Raka berdiri di depan cermin kamarnya, mengenakan seragam akademi Stellar untuk pertama kalinya. Seragam itu berwarna biru tua dengan aksen putih, desainnya elegan namun praktis. Raka tersenyum puas.
"Heh, desainnya ternyata cukup keren," gumamnya sambil merapikan kerah bajunya.
Di meja sebelahnya, ada sebuah cincin perak yang bersinar lembut. Itu adalah {Subspace Item} yang diberikan oleh Lily tadi malam, sebuah alat yang memungkinkan Raka menyimpan dan mengakses {gear-nya} kapan saja. Dia mengangkat cincin itu, menatapnya dengan kagum.
"Tidak menyangka aku bisa mendapatkan item sekeren ini," katanya, sebelum mengenakan cincin itu dan memasukkannya ke dalam saku. Dengan senyum di wajahnya, ia melangkah keluar dari kamar.
Namun begitu pintu asrama terbuka, Raka terkejut melihat seseorang berdiri tepat di depan pintu.
"Kris? Kenapa kau kemari?" tanya Raka, sedikit bingung.
Kris menatapnya dengan dingin, matanya menyipit. "Boleh kita bicara sebentar?"
Raka mengangguk pelan, meski sedikit bingung. "Ya, tapi cepat. Kita tidak boleh terlambat di hari pertama."
Kris mengangguk singkat. "Baik, aku akan singkat. Tolong kurangi interaksi dengan Nona Alya."
Raka mengerutkan dahi, lalu mengangguk. "Baik. Lagipula kita berbeda kelas. Dari sikapmu ini, sepertinya para dewan khawatir lagi soal Alya, ya? Katakan pada mereka bahwa aku tidak akan terlibat dengan Alya, apapun itu kalau memang bukan darurat. Itu janjiku."
Ekspresi serius Raka membuat Kris sedikit terkejut, tapi dia tetap dingin. "Baik. Terima kasih sudah meluangkan waktumu." Lalu, dalam sekejap mata, Kris menghilang dari pandangan.
Raka terdiam sejenak, memikirkan sikap protektif Kris. "Aneh… Apa mereka benar-benar terlalu protektif soal Alya?" gumamnya pelan.
Saat sedang berjalan keluar asramanya tiba-tiba, suara ceria terdengar dari belakangnya.
"Tuan Raka! Mari kita ke kelas bersama!"
Raka berbalik dan terkejut melihat Lily berdiri di sana, mengenakan seragam yang sama. "Lily?! Apa yang kau lakukan di sini? Dan jangan panggil aku Tuan, cukup Raka saja."
Lily tersenyum lebar dan memberi hormat. "Siap, Raka!"
Raka menghela nafas berat dan menggeleng pelan. "Ayo cepat, kita harus pergi. Kelas pertama sebentar lagi dimulai."
Keduanya pun berlari menuruni tangga, menuju ruang kelas B. Setibanya di sana, mereka memilih kursi yang berdekatan, duduk dengan lega setelah perjalanan singkat tapi penuh antusias.
Sambil mengatur nafasnya, Raka berbisik kepada Lily. "Jadi, apa yang ingin kau sampaikan kemarin?"
Lily menunduk sedikit dan berbisik kembali. "Akan kujelaskan saat kita berkumpul nanti."
Raka mendesah kecewa, tapi mengangguk. "Baiklah…"
Tidak lama kemudian, dua sosok lainnya masuk ke kelas dan duduk di dekat mereka—Selene dan Thalassius. Thalassius, yang pernah bertarung melawan Raka di ujian penempatan kelas, tersenyum kaku dan memberi sedikit hormat.
"Kau hebat saat ujian kemarin," ujar Thalassius dengan nada menghormati.
"Biar kuperkenalkan diriku sekali lagi dengan benar, Namaku Thalassius. Senang bisa bertemu denganmu."
Raka tersenyum dan menyodorkan tangannya. "Raka. Senang juga bisa berkenalan."
Di sisi lain, Selene dan Lily yang melihat interaksi itu tampak tak senang. Mereka saling bertukar pandang, lalu Selene mendesis pelan. "Paus tidak tahu malu," gumamnya.
Thalassius, yang mendengar ejekan itu, menatap Selene dengan kebingungan. "Kenapa kau mengejekku juga? Kita kan kalah bersama."
Selene hanya tertawa kecil, lalu mengejeknya lagi. "Aku pasti menang kalau tidak dipasangkan dengan paus bodoh sepertimu."
Thalassius tersinggung dan mendengus,
"Itu bukan salahku! Kau juga tidak begitu hebat dalam pertarungan kemarin."
"Setidaknya aku tidak membuat tim kalah dengan cara konyol," balas Selene dengan sinis.
Pertengkaran kecil itu berlanjut, sementara Lily ikut bergabung dengan Selene dalam mengejek Thalassius.
"Benar sekali. Thalassius, kau benar-benar memalukan saat itu."
Thalassius mengangkat alis, menatap Lily dengan tatapan bingung.
"Aku tidak mengerti kenapa kalian berdua mengejekku. Kita semua tahu situasinya sulit!"
Raka tertawa melihat perseteruan yang tampaknya ringan itu. Dia merasa senang melihat mereka mulai akrab, meski melalui pertengkaran kecil. Namun, tanpa mereka sadari, bel kelas tiba-tiba berbunyi. Suara lonceng itu memotong argumen mereka, dan semua murid di kelas B segera duduk dengan rapi.
Kelas pertama telah dimulai, menandai awal dari kehidupan baru Raka di Stellar Academy.