webnovel

Kisah Putri SANG KIAI

Season 1. Muhammad Barrak, pergi dari rumah karena merasa malu, sebagai putra Kiai dia tidak berguna dan hanya membuat kedua orang tuanya malu. Dia pergi dari rumah dengan dua tujuan, satu memperbaiki diri, dua supaya perjodohannya gagal. Apakah rencananya berhasil? Season 2. Chafiya Afrin Zahraya, adalah putri dari Barrak dengan istrinya tercinta, nama yang memiliki arti orang yang diperhatikan serta ramah, berani dan memiliki karakter yang kokoh. Gadis bercadar ini adalah motivator para pencari Tuhan juga penulis novel Religi. Suatu ketika dia terpesona oleh pemuda bernama Adib, yang tidak lain adalah santri dari Abah yang sudah menjadi Ustadz. Selain itu, editor Faris Hamzah juga sangat ambisius untuk mendapatnya. Namun, pemuda yang memikatnya adalah santri dari sang Abah. Gadis bercadar ini harus meredam perasaannya dalam-dalam, karena sang Abah memilih putra sahabatnya, pemuda yang tidak lain adalah dokter muda, anak dari seorang dokter ternama di Jakarta. Putra dokter itu bernama Muhammad Alif Raffa, pemuda tampan namun juga terkenal sering keluar masuk penjara akibat narkotika, walaupun dia seorang dokter. 'Aku meredam perasaanku, karena Abah. Semoga Allah memberikan jalan terbaik ketika aku memantapkan hati dan bersedia menikah dengan Mas Alif, karena aku ingat kisah cinta Abah dan Umi.' Bagaimana kisah putri Kiai ini? Apakah dia bisa jatuh cinta kepada Alif, yang memiliki kebiasaan buruk? Semoga menikmati cerita ini. Hanya di Kisah Putri Sang Kiai.

Ririnby · History
Not enough ratings
228 Chs

Ya Allah Bantu Hamba

"Semoga. Aku juga sudah lelah dalam penantian yang panjang dan tidak berunjung. Aku ini memang aneh, maaf ya ...." Sofil mengukuti Ainun.

Keduanya menekuk kedua kaki merangkul kedua kaki, lalu menyandarkan kepala di atas lengan yang melingkar dan saling menatap.

Setelah saling memandang Ainun terlihat salah tinggah.

Tong.

Tong.

"Kentong tajahud," ucap Ainun segera mengemas tas dan buku.

"Malam ini terasa panjang ... sepanjang rel kereta, hahaha," kata Sofil yang lalu membersihkan telapak tangan dengan berdiri.

"Perlu digendong?"

"La (tidak)." Ainun berdiri

"Au ... marodo qolbi (sakit hatiku)."

"Limada? (karena apa)."

"Mungkin besok akan sibuk dan jarang bertemu," jawab Sofil.

"O ... bukannya seneng kalau nggak ketemu?" ledek Ainun yang lalu menggandeng Sofil. Keduanya menepi memang sedari tadi keduanya duduk di tengah jalan.

"Takut akan rindu? Tinggal telpon," ujar Ainun. Keduanya berjalan langkah kaki Ainun masih pincang.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com