Seolah takut Luna tidak akan setuju, Aldo menambahkan dengan tegas, "Biasanya pamanmu sangat mencintaimu dan kau selalu menyakiti hatinya. Jika kau bahkan tidak mau melakukan ini, kau tidak memiliki hati nurani!"
Sedangkan, Luna hanya terdiam mendengar itu.
Apa dia menolak? batin Aldo yang tidak segera mendapatkan jawaban dari Luna.
"Ayo, kita pergi." Setelah Aldo selesai berbicara, dia menarik tangan Juan dan berjalan ke arah pintu.
Ketika dia sampai di depan pintu, Aldo berbalik dan berkata kepada Luna, "Keponakan kecil, kau harus menjaga pamanmu, ya. Sampai jumpa~"
Sedangkan Hilman merasa jika Aldo lebih berani dari dirinya saat mengatakan hal itu pada Luna yang selalu keras kepala.
Hilman berbalik dan berkata kepada gadis itu, "Nona, Anda tidak perlu melakukannya. Saya yang akan menjaga Tuan Galang dan menyeka tubuhnya."
Luna mengangguk pelan, kemudian memikirkan sesuatu, lalu bertanya pada pria itu, "Apa kau sudah mempelajari perawatan secara medis?"
Pria itu terkejut dan menjawab, "Tidak. Lagipula untuk apa saya mempelajarinya? Sudah ada dokter pribadi yang merawat Tuan."
Luna menghela napasnya pelan dan berkata. "Aku akan menjaganya dan menyeka tubuhnya."
Dia telah mempelajari perawatan medis di kehidupannya sebelumnya dan dirinya tidak yakin akan menyerahkannya kepada Hilman. Dia adalah pria besar dengan tangan kasar. Luna takut jika Hilman akan tambah menyakiti Galang.
Sejak terlahir kembali menjadi gadis ini, kecuali saat Galang agak sembrono saat meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia memang Luna, Paman ini sebenarnya cukup baik padanya.
Sedangkan Hilman seperti tidak percaya dengan apa yang barusan Luna katakan. Kapan terakhir kali Nona Muda itu melakukan sesuatu untuk Tuannya?
Dulu, apa sulit bagi gadis itu untuk melakukannya?
Namun, saat melihat ekspresi serius Luna, Hilman percaya dengan ucapannya.
Akhirnya, pria itu menyerahkan tugas untuk menyeka tuannya ke Luna.
______
Di tengah malam, dapat terlihat di sebuah kamar di lantai dua rumah itu terang benderang.
Kemeja Galang dilepas saat Juan merawat lukanya, dan perban tebal membalut dadanya yang bidang.
Luna meletakkan sepanci air dingin di meja sebelah ranjang, kemudian mencelupkan handuk kecil kering ke dalamnya dan meremasnya, lalu dia berlutut di sisi ranjang
Dirinya mencoba yang terbaik untuk mengabaikan tubuh telanjangnya yang terlihat seksi, diam-diam mengingat bahwa Galang sedang sakit ini ...
Kemudian gadis itu menyeka tubuhnya dengan handuk basah dengan sabar dan hati-hati.
Saat tangannya tidak sengaja bersentuhan dengan kulit Galang yang panas, keringat dingin mulai keluar di dahi Luna.
Tangannya gemetar karena gugup, dan dia tidak ingin menyentuh lukanya.
Ketika tubuh bagian atasnya dilap, Luna menjadi lebih khawatir tentang tubuh bagian bawah Galang yang hanya mengenakan celana panjang.
Lepas? Tidak? Lepas? Tidak?
Dia menggigit bibirnya dan terdiam untuk beberapa saat, kemudian melihat bahwa tubuhnya agak merah karena panas, dia menyerah.
Luna segera mengulurkan tangannya untuk melepaskan ikat pinggang Galang.
Dengan bunyi "klik", suara gesper sabuk terlepas.
Jantungnya berdebar dengan keras, dan ketika dia hendak melepaskannya dengan tergesa-gesa, pergelangan tangannya tiba-tiba digenggam seseorang.
Dia mendongakkan kepalanya dengan panik, dan bertemu dengan sepasang mata yang menatapnya dengan mata menyipit.
Sedangkan Galang terkejut saat melihat Luna di bawahnya. "Apa yang kau lakukan?"
Gadis itu menundukkan kepalanya dan melirik ke tangannya yang tengah memegang sabuknya, dan kemudian mengangkat kepalanya untuk bertemu pandang dengan matanya yang menyipit.
Dia terdiam dan mengumpat dalam hati.
Sialan! Sialan!
Ini adalah kesalahpahaman besar!
Apa dia kabur saja dari sini?
Lalu berpura-pura seperti tidak ada yang terjadi besoknya?
Memikirkan hal ini, Luna sudah meyakinkan dirinya, jadi bangkit berdiri dan ketika dia akan berlari ..
