webnovel

Prolog Bagian 2: Awal dari Tragedi

Tiga tahun setelah pemeriksaan status yang menentukan nasibnya, Raka mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang istimewa dalam dirinya. Di dalam dirinya tersembunyi kekuatan dari game yang dia mainkan sebelum dia terjebak di dalamnya kemampuan yang disebut [God Power]. Dengan kekuatan ini, Raka dapat melakukan segala hal yang pernah dia lakukan dalam game. Namun, sebagian besar kekuatan ini terkunci, termasuk kemampuan [setting] yang diyakininya merupakan jalan pulang ke dunia asalnya. Dia tidak tahu bagaimana membuka kunci ini, tetapi tekadnya untuk menemukannya semakin kuat.

Di sisi lain, Alya yang memiliki potensi besar mendapatkan pelatihan intensif dari Astra, klon dari Stella. Astra menerapkan berbagai metode pelatihan yang keras dan efektif untuk mengasah kemampuan Alya, mempersiapkannya untuk peran besar di masa depan. Sementara itu, Raka, yang dianggap tidak memiliki potensi, diam-diam berlatih dan bereksperimen dengan kemampuannya sendiri, menyembunyikan kekuatannya dari Astra dan Alya.

Namun, kedamaian yang mereka nikmati di desa terpencil itu tidak bertahan lama. Suatu hari, ketika Raka sedang berlatih sendirian dan bereksperimen dengan [God Power], tiba-tiba ada sebuah celah dimensi yang membawa seekor naga merah raksasa dari dunia yang lain. Naga itu, dengan segera, terbang menuju desa dan mulai menghancurkan segala sesuatu yang dilihatnya dengan napas api yang dahsyat.

Astra melihat naga tersebut dan segera bertindak, berusaha menyelamatkan sebanyak mungkin penduduk desa sambil melawan makhluk yang mengerikan itu. Namun, ketika situasi semakin berbahaya, naga tersebut mengalihkan perhatiannya kepada Alya yang ketakutan. Dalam satu momen kelemahan, Astra melindungi Alya dengan tubuhnya, mengorbankan nyawanya demi anak yang telah dirawatnya sejak kecil.

Raka tiba terlambat. Melihat desa hancur, mayat-mayat penduduk berserakan, dan adiknya yang menangis meratapi kematian ibunya, membuat hatinya hancur. Dia tahu bahwa semua ini adalah bukan kesalahannya. Rasa tidak berdaya itu mencekiknya, membuatnya merasa lebih kecil dari sebelumnya.

Kematian Astra dan kehancuran desa tersebut dengan cepat sampai ke telinga Stella dan para dewan aliansi dunia. Mereka segera mengadakan pertemuan untuk membahas insiden tersebut. Setelah diskusi panjang lebar, Stella menyarankan agar dia bisa mengasuh Raka dan Alya, mengingat Astra sudah tiada. Para dewan, yang khawatir dengan citra mereka, merasa ragu. Mereka berpendapat bahwa membiarkan Stella merawat mereka bisa memperburuk persepsi publik.

Salah satu dewan kemudian mengusulkan agar Raka dan Alya dimasukkan ke panti asuhan, namun Stella menolak keras. Insting keibuannya tidak bisa menerima ide tersebut. Lalu, seorang dewan lainnya mengusulkan solusi lain: Stella dapat mengangkat Alya sebagai muridnya dan menjadikannya kandidat Saintess selanjutnya. Dengan begitu, Stella masih bisa dekat dengan anaknya tanpa merusak citra yang ada. Lagipula, Alya memiliki potensi luar biasa dan masyarakat mungkin akan setuju setelah melihat statusnya.

Stella merasa lega dengan usulan ini dan setuju. Namun, pertanyaan berikutnya muncul

"apa yang harus dilakukan dengan Raka?"

Para dewan tampak enggan membicarakan Raka lebih jauh. Akhirnya, salah satu dewan menyarankan agar Raka diangkat sebagai pesuruh di Kuil Holy Star. Dengan cara ini, meskipun Alya dan Raka akan berada di posisi sosial yang berbeda, mereka tetap bisa berada dekat satu sama lain. Usulan ini juga akan mempermudah transisi Alya sebagai kandidat Saintess selanjutnya, karena dari sudut pandang Alya, Raka adalah satu-satunya keluarga yang tersisa baginya.

Stella dengan berat hati menyetujui usulan tersebut. Dia sadar bahwa ini mungkin satu-satunya cara agar dia bisa tetap menjaga anak-anaknya, walaupun tidak sesuai dengan keinginannya sepenuhnya.