webnovel

Bab 30: Latihan Tanpa Pengecualian

Matahari menyingsir ke sebelah barat, Suasana lapangan Akademy penuh dengan ketegangan akibat Murid dengan kemampuan fisik tertinggi seangkatan saat ini sedang terkapar akibat serangan dari sang Sword Saint Lucas, suasana kelas S langsung berubah menjadi mecekam saat itu. Murid-murid lain mulai merasakan tekanan yang luar biasa, menyadari bahwa Lucas, sang Instruktur Aura Mastery, jauh lebih tangguh dari yang mereka kira.

---

Lucas: (memeriksa sekeliling sambil tersenyum tipis) "Siapa lagi yang berani melawan? Ayo, satu per satu. Aku ingin tahu seberapa kuat kalian sebenarnya."

Murid-murid hanya bisa menelan ludah, merasa gelisah akan kebrutalan yang Lucas tunjukkan. Lucas akhirnya memanggil nama Azariel Seraphis.

Azariel: (berusaha menahan rasa enggan) "Aku... aku menyerah. Aku tidak tertarik mempelajari Aura. Itu tidak bermanfaat bagi kami para angle yang sering menggunakan senjata jarak jauh." (melirik Lucas dengan harapan dia akan diizinkan mundur)

Namun, tanpa aba-aba, Lucas menerjang maju, menghantam Azariel tanpa ragu.

Lucas: (dengan suara keras) "Tidak ada pengecualian bagi siapa pun di sini!"

Azariel bereaksi cepat, menghindari pukulan Lucas secara refleks, namun ketakutan terlihat jelas di wajahnya. Lucas tidak berhenti di situ, menambahkan dengan nada tajam.

Lucas: "Menurut kurikulum akademi, semua siswa kelas S wajib menguasai Aura pada tahap Ember. Jadi tidak ada murid spesial di pelajaranku!"

Mendengar kata-kata Lucas, semua murid kelas S merasa tertekan. Azariel akhirnya mencoba melawan, namun serangannya meleset berulang kali.Lucas melihat ini sebagai kesempatan, lalu melancarkan pukulan kuat ke perut Azariel. Azariel jatuh terkapar di lantai.

---

Lucas: (berjalan ke tengah lapangan dan melirik para siswa) "Baiklah, siapa selanjutnya?"

Lucas kemudian memanggil nama Wang Yingyue, seorang murid dari Eastern Empire dengan Ras Lung. Yingyue berjalan maju dengan ragu-ragu, matanya penuh kecemasan. Sebelum pertarungan dimulai, ia mencoba mengulur waktu.

Yingyue: (menahan ketakutan sambil berusaha tenang) "Um... Maaf, Tuan Lucas, tapi... apa itu sebenarnya Aura? Ini pertama kalinya aku mendengarnya..."

Lucas mendengus, menyadari bahwa ia belum menjelaskan konsep energi ini secara mendetail.

Lucas: (berbicara dengan nada sedikit sabar namun tetap tegas) "Ah begitu ya, pemahaman orang-orang timur memang berbeda dengan orang di daerah lain, Di timur Aura sering disebut Qi. Definisinya tetap sama yaitu energi untuk memperkuat tubuh seseorang."

Yingyue menatap Lucas, lalu mengangguk perlahan, mencoba memahami. Sahra Qadir, yang berdiri di barisan belakang, bergumam bahwa dia juga pernah mendengar istilah lain.

Sahra: (sedikit mengangguk dan mengangkat tangannya) " Ah Tuan Lucas!, Di Southern Union, kami menyebutnya Qud yaitu berkat tubuh kuat dari Tuhan, apakah ini sama seperti Aura?"

Lucas: (tersenyum tipis) "ya itu sama, memang banyak sebutan untuk Aura di berbagai daerah, namun untuk sekarang kita sebut saja sebagai Aura."

lalu melirik mereka dengan sinis dan mata penuh kecurigaan.

Lucas : (dengan nada mengejek) "Jadi, apa tubuh kalian sudah semahir mulut kalian untuk menghindari masalah?"

