webnovel

59 TAHUN TERPISAH DARI KELUARGA KANDUNG

Chapter 1 :

KISAH KELAHIRAN DAN MASA KECIL

Kisahnya berawal dari seorang bayi yang terlahir di Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Jakarta sekitar 59 tahun yang lalu.

Pada saat itu terlahirlah seorang bayi perempuan di tahun 1963, dari seorang ibu dan bapa berasal dari daerah Sumatra, tepatnya dikota Padang Pariaman. Pada saat di lahirkan, bayi berkulit putih bersih. Sedangkan bapa berkulit hitam, kelam dan pendek, dan ibu berkulit putih, bersih dan tinggi.

Pada saat dilahirkan bertempat tinggal bersama ibu, kakek dan nenek dikawasan jalan Cideng Barat, yang lokasinya bersebrangan dengan jalan Cideng Timur, tepatnya didepan kali Cideng yang cukup panjang dan luas, yang memisahkan dua kawasan tersebut adalah sebuah kali, yang saling bersebrangan antara sebelah barat dan timur.

Terlahir menjadi anak ke empat dari empat bersaudara, kelahiran yang paling terahir dan terlahir kemuka bumi, dikarenakan ayah dan ibu langsung berpisah, bercerai hidup pada saat dilahirkan, jadi termasuk anak yang paling bungsu dengan urutan komposisi dua laki-laki dan dua perempuan.

Dengan urutan selang seling, laki, perempuan, laki dan perempuan, yang paling terahir, selalu disebut dengan nama si bontot. Perbedaan umur kita masing-masing juga cukup jauh, yaitu dengan kakak nomor ke tiga berbeda tiga tahun, tapi anak pertama, kedua dan ketiga, masing-masing berselisih hanya setahun saja. Jadi dengan kakak pertama berselisih hanya lima tahun.

Mempunyai Kehidupan normal, yang seperti biasa dilakukan oleh semua anak dalam sebuah keluarga, rutinitas dari lahir sampai remaja dan dewasa. Dimulai dari tahap awal sekolah, sejak memasuki Sekolah Dasar kelas satu sampai kelas enam, sudah mengikuti pelajaran sekolah madrasah selama enam tahun, jadi otomatis kegiatan belajar, mengajar dilakukan pagi dan sore selama enam tahun, secara terus menerus, tanpa ada istirahat sama sekali, kecuali istirahat untuk tidur di rumah.

Dikarenakan terlalu banyak aktifitas dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan diluar rumah ahirnya dari kecil selalu berada diluar rumah dan jarang sekali berada dirumah. Dirumah hanya untuk beristirahat dan tidur.

Ternyata dari sejak sekolah dasar kelas satu, sudah di gembleng untuk melakukan kegiatan secara rutinitas sehari-hari diluar rumah dan tanpa disengaja stamina nya sudah terlatih untuk berolah raga, karena semua dilakukan dengan berjalan kaki dari rumah ke sekolah dan dari rumah ke mesjid tempat sekolah madrasah, keberadaan lokasi, kalau ke sekolah berjalan kaki ke arah sebelah kanan, sekolah madrasah berada di sebrang rumah, harus melalui jembatan penyebrangan, berlokasi di jalan Cideng Timur.

Disebabkan terlalu banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan diluar rumah, menjadikan karakter yang hyper active, super lincah tapi tetap pendiam dan tidak bisa berdiam diri, ada saja yang dilakukan diluar rumah, tidak pernah duduk manis sama sekali dirumah, jaman dulu disebut NELI, nenek lincah, bola bekel, pecicilan, lincah, gesit, tidak bisa diam, blingsatan, masih banyak lagi julukan dengan karekter seperti itu.

Kegiatan tersebut, terus berlanjut sampai menjelang SMA, semua kegiatan extra kulikuler selalu dijalanin sampai sore hari. Pulang hanya untuk istirahat dan tidur, begitu secara terus menerus, semua aktifitas dan rutinitas selama masa-masa anak, remaja dan ahirnya sampai dewasa.

Dikarenakan setiap harinya selalu full aktifitas, jadi hampir setiap hari tidak pernah bergaul dengan tetangga sebelah menyebelah. Kebetulan rumah di huk jadi hanya punya tetangga disebelah kiri saja dan sebelah kanan langsung masuk gang kecil, namanya gang Cilengsir.

