Ah... jikalau membahas apa yang dirasakan oleh sosok Wer, Asak seperti kembali kepada masa lalunya. Aku tersenyum, "Bisakah aku keluar lebih dulu? Sepertinya ada masalah dengan sistem pencernaanku." Pembimbing melirik segala arah karena curiga, sepuluh detik kemudian dia menepuk pundakku, "Silahkan, Asak."
Kepalaku tertunduk sempurna, "Terimakasih, Pembimbing." Aku berdiri dan berjalan keluar dengan melihat pemandangan lantai. Aku menghela napas berat, "Semoga pembimbing tak menegurnya."
Sepertinya ujian kali ini berlalu dengan lancar, mengalir begitu saja tanpa hambatan, atau hanya aku yang terlalu berbesar diri. Aku melihat Mey yang berlari menghampiriku, "Asak!" Teriak Mey yang membuat aku menjadi pusat para netra.
Aku menepuk dahiku, "Bisakah kau tidak memanggilku seperti itu, Mey." bisikku kepada Mey yang sudah berada disampingku. Dahi Mey mengernyit, "Mengapa?" Mataku memutar malas, "Sudahlah, Mey. Jangan dibahas."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com