webnovel

Pertemuan Pertama (malu)

Setelah sebulan penentuan perjodohan ku, keluargaku mengirim ku untuk menemui calon tunangan ku. Calon tunangan ku tinggal cukup jauh dari kampungku. Tempat untuk berjumpa dengan calon tunangan ku ditentukan oleh pihak keluarga yaitu di salah satu kafe dekat danau. Satu-satunya petunjuk yang aku miliki yaitu namanya dan tempat duduk, dia bernama Aliandra Alifda tempat bertemu kami di kafe Angan meja no 10.

Sesampainya di kafe tersebut aku melihat ada meja yang bertuliskan angka 10 disana sudah ada seorang pria yang badannya sangat tegap. Tanpa pikir panjang aku langsung duduk dimeja tersebut, melihat wajahnya aku melamun beberapa saat. Dia adalah laki-laki yang sangat tampan dengan badan yang bagus. Tanpa sengaja aku memperhatikan wajahnya secara keseluruhan bulu matanya yang lentik, bibir tipis yang indah serta lesung pipit yang menawan yang membuat senyumnya serasa menggoda.

Setelah puas aku memandanginya aku akhirnya aku duduk di tempat duduk depan dia. Ketampanannya membuat aku lupa diri hingga aku lupa untuk memperkenalkan diriku bahkan lupa menanyakan apakah boleh aku duduk di tempat duduk depannya.

Setelah duduk aku lihat ekspresinya, sepertinya dia bukan orang yang ramah tapi demi orang tuaku aku berusaha menghilangkan kecanggungan ku dan aku tundukan pandanganku karena aku malu pada dia. Pertemuan ini membuat aku diam membisu seribu bahasa.

Tidak lama aku duduk tiba-tiba dia mulai berbicara,

Laki-laki:Siapa kamu? mengapa kamu duduk dimeja ku?

Aku:aku Sandaran Randianti, perempuan yang punya janji berjumpa denganmu

Laki-laki: Aku tidak merasa kenal denganmu dan aku juga tidak ada janji denganmu. Aku disini ingin bertemu dengan sekretaris ku jadi kamu pergi dari hadapanku karena kita tidak saling mengenal.

Aku: jangan bohong kamu Aliandra Alifda dari desa W, kita disusun keluarga kita untuk bertemu di kafe angan meja no 10!

Laki-laki: Kamu salah meja, ini meja nomor 01, coba kamu tengok meja disebelah bukanlah itu 02. jangan banyak berkhayal kamu cepat pergi sana.... (mengusir)

aku: (malu) baiklah aku akan pergi sekali lagi maafkan aku (pergi menjauh)

aku menjauh dari meja itu dan mencari meja yang sudah diatur untuk kami. Aku lihat meja no 10 di sana tidak ada siapa-siapa, karena takut akan kejadian sebelumnya akhirnya aku lihat meja sekitar ternyata benar ini meja no 10. aku duduk dan menunggu calon tunanganku