Dia lupa bahwa tangannya masih digenggam oleh Galang dan masih memegang sabuknya.
Dia ditarik kembali ke tempatnya dan membuat tubuhnya jatuh menimpa tubuh Galang.
Luna dengan segera bangkit. Tiba-tiba, dia berhenti.
Mengapa dia dapat merasakan bagian tubuh bawah Galang semakin membesar dan keras?
"L-luna!" ujar Galang dengan sedikit mengerang kesakitan. "Bangun cepat!"
"Ah? Oh!" segera bangkit berdiri.
Tapi, malah ….
Dia melepaskan ikat pinggangnya, menyebabkan celananya ikut terbuka dan menampakkan dalaman abu-abu pria itu.
Gadis itu dapat melihat gundukan aneh di antara selangkangan pria itu.
Luna sudah tidak berani untuk melihat ke arah Galang, dan hanya melongo memandangnya.
Sedangkan Galang, dirinya saat ini benar-benar ingin pergi ke planet Namek saja!
Mengapa dia bereaksi seperti ini terhadap keponakannya sendiri? Sial!
"Jangan lihat!" Untuk mencegahnya, Galang menyentakkan tangan yang memegang pergelangan tangannya.
Tubuh Luna tertarik kembali dan jatuh kembali ke tubuh pria itu.
Galang mengerang kesakitan lagi.
Luna cemas ketika mendengar suara itu dan buru-buru menopang kedua sisi tangannya untuk bangkit. "Paman, lukamu!"
Galang kembali memeluknya, "Jangan bergerak!" Luna tahu pria itu takut dia akan melihat ke sana lagi. Kemudian, gadis itu berkata, "Sekarang aku tidak bisa melihatnya, jika Paman terus seperti ini, aku juga tidak nyaman!"
Ekspresi Galang menjadi kaku.
Luna pada awalnya agak pemalu, tetapi pada saat ini, melihat wajah Galang yang tercengang dan terlihat sangat malu, dia tiba-tiba menjadi berani.
Dia tertawa dan berkata dengan nada bercanda, "Paman kau punya tubuh yang bagus juga. Kau takut orang lain akan melihat punyamu, ya?"
Keduanya tahu apa maksud Luna itu.
Galang menggertakkan giginya dan berkata dengan kesal, "Luna, aku ini Pamanmu! Dari mana kau belajar berbicara seperti itu padaku?"
Paman, apa kau malu? tanya Luna dalam hati dan merasa geli sendiri. Dirinya tidak merasa tidak nyaman lagi, malah senang menggoda Galang seperti itu.
Mencoba menopang tubuhnya dengan kedua tangganya, Luna tidak membiarkan dirinya menyentuh luka pria itu, yang menyebabkan perut bagian bawahnya menekannya lebih erat.
Galang sudah berkeringat di wajahnya dan dia mengernyit melihat Luna.
"Oh, begitu. Kau berkata seperti itu pada keponakanmu sendiri yang telah mengompres dan menyeka tubuhmu?!"
Galang kaget, ternyata dia sedang menyekanya.
Sejak kapan dia mau melakukan ini untuknya? batin Galang.
Luna tidak tahu apa yang pria itu sedang pikirkan. Saat melihat perban di bawahnya tidak ada darah yang mengalir keluar, gadis itu merasa lega.
Dia menggoyangkan cengkeraman di tangannya dan bertanya dengan tidak sabar, "Paman, Bisakah kau melepaskanku sekarang?"
Takut bahwa Galang tidak mau melepaskannya, dia menambahkan, "Kalau tidak mau melepaskanku, berarti kau sengaja melakukannya padaku!"
Lalu tubuh bagian bawahnya sengaja dia gerakkan dengan gerakan memutar.
Galang mengerang kecil lagi dan melepaskan tangannya.
Begitu Luna bangkit darinya, Galang mengangkat selimut di sampingnya dan menyelimuti tubuhnya sendiri.
"Kau boleh pergi! kau tidak perlu menyeka tubuhku lagi."
Luna menjadi marah ketika mendengar itu. "Apa yang kau katakan, Paman? Apa kau begini gara-gara malu padaku?"
Dia mengulurkan tangan dan mengangkat selimutnya. "Karena aku sudah membantu menyeka tubuhmu, aku tidak akan berhenti di tengah jalan!"
Dia tampaknya takut Galang akan menariknya selimutnya lagi, jadi dia meremas selimut itu dan memasukkannya ke dalam lemari.
Galang menghela napasnya dengan berat dan berkata, "Luna, bukankah menurutmu ini hal yang tidak wajar?"
Luna berdiri di depannya, menyeringai dan berkata dengan bercanda, "Jika kau tidak bereaksi dengan sentuhan tadi, aku harus curiga bahwa paman bukanlah laki-laki."
Galang tercengang saat mendengar itu. "Menurutmu aku bukan laki-laki?"