webnovel

Kisah Dari 3 Orang Pemula

Bercerita dimana si tokoh utama adalah seorang anak berusia 18 tahun yang tidak memiliki bakat dalam sihir untuk sehari-hari dan yang lebih parahnya lagi si main karakter ini juga tidak memiliki motivasi yang kuat pada hal-hal lain dan suatu waktu ayahnya menyuruhnya pergi ke ibukota kerajaan untuk mendaftar ke sebuah akademi sihir yang cukup ternama .dimana ini adalah kisah awal mula cerita ini Yang membuat main karakter ini kerepotan pada kehidupan sehari-harinya

Septian_Af · Fantasy
Not enough ratings
11 Chs

Chapter 8 - Apa? Rekomendasi Ke Akademi?

"Uh_ah?! Dimana ini?"

 

Dengan perasaan yang sedang lilung, aku berusaha memastikan ada dimana saat ini diriku berada.

 

 Dengan menenggok ke kanan dan ke kiri aku pun mulai memastikan keberadaanku saat ini.

 

Arrgh aduhhh tubuh ku terasa sakit dan memar di sekujur badan. Setiap ku gerakan sedikit saja tubuh ku rasa sakitnya langsung menjulur ke seluruh badan. bahkan dari semua rasa sakit yang kurasakan ini, bagian di sekitar dada adalah bagian paling menyakitkan. Walau ku coba menyentuhnya dengan lembut dan perlahan tetap saja itu rasanya akan sangat menyakitkan sekali.

 

Dan bahkan aku masih tidak ingat kenapa diriku bisa ada disini? Terakhir kali ku ingat kalo tidak salah saat sedang latih tanding dengan ayah ku beberapa waktu yang lalu dan hampir menang loh. Tapi kenapa aku bisa berakhir disini?

 

Lalu Saat aku sedang larut dalam kebingungan tentang masalah ini, tiba-tiba pintu yang berada di depan ku sejak tadi .terbuka begitu saja yang mana itu membuatku sedikit kaget akan hal itu. Dan kemudian aku merasakan ada sesosok yang sedang berjalan ke padaku. Apa itu monster atau musuh? Sial dalam keadaan begini, aku tidak bisa melakukan apa pun. Tamatlah sudah.......

 

 

Krekk....

 

 

"Yoo.... anak ku yang malang. Apa kau sudah sadar?"

 

"Hah?"

 

"hoo jadi ternyata kau sudah sadar beneran? Kupikir kau masih koma disana?"

 

 

"hah? Apa maksud ayah"

 

 

"iya maksud ayah itu, ku pikir kau masih koma atau tertidur disana. Ayah mu disini hanya untuk memastikan saja apa kau masih bernapas atau tidak?dan hanya untuk berjaga-jaga aku tidak mau rumah ini jadi berhantu karena mu"

 

"rumah? Apa maksud ayah? bukankah kita seharusnya berada di lapangan untuk latih tanding dengan mu? "

 

"Aaa...jadi kau tidak ingat yah?"

 

"ingat apa?"

 

"begini, latih tanding kita yang kau maksud itu sudah selesai. bahkan itu sudah berlalu 3 bulan yang lalu"

 

"3 bulan yang lalu?! Bukankah itu baru kemarin ?! kenapa sudah 3 bulan berlalu?! Apa ayah sedang bercanda dengan ku?!"

 

"bercanda katamu? Yang ada kau yang sedang bercanda dengan ayah mu disini! Apa maksud mu dengan menodongkan sendok yang ada di tangan kanan mu itu ke arahku ini! apa kau berusaha membunuh ayahmu sendiri dengan sendok?"

 

 

"salah mu sendiri kenapa tidak ketok pintu dahulu saat masuk tadi. ku pikir ayah ini adalah pencuri atau sejenisnya"

 

 

"mana ada pencuri yang mau mencuri barang-barang mu itu tahu. Yang ada kau malah diberi uang oleh pencuri itu karena kasian melihat mu yang tidak punya apa-apa"

 

 

"apa ayah ingin mengajak ku berkelahi hah?!"

