Perlahan, Pangeran Jeelian merunduk. Kali ini, karena alasan ingin meminta obat penawar, Virna tidak memalingkan lagi wajahnya.
Gadis itu diam saja, padahal ia benar-benar merasa setengah mati menahan bagaimana sekarang jantungnya berdetak begitu kencang ketika wajah Pangeran Jeelian mendekati wajahnya.
Virna tidak perduli, apakah Pangeran Jeelian menyadari hal itu. Yang jelas, ia tidak tahu lagi bagaimana caranya menahan diri agar bisa membuat jantungnya itu tidak berdetak kencang seperti itu.
Bibir Pangeran Jeelian sudah mendarat di bibir miliknya.
Seperti membimbing Virna untuk membuka mulutnya, Pangeran Jeelian menggigit bibir bawah sang gadis, hingga reflek Virna membuka mulutnya.
Detak jantung mereka sama-sama berpacu. Virna juga bisa merasakan betapa kencangnya debaran jantung Pangeran Jeelian.
Hingga kini mulut dan bibir mereka bertemu, Virna sampai menahan napas, agar bisa menguasai diri, untuk tidak larut dalam apa yang sekarang ia hadapi.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com