webnovel

Kisah Kehidupan Wawan

Series pertama dari Series "Kehidupan Realita" Part 1 SMP Story. Wawan merupakan Anak indigo yang kocak akan kehidupannya, yang dilahirkan dari keluarga biasa saja. Wawan memiliki berbagai macam sifat Dari mulai konyol, iseng, jahil, dan keinginantahuan yang luar biasa atau biasa disebut dengan istilah kepo. Selain kepo Wawan juga mempunyai sifat ngeselin dan suka ngeluh. Wawan merupakan anak yang terbilang pintar di akademik sekolahnya, tepatnya di SMP-nya. Dikarenakan memiliki dua teman goib sehingga dia bisa mendapatkan juara ke-8 di SMPnya. Bagaimana kisah kehidupannya keseharian si Wawan??? dan Bagaimana Wawan dan kedua teman goibnya bisa kerjasama di olimpiade di waktu SMP?

Alvin_Nardo_1598 · Realistic
Not enough ratings
25 Chs

Hari yang tenang

Pagi yang begitu indah dan menyegarkan di hari ini, ntah kenapa hari ini berbeda dengan hari sebelumnya. Aku juga kurang mengerti dari suasana ini. Rasanya ingin bersekolah dengan senang hati di hari ini. Mungkin karena besok merupakan hari sabtu, atau ada "Sesuatu" yang menungguku kedepannya, jadinya aku gatau itu.

"Wan, kenapa kamu melamun gitu?" tanya Bapak yang tiba-tiba mengangetkan lamunanku.

"Gapapa Pak, cuman hari ini kok rasanya tenang gitu ya." Ucapku yang heran kenapa hari ini begitu tenang.

"Mungkin karena kemarin sibuk mulu dalam belajar disekolah, Wan." Ucap Bapak yang seraya meminum secangkir kopi serta membaca koran.

"Hem.. iya kali ya Pak. Mungkin Wawan merasa lega karena itu ya, Pak." Ucapku yang setuju omongan bapak.

"Iya karena sibuk. Btw kamu buruan gih makannya, supaya kamu gak terlambat ke sekolah." Ucap Bapak seraya menyuruhku untuk menghabiskan sarapanku.

"Iya Pak, Wawan habiskan segera." Ucapku kepada Bapak.

Seusai menghabiskan sarapanku serta membawa tasku di kursi sofa ruang tamu, akhirnya aku pun berangkat kesekolah.

Ketika di perjalanan menuju persimpangan blok perumahan, tanpa sengaja aku berpapasan dengan Alvan dan juga Rusya. Yang kebetulan ketemu di persimpangan blok juga. Lantas tanpa banyak waktu, akupun menyapanya.

"Pagi Alvan! Rus!" Sapaku kepada Alvan dan Rusya.

"Iya Pagi juga Wan!" Sapa balik Alvan kepadaku.

"Pagi!" Sapa balik Rusya kepadaku.

"Tumben kita berpapasan gini secara kebetulan." Ucapku yang senang karena berpapasan dengan Alvan dan Rusya.

"Iya, soalnya si Alvan susah dibangunin terus. Jadinya kita baru berangkat." Jelas Rusya kepadaku mengenai baru berangkatnya Alvan dan Rusya.

"Yaelah Rus, baru telat bangun tidur aja udah digituin." Ucap Alvan yang sewot mendengar perkataan Rusya.

"Yak tapi jangan dibiasain gitu, bangun telat. Bisa-bisa kita terlambat sekolah." ucap Rusya yang sedikit marah kepada Alvan.

"Iya..." Ucap Alvan yang merasa tertekan karena omelan Rusya.

"Ha ha ha..." ucap ku yang tertawa kecil melihat hebohnya kelakuan Alvan dan Rusya.

"Lalu? Kalau kamu sendiri gimana? Kok kamu berangkat di jam 5 pagi? Emang biasanya berangkat jam 5 pagi atau bagaimana?" tanya Alvan yang penasaran dengan jam keberangkatanku.

"Emang aku berangkat jam segini, Van. Dari Mulainya Mos sampai sekarang. soalnya aku udah memperkirakan jam berapa harus berangkat gitu." Jelasku kepada Alvan.

