webnovel
#ACTION
#COMEDY

Kisah Putri SANG KIAI

Season 1. Muhammad Barrak, pergi dari rumah karena merasa malu, sebagai putra Kiai dia tidak berguna dan hanya membuat kedua orang tuanya malu. Dia pergi dari rumah dengan dua tujuan, satu memperbaiki diri, dua supaya perjodohannya gagal. Apakah rencananya berhasil? Season 2. Chafiya Afrin Zahraya, adalah putri dari Barrak dengan istrinya tercinta, nama yang memiliki arti orang yang diperhatikan serta ramah, berani dan memiliki karakter yang kokoh. Gadis bercadar ini adalah motivator para pencari Tuhan juga penulis novel Religi. Suatu ketika dia terpesona oleh pemuda bernama Adib, yang tidak lain adalah santri dari Abah yang sudah menjadi Ustadz. Selain itu, editor Faris Hamzah juga sangat ambisius untuk mendapatnya. Namun, pemuda yang memikatnya adalah santri dari sang Abah. Gadis bercadar ini harus meredam perasaannya dalam-dalam, karena sang Abah memilih putra sahabatnya, pemuda yang tidak lain adalah dokter muda, anak dari seorang dokter ternama di Jakarta. Putra dokter itu bernama Muhammad Alif Raffa, pemuda tampan namun juga terkenal sering keluar masuk penjara akibat narkotika, walaupun dia seorang dokter. 'Aku meredam perasaanku, karena Abah. Semoga Allah memberikan jalan terbaik ketika aku memantapkan hati dan bersedia menikah dengan Mas Alif, karena aku ingat kisah cinta Abah dan Umi.' Bagaimana kisah putri Kiai ini? Apakah dia bisa jatuh cinta kepada Alif, yang memiliki kebiasaan buruk? Semoga menikmati cerita ini. Hanya di Kisah Putri Sang Kiai.

Ririnby · History
Not enough ratings
228 Chs
#ACTION
#COMEDY

Season2. Menceritakan Keluarga Alif 6

Harapan dan bunga mimpi tercantum dalam untaian doa, merayu Sang Pemilik Hidup agar terkabul semua keinginan dan harapan.

Di sana terlihat seorang anak balita yang tengah merangkak. Di temani pemuda berparas tampan yang kira-kira usianya 18 tahun.

"Raihan jaga yang betul."

"Siap grak Mbak Rina. Gitu dong Mbak, semangat," ujar pemuda itu yang tidak lain sepupunya anak dari paman Rusli.

"Apa kau sudah lama memendam rasa?" tanya Rina mengungkit bucinya pemuda itu dengan adik kelasnya. Rina menyuapinya Alif. Setiap saat hatinya teriris namun dia harus menutupi kekosongannya.

"Ya aku sadarnya masih enam bulanan." jelas Raihan. "Ke pantai yuk Muara Indah, katanya sudah di hias." ajak Raihan.

"Ya ... iya deh, tapi setelah habis makanannya Alif ya." Rina pasrah.

"Ciye ... Alif tersenyum. Emmm. Gemesnya," puji Raihan lalu menggendong dan bermain. Rina menatap halamannya, entah matanya menunggu kehadiran siapa.

"Sudahlah ... ayo jalan-jalan saja," ajak Raihan. Rina setuju.