webnovel

Ku Korbankan Cintaku

perjuangan cinta yang tak terbalas membuatnya harus menderita di atas cinta yang ia jalani. ia harus merelakan orang yang dia cintai demi melihat orang yang di cintainya bahagia. kisah cinta yang berujung manis menghampiri alice gadis sederhana dengan berbagai semangat untuk hidup. hingga akhirnya ia harus hamil dengan anak yang tidak pernah tahu ayahnya siapa. hanya sosok pria yang selalu mendampinginya dan membuat dia berjuang untuk terus hidup. siapakah nanti sosok pria yang ia cintai,?? apa dia kembali pada masa lalu?? atau dengan pria lain yang mampu membuat dia bahagia.??

Imas_gustina · Sci-fi
Not enough ratings
30 Chs

Bab 1 Prolog

Terlihat gedung gedung besar menjulang langit. Di dalam ruangan yang luas dengan kaca besar terlihat pamandangan luar yang begitu indah. di balik tempat itu Berdiri seorang pria tampan memandang ke arah luar gedung dengan memasukan ke dua tangannya ke dalam saku celana. Di berdiri di belakang meja di ruangannya yang terpapang kaca besar transparan melihat ke arah luar gedung dengan pemandangan gedung gedung yang tinggi .ia melamun menatap indahnya pemandangan luar gedung dari atas ruanganya.

Tak berapa lama suara seseorang mengetuk pintu dari luar. Ia hanya diam tak menghiraukan suara itu. Masih berdiri dengan posisi yang sama entah apa yang ada di fikirannya. Seseorang membuka pintu itu tanpa persetujuan darinya.

"Pagi.. tuan Adrian" terlihat dari pantulan kaca depannya. Seorang wanita cantik berjalan menghampirinya.

Sontak ia menoleh ke belakang. Di lihatnya dari ujung kepala hingga kaki. Ia berfikir siapa yang datang itu.Di lihatnya wanita dengan rambut ikal panjang yang terurai panjang. Dengan tubuh yang begitu bagus dengan baju yang terllihat sangat terbuka, melihatkan belahan dada, bahkan bahu dan pahamya terekpose bebas. Melihatkan kulit putih mulusmga. Kaki jenjangnya di hiasi high heels hitam tinggi menghiasi kakinya.

Adrian seorang Ceo tampan itu mengusap dagunya. Mencoba mengingat kembali siapa wanita yang menghampirinya.

Ya, Adrian adalah pemilik perusahaan Vexon Group. Perusahaan di bidang tambang yang sangat terkenal. Bahkan dia mengembangkan bisnisnya di bidang kapal. Dan berbagai macam retail lainya. Di usianya yang tergolong masih sangat muda, dia bisa menembus pasar dunia. Keahliannya dalam pemasaran tak di ragukan lagi.

Banyak wanita cantik yang selalu menggodanya untuk menjadi pasangan hidupnya. Namun tak ada satu wanita yang bisa memikat hatinya sampai sekarang. Ia hanya mengira semua wanita hanya menginginkan hartanya bukan hati Adrian. Sejak putus dengan kekasihnya dia tidak pernah jatuh cinta lagi dengan seorang wanita. Di dalam hatinya hanya ada satu nama yang selalu di ingat dalam fikirannya.

Adrian, menatap jam hitam rolex yang melingkar di tangannya. Lalu kembali menatap wanita itu, sembari tersenyum tipis.

"Benar masih pagi," goda laki-laki itu.

"Pagi juga nona cantik." lanjutnya. Adrian membalas dengan sebuah pelukan hangat seorang teman yang sudah lama tak pernah bertemu. Ya, namanya Audy. Dia adalah sahabatnya sejak masih SMA.

"Kenapa kamu datang tak pernah bilang padaku?" tanya Adrian. "Tapi sebelumnya anda duduk dulu."

Audy menyilakan rambutnya ke belakang telinga, tersenyum ramah. Lalu duduk di sofa, menarik tangan Adrian duduk di sampingnya.

"Aku kangen banget tahu gak..." Audy menguntupkan bibirnya.

"Udah jangan manyun!!" Adrian menyentuh dagu Audy. Tawa mereka seketika lepas.

"Haha.. Kamu masih saja perduli denganku. Sama seperti dulu."

"Bukanya aku selalu perduli dengan kamu."

Audy menarik ujung rok yang sedikit menyingkap, lalu melipat kakinya, dengan duduk sedikit menggeser ke arah Adrian. "Aku ingin menggodamu sekarang."

"Sudahlah, kalau wanita secantik kamu menggodanku. Bias-bisa aku tak tahan." ejeknya. Merangkul pundak Audy. Membuat kepala Audy menyandar pada pundaknya.

"Lain kali kalau kamu mau ke sini. Jangan sendirian." ucap Adrian, menarik dagu Audy menatap ke arahnya. Audy seketika menelan ludahnya. Jantungnya berdebar lebih hebat saat menatap mata tajam Adrian menusuk ke dalam hatinya.

"Ah.... Kamu selalu saja menggodaku, Adrian.." Audy mendorong tubuh Adrian menjauh darinya. "Aku menyerah dengan pesona tampanmu." lanjutnya menggelengkan kepalanya.

Adrian terkekeh kecil. Mengembalikan posisi duduknya seperti semula. "Kamu mau minum apa?" tanya Adrian.