 

 

"coba saja jika kau bisa melakukannya dengan keadaan begitu"

 

 

"(arrgkh!) benar juga, tubuh ku saat ini terasa nyeri semua karena melakuan posisi siaga begini"

 

 

"oleh karena itu anak ku yang bodoh, lebih baik kau istirahat saja disana dan biar ku jelaskan juga kenapa kau bisa ada disini dan tidak mengingat apapun begitu"

 

 

"aww...aww...iya ya baiklah aku mengerti. Aku akan berbaring disini dan mendengarkan itu"

 

 

Aduh...duh..duh.. hanya gara-gara melakukan posisi siaga tadi benar-benar membuat tubuh ku sakit semua. Mulai dari tangan,kaki dan dada rasanya semua sangat nyeri sekali. Tidak ku sangka hanya untuk melakukan gerakan tadi saja membuat nyeri di sekujur tubuh begini. Tapi akan kutahan sajalah sedikit, demi bisa mencari tahu kenapa aku bisa berakhir dengan penuh rasa sakit dan memar begini

 

 

"jadi darimana ayah mu akan memulai ini? apa mau ku cerita kan dari awal?"

 

 

"tidak perlu, itu akan membosankan bagi mereka nanti jika ayah menceritakan dari awal. Lebih baik ayah cerita kan saja mulai saat aku tidak sadar saja"

 

"begitu ya? Baiklah ayah mengerti. Kalo begitu.......pada zaman dahulu...."

 

 

"hei itu terlalu jauh! Apa ayah ingin menceritakan kembali chapter 1 kita itu disini?!"

 

 

"ah benar juga. Chapter 1 kita kan tidak begitu bagus-bagus amat iya kan?"

 

 

"aku benci mengatakannya. Tapi aku setuju dengan pendapat ayah itu"

 

 

"benarkan? Ayahmu saja bingung harus menjelaskan bagaimana. Orang cerita kita saja tidak jelas begini. Mau menjelaskan bagaimana?"

 

 

"ya ayah benar tentang itu. Tapi setidaknya jelaskan saja apa yang terjadi setelah chapter sebelum ini"

 

 

"hoo masuk akal. Baiklah akan ku jelaskan setelah yang terjadi di chapter sebelumnya"

 

 

"oke aku akan dengarkan"

 

 

"simple nya begini. Kau kalah saat latih tanding dengan ayah mu pada waktu itu dan berakhir pingsan sampai sekarang"

 

"pingsan?! kenapa sampai 3 bulan?! Bukannya seharusnya pingsan itu Cuma terjadi 5 menit atau paling lama 1 jam lebih?"

 

 

"mana ayah tahu,  kenapa kau bisa pingsan selama itu. Yang jelas ayah hanya tahu ini salah 'DIA' "

 

 

" 'DIA' siapa?"

 

 

"siapa lagi coba kalo bukan si pembuat. Yang ayah dengar 'DIA' sudah tidak membuat lagi ini selama 3 bulan dan membuat mu pingsan atau koma sampai 3 bulan begini."

 

 

"ahh..masuk akal. Itulah kenapa tubuh ku saat ini masik sakit dan nyeri begini. Seharusnya dimana-mana kalo pemeran utama terluka pasti akan sembuh keesokkan harinnya. Tapi dalam kasus ku malah berbeda"

 

 

"ya begitulah. Ayah tidak tahu apa alasannya kenapa ini terjadi"

 

 

"baiklah aku kurang lebihnya mengerti sekarang. Juga alasan kenapa selama 3 bulan 'DIA' tidak membuat"

 

 

"kenapa memang"

 

 

"iya paling-paling 'Dia' Cuma lebih mementingkan hobi dan eventnya saja"

 

 

 

"apa-apaan itu. Tidak tanggung jawab sekali kelihatannya"

 

 

"ya begitulah mau bagaimana lagi"

 

 

"begitu yah, terus apa akan kau lakukan selanjutnya? Mengingat kita ini masih di awal-awal dan jauh dari cerita"

 

 

"hmm? Entahlah. Aku saja masih bingung mau bagaimana selanjutnya"

 

 

Sungguh dalam keadaan yang begini jika ayah ku bertanya begitu. Aku jadi tidak tahu apa selanjutnya. Apakah aku harus meneruskan perkebunan milik ayah ini kelak? Atau pergi ke ibukota dan mencari pekerjaan yang bagus mungkin? Yah tapi terserahlah untuk saat ini aku hanya harus fokus pada pemulihan tubuh saja. Aku tidak mau ambil pusing dulu.

