalam ia melakukan kesalahan besar pada Eca?
“Caa, gue gak ingat apa-apa soal semalam. Gue gak ngapa-ngapain lo kan? Sumpah Ca, gue semalam itu gak sadar sama sekali. Gu.. gue minta maaf..” ucap Aby pelan sambil menundukkan kepalanya. Ia merasa sangat malu pada Eca jika benar semalam ia telah merusak semuanya.
Tak disangka, Eca justru tertawa mendengar ocehan permintaan maaf Aby padanya barusan “Lo mikir apa sih kak?”
Aby melongo mendengar pertanyaan Eca “Gue pikir--”
“Kalau lo sampai berani lakuin itu ke gue. Gue jamin kepala lo udah ditebas sama bang Ken!!” potong Eca.
Aby menggaruk tengkuknya yang tak gatal “Gue gak ingat apa-apa soalnya, terus bangun-bangun ada lo disini. Jadi gue pikir.... ya gituuu..”
Eca tersenyum hangat, membuat Aby merasa keanehan di ritme detak jantungnya “Gue kesini karena mau anterin lo sarapan. Mending sekarang lo mandi terus abisin sarapan lo. Gue juga udah siapin air hangat di kamar mandi.” ucap Eca. Ia berdiri kemudian menggerakkan tongkatnya untuk berjalan keluar kamar yang dihuni Aby.
“Caaa..” panggil Aby pelan. Gadis itu menoleh lalu menautkan kedua alisnya bertanya ‘ada apa?’
“Makasih ya..” lanjut Aby. Eca tersenyum kemudian melanjutkan gerakannya yang sempat terhenti tadi.
*
*
aby turun dengan kaos yang telah disiapkan Eca untuknya. Ia tersenyum sendiri mengingat sikap Eca hari ini. Ia benar-benar merasa seperti sudah menikah dengan Eca, Eca menyiapkan sarapannya, air hangat untuknya juga pakaian ganti untuknya.
“Lo kenapa ngelamun gitu? Masih mabok?” tanya seseorang membuyarkan lamunannya.
Aby menggeleng “Eca mana?” tanya Aby pada Ken.
Ken mengedikkan bahu “Mungkin dikamarnya. Dia bilang dia ada janji hari ini.” jawaban Ken berhasil membuat bahu Aby seketika turun, Aby menunduk lesu.
Eca janjian sama siapa? Apa ia kini pacaran beneran sama si Devan-Devan itu?
“Lo kenapa?” tanya Ken berhasil membuyarkan lamunan Aby.
Aby menggeleng kemudian mengikuti langkah Ken untuk duduk di sofa.
“Gue gak ngerti masalah lo apa By. Kalau bukan karena Eca, gue ogah kali nampung lo disini dalam keadaan mabok lagi. Gue gedeg liat muka lo semenjak kejadian di kafe itu..”
Aby terdiam, jangakan Ken, ia sendiri gedeg liat mukanya “Gue mau minta maaf soal kejadian di kafe. Gue udah jelasin semuanya ke Eca, gue terpaksa ngakuin Stella jadi pacar gue.”
“Terus semalam lo kenapa kesini dalam keadaan mabok?” tanya Ken lagi.
Aby terdiam “Gue pengen perjuangin Eca Ken, gue suka sama adek lo, gue sayang sama adek lo. Gue pengen jadiin dia satu-satunya perempuan dihidup gue.”
Ken menatap laki-laki yang duduk diseberangnya itu, kemudian mengedikkan bahunya “Semua itu tergantung dari Eca bro. Gue gak bisa maksa Eca buat terima perasaan lo atau gue maksa Eca buat jadian sama lo. Gue sebagai abangnya cuma bisa ngedukung apapun pilihan dia.”
Ken terdiam sebentar kemudian mengalihkan pandangannya dari Aby “Tapi gue rasa lo terlambat!!”
*
*