"Udah gak usah, aku ingin kamu temani aku makan di luar," ucap Audy. "Opsss... Tapi bentar! Kalau kamu sibuk, gak usah gak apa-apa." Audy mengibaskan tanganya ke depan.

Matahari sudah mulai menampakkan diri menyinari sudut kamar. Alice masih tertidur pulas di ranjangnya dengan berbalut selimut tebal di tubuhnya. Adiknya brian berjalan masuk ke kamarnya mencoba membangunkan alice, ia menggoyangkan kaki alice dengan terus memanggil namanya.

" kak alice bangun, apa kakak hari ini gak kerja" pungkas briyan

Alice masih tetap memejamkan matanya bulatnya di tariknya selimut lembutnya kemabali ke seluruh badannya dengan berkata " kakak hari ini capek jadi kakak sementara cuti kerja. Kalian buruan berangkat sekolah biar kakak yang jaga ibu nanti" pungkas alice dengan mata yang masih terpejam.

" baik kak" brian beranjak berdiri dan bergegas pergi dari kamar alice.

Alice mulai membuka matanya di balik selimut itu. Ia terfikir adiknya masih butuh biaya sekolah kalau ia tak kerja meraka sekolah siapa yang biayai. Ia membuang selimutnya dan bergegas bangun dari ranjangnya menuju ke kamar mandi. Di ambil handuk di bilik pintu.

~○~

Tak butuh waktu lama tuk mandi alice

Dengan segera membersihkan tempat tidurnya hingga tertata rapi.

" akhirnya selesai juga, sekarang tinggal rawat ibu dulu" pungkas alice dengan memandang sekeliling kamar yang sudah tertata rapi.

Ia segera menemui ibunya yang tidur di samping kamarnya.

" kakak tadi katanya gak kerja" pungkas brian berjalan mendekati alice.

Alice membungkukkan badan dan membelai lembut rambut brian " kenapa kamu belum berangkat sekolah" pungkas alice sambil tersenyum ke arah briyan

" aku tadi masih buwat bubur untuk ibu, tadi kakak sepertinya kecapekan jadi aku yang bikin bubur untuk ibu" ucap briyan yang berdiri membawa semangkuk bubur ayam di tangannya.

Aloce mencium lembut kening brian, " maafin kakak harus nyusahin kamu" ucap alice dalam hati.ia mencoba tersenyum kemabali tanpa menunjukan wajah sedihnya di hadapan adiknya briyan.

" ya udah sekarang kamu berangkat sekolah dulu, biar kakak yang suapin ibu" pungkas alice.

Di ambilnya mangkuk bubur dari tangan briyan.

Briyan segera mencium tangan kakaknya sebelum berangkat sekolah.

Ia berlari kedepan berhenti di depan pintu. Ia menoleh ke belakang melambaikan tangan ke arah alice.ia tersenyum ke arah kakaknya mencoba memberikan semangat pada alice.

" kak semangat ya kerjanya" teriak briyan.

Ia segera berangkat ke sekolah bis sekolah sudah menunggu di depan gang ujung yang lumayan jauh dari rumahnya.

Alice masih memandang ke arah pintu. Ia memikirkan apa yang terjadi pada dirinya kehidupan yang begitu kejam harus ku jalani sendiri. Pandanganya terarah pada sosok yang berdiri di depannya.

" hai alice kenapa kamu melamun disitu, kamu mikirin adik kamu lagi ya" ucap karin sahabat terbaiknya.

Alice segera berdiri " ternyat kamu rin" ucap alice dengan wajah suntuknya.

Karin yang mengetahui raut wajah sahabatnya itu muram, di pegangnya ke dua lengan alice.

" kenapa raut wajahmu seperti itu, apa kamu ada masalah. Kamu cerita nanti kalau aku bisa bantu pasti aku bantu kamu" ucap karin.

" nanti aku ceritain sekarang aku harus suapin ibu aku dulu " ucap alice yang segera pergi ke kamar ibunya. Karin hanya diam mengikuti langkah alice dengan membawa buah segar di tangannya.

" tante ini buah buwat tante" ucap karin sambil melegakkan buah itu di meja samping ranjang ibu alice.

" terima kasih nak karin , kamu baik banget sama keluarga kita" ucap ibu alice

Karin hanya tersenyum mendengar perkataan ibu alice.

Alice segera mengambil kursi di sampingnya. Ia pun duduk dan mulai nyuapin ibunya.

" ibu makan yang banyak ya, semoga ibu lekas sembuh" ucap alice. Ia tak sanggup menahan air matanya.

" alice kamu jangan nangis ya, kamu harus kuat jalani cobaan ini. Ingat masa depan kamu masih panjang jangan menyerah kamu harus kuat ya nak. Ibu yakin kelak kamu akan jadi orang yang bisa membanggakan ibu dan adik kamu" ucap ibu alice. Ia mencoba tersenyum kembali agar terlihat tegar di mata ibunya. Denga sera ia menghapus air mata di pipinya.

Di peluk ibunya erat dengan membelai rambut ibunya yang terurai.

" iya alice janji suatu hari nanti alice akan bahagiain ibu. Alice sayang sama ibu " ucap alice.

Di lepas pelukanya ia segera bangkit dari tempat duduknya. Di letakkan sisa bubur di atas meja. Ia segera duduk di samping ibunya di ambil sisir di atas meja .

" ibu aku sisir rambut ibu ya" ucap alice.