Yingyue menelan ludahnya, merasa tidak ada lagi alasan yang bisa dia gunakan. Ia mengambil kuda-kuda pertarungan, bersiap menghadapi Lucas.

Lucas: (tersenyum sinis) "Bagus. Berhenti basa-basi dan ayo kita mulai!."

Yingyue: (terkejut) 'mustahil, kuda-kuda itu...'

Yingyue terkejut ketika melihat Lucas mengambil kuda-kuda yang sama persis dengan teknik bela diri keluarga Wang.

Ketegangan di ruangan semakin meningkat ketika mereka mulai bertukar teknik yang identik, membuat para siswa tercengang.

Yingyue: (membatin, heran dan cemas) 'Bagaimana bisa dia menguasai teknik ini dengan sempurna...?'

Lucas mendekat, lalu menghantamnya dengan pukulan yang belum pernah Yingyue lihat sebelumnya, tinju satu inci dengan jarak yang sangat dekat. Pukulan itu mengenai dada Yingyue dengan keras, dan ia pun jatuh terkapar, kesulitan bernapas.

---

Lucas: (menghela napas singkat, lalu melihat ke arah murid-murid lelaki lainnya) "Lelaki terakhir. Ashford, giliranmu."

Alan Ashford melangkah maju dengan wajah pasrah. Para gadis di kelas melihatnya dengan sedikit kagum atas ketabahan Alan karena menerima takdirnya.

Alan: (menarik napas dalam, bersiap menerima takdir) 'Aku pasti akan mati.' , "Baiklah, aku siap." 'untuk mati.'

Berbeda dari yang lain, Alan mencoba menyerang dengan kekuatan fisiknya yang besar. Ia melancarkan pukulan keras langsung ke arah Lucas. Namun, Lucas hanya tersenyum tipis, lalu melawan dengan tinjunya sendiri.

Ketika tinju mereka bertemu, ada suara dentuman keras, dan tekanan udara berdesir di sekitar mereka. Alan terkejut ketika merasakan kekuatan Lucas mendorongnya mundur.

Lucas: (dengan nada tenang namun tajam) "Kekuatanmu bagus, Ashford. Tapi, kekuatan saja tidak cukup."

Tanpa basa-basi, Lucas menghantam perut Alan dengan tendangan yang kuat, membuat Alan terkapar di lantai.

---

Lucas: (melihat ke arah para gadis di kelas, dengan ekspresi yang semakin serius) "Sekarang giliran kalian, para wanita. Ayo, siapa yang berani maju duluan?"

Para gadis langsung menelan ludah, merasakan ketegangan yang meningkat. Alya dan Lyrith saling melirik, lalu berbincang dengan suara pelan.

Lyrith: (sedikit cemas, berbicara setengah berbisik) "Kamu duluan, Alya. Kamu lebih mengenal Lucas dariku."

Alya: (mencoba menolak, namun juga tegang) "Tidak, aku pikir kamu lebih kuat dari aku, Lyrith. Kamu yang duluan…"

Namun, sebelum mereka bisa berdebat lebih lanjut, Lucas memanggil nama Sierra Luisa. Gadis Beastman berambut putih keabu-abuan itu melangkah maju dengan percaya diri.

Sierra: (melirik Alya dan Lyrith sekilas, lalu menghadap Lucas dengan senyum tipis) "Aku kira tidak ada laki-laki yang pantas di sekolah ini, Tuan Lucas. Mari kita mulai."

Alya dan Lyrith menatap Sierra dengan khawatiran.

Alya: (berbisik khawatir kepada Lyrith)

"Dia pasti sudah gila apa dia tidak melihat apa yang terjadi pada para lelaki ."

Lyrith: (mengangguk cemas) "apa dia hanya berani atau tidak peka …"

seluruh suasana ruangan terasa semakin tegang. Murid-murid lain menonton dengan napas tertahan, tak tahu apakah mereka harus bersiap-siap atau sekadar berharap bisa melewati ujian ini dengan selamat.