Sejak dari kecil memang sudah merasa terpisah dari keluarga lainnya, karena berkulit putih, bersih, mungil sekali, dengan mata sipit. Kakak pertama, sangat sering diajak ikut berdagang oleh kakek dan begitu pulang akan mendapat kan uang jajan yang cukup banyak, jadi kakak pertama sudah dari kecil, terbiasa pegang uang banyak.

Dikarenakan sejak kecil sudah tidak ada Ayah, jauh dari sosok seorang Ayah, hanya ada kakek dan nenek saja, sedangkan Ibu termasuk sosok yang cuek karena sudah terlalu lelah dan banyak pekerjaan yang dilakukan sehari-hari, jadi untuk mengurus anak-anak diberikan kebebasan untuk melakukan segala sesuatu dalam hal beraktifitas, selama masih dianggap wajar dan benar.

Selama ini tidak pernah ada seseorang yang bisa dijadikan tempat curahan isi hati, melampiaskan perasaan, semuanya hanya di pendam sendiri, tanpa ada reaksi apapun dan luapan emosi. Terbentuk menjadi sosok yang pendiam, dingin, apatis, pasrah, pemalu dan tidak mudah bergaul dengan siapapun juga.

Dari kecil selalu mengadu kepada Tuhan untuk semua keluh kesah yang dialami sehari-hari. Yang dilakukan bukan hanya berdoa, shalat lima waktu, melainkan berkomunikasi, berdiskusi, tanya jawab dan lebih sering menangis, semua dilakukan sampai sekarang, menyebabkan mata agak cekung, karena keseringan menangis dari kecil nya. Tidak pernah sama sekali mengadu kepada seseorang.

Disebabkan amarah yang sangat besar dan tidak bisa dikontrol, ahirnya meledak. Kalau sedang emosi akan menyebabkan jantung langsung berdetak, berdebar keras.

Sosok seorang Ayah yang selalu mengacuhkan selama hidup, dan tidak pernah sekalipun menyapa atau menegur. Tidak pernah diajak komunikasi sedikitpun oleh Ayah, begitu juga terhadap Ibu, dan kakak-kakak lainnya. Sesaat Timbul perasaan sedih, duka, tapi tidak pernah dipikirkan sampai mendalam.

Setiap kali ada permasalahan selalu menangis, mengadu hanya kepada Tuhan, Segala urusan duniawi, selalu diserahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME, bersifat "nothing to lose", walaupun tanpa pernah melihat sosok Tuhan itu seperti apa, bagaimana bentuk dan wujud Nya.

Karena sudah terbiasa dengan segala macam cobaan, suka, duka, sedih dan berbagai macam rasa sudah dialami dalam hidup ini, selalu terintimidasi terus menerus, ahirnya menjadi sosok yang tangguh, tegar dalam menghadapi segala cobaan, terpaan dimuka bumi, semua berlaku hanya dihadapan orang lain, kalau dibelakang, masih suka menangis terutama kalau lagi mengadu kepada Tuhan.

Dari sekolah dasar sudah diberi pelajaran pengajian selama enam tahun sesuai dengan pengetahuan dasar Agama, sudah tertanam di lubuk hati yang terdalam, keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan, sudah mendarah daging tanpa perlu dipungkiri lagi.

Sebagai seorang manusia, semua cobaan, halangan, rintangan merupakan pengalaman hidup yang paling berharga. Untuk melangkah ke jenjang pendidikan, pasti akan selalu ada ujian untuk naik ketingkat yang lebih tinggi, mulai dari masuk SD, harus menghadapi ujian Masuk SMP, kemudian ujian masuk SMA, terahir ujian memasuki jenjang ke perguruan tinggi yang merupakan tingkatan paling tinggi.

Begitu juga dengan manusia, dalam hal kehidupan Spiritual, masing-masing manusia, harus menghadapai situasi dan keadaan, semakin tinggi tingkat keilmuan Spiritualnya, maka akan semakin tinggi juga cobaan, halangan, rintangan, sama seperti jenjang masa pendidikan.

Dengan berlatar belakang ketidak pedean, tidak terlahir secara normal selayaknya manusia lainnya, tanpa mempunyai sosok Ayah dan ibu, maka selama menjalani pergaulan, agak merasa minder, tidak percaya diri, kadang kala suka diledek dan di olok-olok, tapi semuanya dianggap angin lalu, tidak pernah dilayani sama sekali, begitu terus menerus kehidupan yang dialami sampai jenjang SMA.

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Ana_Ani_Anucreators' thoughts