"Oh gitu, jadi kebiasaan berangkat jam segini ya?" ucap Alvan yang terkejut mendengar jam keberangkatanku.

"Iya Van. Emang aku berangkat jam segini, Van." Ucap ku kepada Alvan.

"Baru tau akunya." Ucap Alvan yang masih terkejut mendengar jam keberangkatan ku sampai dirinya ngomong sendiri.

"Kalau kamu sama Rusya, berangkat biasanya jam berapa?" tanya balikku kepada Alvan.

"Kalau aku biasanya jam setengah 5 pagi, Wan. Tapi karena hari ini telat karena aku. Jadinya yah.. berangkat jam 5 pagi gitu." Jelas Alvan kepadaku mengenai jam keberangkatan sekolahnya.

"Oh gitu, aku ngerti deh." Ucapku yang paham dengan kejelasan dari jam keberangkatan sekolah Alvan.

"Iya, Wan." Ucap Alvan seraya tersenyum kepadaku.

---Beberapa Menit Kemudian---

Selang beberapa menit bercakapan dengan Alvan dan Rusya, tanpa terasa kami bertiga sudah berada di gerbang masuk perumahan kami.

"Oke, kita nunggu angkutan umum lagi disini." ucap Alvan kepada ku dan juga Rusya.

"Iya Van, kami berdua tau kali." Ucapku yang seraya senyum kecil karena tingkah laku Alvan yang kocak.

"Hadeh." Ucap Rusya yang seraya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Alvan.

"Hahahaha, Yasudah kali. Biasa aja napa hahaha." Ucap Alvan dengan perasaan senang.

"Iya-iya, Van." Ucapku kepada Alvan seraya senyum kecil.

"Ampun dah, Alvan-Alvan." Ucap Rusya yang tersenyum melihat kelakuan Alvan.

"Hahahaha." Alvan tertawa dengan perasaan senang.

"Btw, mumpung kita lagi nungguin angkutan umum kesini. Bagaimana kalau kita duduk disebelah sana?" ucap Alvan kepada kami berdua, sembari menunjuk kearah kursi tunggu yang berada di pos penjaga pintu gerbang masuk perumahan.

"Bener juga, ayo deh! Daripada kita capek nungguin sambil berdiri." Ucap Rusya yang setuju perkataan Alvan.

"Nah, Kuy guys!" Ajak Alvan kepada kami berdua.

"Oke." Ucap kami berdua yang menerima ajakan Alvan.

Setelah menerima ajakan Alvan untuk duduk dibangku tunggu dekat pos penjaga, akhirnya kami bertiga pun menuju kearahnya. Memang sih aku punya pemikiran kayak kalian. Bagaimana kalau angkutan umumnya itu bener-bener lewat dan kalian bertiga gak melihatnya? Yah... aku tau kayak gini, jadinya kami bertiga pun secara bergantian ngeliatin angkutan umum yang lewat di jalan raya.

---05.35 A.M---

Setelah sudah menunggu angkutan umum sampai jam 05.35 pagi yang tak kunjung datang, kini tibalah angkutan umum yang kita inginkan didepan gerbang masuk perumahan kami.

"Ayo guys! Itu ada angkutannya, buruan!" panggil Alvan kepada kami berdua untuk segera pergi menuju angkutan umum.

"Oke deh! Ayo!!" Ucap Rusya yang tergesa-gesa menuju ke angkutan umum.

"Oke, Van!" Ucapku yang juga tergesa-gesa menuju ke angkutan umum.

Dengan bergegasnya kami menuju angkutan umum yang kami inginkan, sekaligus ini merupakan kesempatan terakhir bisa dibilang. Karena waktunya mepet banget dengan keberangkatan sekolah kami, akhirnya kami bertiga pun masuk kedalam angkutan umum tersebut.

Usai kami bertiga sudah memasuki dalam angkutan umum, kini angkutan umum pun pergi berangkat meninggalkan gerbang perumahan kami.