 

 

"kalo begitu kenapa kau tidak mendaftar ke akademi di ibukota disana? Kau dapat rekomedasi loh dari orang sana"

 

 

"mendaftar ke akademi? Maksud ayah akademi sihir yang terkenal di ibukota itu?"

 

"iya itu benar"

 

 

 

"ayah sudah gila yah?"

 

 

"apa maksud kau memanggil ayah mu ini gila hah?!"

 

 

"iya habisnya, bukankah ayah tahu bahwa di akademi itu syaratnya adalah bisa menggunakan sihir kan?"

 

 

"iya memang, terus?"

 

 

"bukankah anak mu yang tampan dan pintar ini tidak bisa menggunakan sihir? Lalu kenapa ayah malah mendaftarkan ku ke akademi? Apa ayah gila?"

 

 

"mana ayah tahu, yang jelas kau dapat rekomendasi langsung dari kepala sekolah disana"

 

 

"hah? Kenapa juga kepala sekolah akademi itu repot-repot merekomendasi ku kesana?"

 

 

"astaga kau ini banyak tanya sekali yah?! Yang jelas ayah mu ini tidak alasannya. Yang ayah mu ingin tahu disini, apa kau mau atau tidak mendaftar disana?!"

 

 

"jelas aku tidak mau! Kenapa juga aku harus repot-repot mendaftar ke sana yang mana aku saja tidak bisa menggunakan sihir apa pun disini. Apa gunanya coba merepotkan sekali?"

 

 

"ya, ayah mu ini sudah menduga kau akan bilang begitu. Makanya ayahmu langsung mensetujui itu langsung dan mengirim surat itu kembali ke akademi itu"

 

 

"hah?! apa?! Kenapa ayah mensetujui itu tanpa menunggu pendapatku dulu?"

 

 

"buat apa coba harus menunggu pendapatmu?pasti ujung-ujungnya kau juga akan menolak seperti tadi"

 

 

"memang sih 100% akan bilang begitu. Tapi tetap saja kenapa ayah mensetujui itu? Apa ayah tidak kasihan pada anak mu ini yang harus jauh dari orang tua? (hiks)"

 

 

"(buih) untuk apa ayah harus kasihan padamu. Juga tidak usah memasang muka memelas begitu kepada ayah mu. Tidak akan ada gunanya"

 

 

"(Cih) tidak berguna ya"

 

 

Ah sial aku lupa bahwa trik ini tidak berguna kalo di hadapan ayah ku. Kalo sudah begini bakal susah nih buat merubah pikirannya dan mau tidak mau aku harus mengikutinya.

 

 

"baiklah cukup begitu saja, ayah mu akan pergi dari sini dan membantu ibu mu dibawah. Dan ingat bahwa 2 atau 3 tahun lagi kau akan masuk akademi itu paham"

 

 

"iya-iya baiklah aku mengerti"

 

 

Tanpa berselang lama ayah ku langsung meninggalkan ku sendiri disini dan membuat ruangan ini menjadi sunyi.

 

Haa...seenaknya saja mensejutui surat itu dan menyuruh ku untuk masuk ke akademi tanpa mendengar pendapat ku dulu. Apa ayah tidak tahu bahwa syarat masuk ke sana kan harus bisa menguasai satu atau beberapa sihir. Bagaimana aku bisa lulus dan menjadi pelajar di sana coba kalo aku saja tidak bisa menggunakan sihir sama sekali. Jangankan mengeluarkan sihir, mengeluarkan mana dari tubuh ku saja aku masih kerepotan tahu

 

Semakin dipikiran semakin membuat ku pusing sendiri akan hal itu. Sejak awal kenapa juga kepala sekolah akademi itu harus repot-repot merekomendasikan ku untuk masuk kesana coba? Kurang kerjaan sekali. Ini seperti mengibaratkan kau untuk menyelam di tengah-tengah laut yang penuh dengan hiu tanpa menggunakan apa pun.

 

 

Tapi terserahlah lebih baik aku tidur saja untuk menyembuhkan luka dan memar yang ada di tubuhku ini. dan akan ku pikirkan itu besok saja.