---Beberapa Menit Kemudian---

Selang beberapa menit kami bertiga memasuki angkutan umum, kami bertiga langsung membayar dengan cara yang sama kayak waktu pulang kemarin kami. Yaitu, dikumpulinnya uang para penumpang sampai mencukupi jumlah yang sama dengan penumpangnya, kemudian nanti bakalan kita kasihkan ke supir angkutan umumnya. Yap, terjadi dejavu lagi. tapi untuk para pembaca sekalian! Kalau kalian pernah mengalami kayak gini, kalian bilangin kepada supir angkutan umumnya ya! Soalnya berbahaya sekali untuk keselamatan penumpang lain. Jadi please! Ingatin para supir angkutan umumnya!

"Yaelah sok bijak ae lu, Tong!" ucap Author yang tiba-tiba muncul dalam pikiranku.

"Yalah! Harus itu! Kan bahaya juga buat keselamatan penumpang gitu, Thor!" ucapku yang kesal karena kelakuan supir angkutan umum yang ngeyel terhadap sistem pembayarannya.

"Yah... mau gamau lah, soalnya takutnya supir angkutannya tertipu gitu. Dan juga mungkin mereka pernah mengalami hal semacam gini, jadinya yah... mau gamau supir angkutannya melakuin hal semacam gitu, Wan." Jelas Author yang membela supir angkutan umum.

"Yah... kalau gitu sih bingung juga, tapi gak ah! harus tetap mengutamakan keselamatan penumpang dong, Thor!" ucapku yang menolak pendapat Author.

"Yah... emang sih apa yang lu bilang bener Wan. Cuman yah... kita jangan diliat satu sisi aja, akan tetapi diliat dari dua sisi yang berbeda. Mungkin pendapat kamu bener, sebagiannya lagi pendapat mu salah, begitu pula dengan ku juga." Author menjelaskan kepadaku untuk melihat dari pandangan dua sisi yang berbeda.

"Iya sih, hem iyaudah deh. Tapi tetap aja gasuka aja Thor dengan apa tindakan mereka." keluhku kepada Author karena tindakan dari supir angkutan umum.

"Yah... gapapa lah, biarin aja. Udah gih lu lanjutin lagi ceritanya sana!" ucap Author yang menghiburku dan menyuruhku untuk melanjutkan cerita lagi.

"Iyaudah, aku bacain ceritanya dulu ya!" ucapku kepada Author.

"Oke!" ucap Author yang menghilang didalam pikiranku.

Baik guys! Kita lanjutkan lagi keceritanya!

Singkat cerita, kini kami bertiga sudah berada di depan halte busway Cawang Uki. Kami bertiga pun langsung bergegas turun dari angkutan umum menuju kedalam halte busway Cawang Uki, dikarenakan waktu kami cuman terbatas aja. Jadinya kami bertiga gak bisa berleha-leha dengan leluasnya kayak kami bertiga pulang kerumah. Terpaksa deh, kami bertiga langsung pergi dengan perasaan tergesa-gesa.

Sewaktu kami menuju ke pintu loket, untuk membayar tiket busway. Ternyata antriannya panjang banget. sampai-sampai kami bertiga pun panik gak karuan. Yak gini aja! Kalau kalian berada diposisi gini, apa yang kalian bisa? Udah keberangkatan angkutan umum nya datang terlambat, udah gitu antrian buat beli tiket buswaynya aja panjangnya minta ampun. Kalian bisa apa coba! Paling kalian cuman pasrah aja kan? Yap! Sekarang ini kami sedang kayak gitu.

Melihat antrian yang begitu panjang di pintu loket busway, kami bertiga berpikir secara cepat untuk bisa bagaimana kami bisa tepat waktu sampai di sekolahan seraya berjalan pelan menuju ke pintu loket.

Ditengah-tengah kami berpikir dengan keras, bagaimana cara kami bisa datang tepat waktu. tiba-tiba bus sekolah pun lewat dan berhenti di halte bus. Dengan melihatnya bus sekolah yang berhenti di halte bus, kami pun langsung bergegas menuruni halte busway secepatnya. Dikarenakan kesempatan kami hanya sekali aja, yaitu dengan menaiki bus sekolah yang berada tepat di depan mata kami. Dengan tergesa-gesa serta cepatnya kami melangkah, akhirnya kami pun sudah masuk kedalam bus sekolah. Setelah kami sudah memasuki bus sekolah, kini bus sekolah pun berangkat.