Setelah kepergian Rico dari jembatan cinta itu, Cinta pun juga ikut melangkahkan kakinya. Cinta pergi ke sebuah jalur yang begitu gelap. Sangat tidak mungkin jika jalur itu dilalui oleh orang-orang.
Deraian air mata terus saja mengalir dengan begitu saja menghiasi pipi putih yang sedikit kemerahan milik Cinta.
Rambut Cinta yang hitam nan panjang itu seolah-olah menari mengikuti irama angin.
Saat ini Cinta sudah tidak lagi mengenakan high heels miliknya. Ia biarkan high heels tersebut dan meninggalkannya di sembarang tempat.
'Sekarang aku telah terjebak dalam buaian cintamu, Mas Rico. Jika suatu saat kamu mengkhianati diriku, maka aku pasti akan hancur. Jangan pernah hancurkan diriku dengan cintamu itu, Mas. Aku mohon jangan! Untuk pertama kalinya aku merasa jatuh hati kepada seorang lelaki. Hiks, aku sangat takut'. Batin Cinta.
"Argh ... sudahlah, hentikan tangisan ini. Tak ada gunanya menangis," kesal Cinta.
Beberapa saat kemudian, Cinta pun telah tiba di sebuah gubuk bambu. Tempatnya begitu gelap, hanya ada lampu kecil yang menerangi tempat tersebut.
Tempat yang terlihat begitu menyeramkan. Banyak sekali tengkorak kepala hewan yang menempel di balik dinding kayu. Banyak juga bawang putih dan juga merah bergelantungan di depan pintu gubuknya.
Suara gonggongan anjing liar terdengar begitu menyeramkan, membuat siapa saja yang mendengarnya pasti akan langsung merinding. Bahkan suara burung hantu pun menjadi penambah suasana mistis di tempat itu.
Tiba-tiba saja, sesosok orang yang berpakaian serba hitam dan rambut yang sudah memutih itu, menyentuh pundak Cinta sembari berucap dengan nada suara yang begitu lirih.
"Kinar ... Kinar ..." panggilnya.
Sontak saja saat itu juga Cinta pun langsung membalikan tubuhnya ke belakang. Cinta sudah tahu siapa orang yang memanggil dan juga menyentuh pundaknya tersebut.
"Mbok," ucap Cinta.
"Kamu baru pulang jam segini, Nak? Ke mana aja kamu? Apa ke tempat jembatan itu lagi?" tebaknya.
"Eum ... iya, Mbok. Aku habis dari sana," aku Kinar.
"Untuk apa lagi kamu ke sana? Apa untuk mengenang masa-masa pahitmu itu? Iya? Kamu ke sana untuk itu? Untuk membuat dirimu terpuruk lagi? Kamu tahu kan Kinar, di sana itu adalah tempat yang telah merenggut kebahagiaanmu. Bahkan tempat itu juga telah membuatmu hampir kehilangan nyawamu. Apa kamu sudah lupa akan hal itu? Kamu lupa?" kesalnya.
Ya, Cinta adalah Kinar yang hidupnya telah dihancurkan oleh Adit. Bahkan tak hanya Adit, tapi ayahnya sendiri pun telah menghancurkan hidupnya.
Saat Kinar mencoba untuk bunuh diri pada waktu itu, seorang dukun wanita yang tak sengaja lewat sana dan melihat Kinar akan bunuh diri, dia pun langsung saja dengan segera mencegahnya. Bahkan dukun wanita itu sampai harus menampar pipi Kinar karena Kinar tetap ngenyel ingin bunuh diri. Dan dukun wanita itu adalah seorang wanita yang saat ini berdiri di hadapan Kinar yang Kinar panggil dengan sebutan mbok, nama aslinya adalah Lastri.
Saat itu sebelum datang para warga, Mbok Lastri langsung membawa Kinar pergi dari tempat jembatan cinta tersebut. Dia membawa Kinar pulang ke gubuk bambu miliknya.
Dari sana, Mbok Lastri mencoba untuk menenangkan Kinar. Cukup lama dia bisa membuat Kinar tenang. Tapi dengan kesabarannya, akhirnya Kinar pun luluh juga pada dirinya. Kinar mulai menceritakan segalanya kepada Mbok Lastri. Mbok Lastri juga ikut sedih mendengar cerita dari Kinar. Mulai saat itu Mbok Lastri begitu menyayangi Kinar dan menganggap Kinar sebagai anak kandungnya sendiri.
Sudah dua tahun ini, Kinar hidup bersama dengan Mbok Lastri. Kinar tidak pernah mengetahui lagi tentang dunia luar. Bahkan Kinar juga tidak tahu kabar kedua orang tuanya dan juga sahabatnya, Sarla.
"Maafkan aku, Mbok. Tapi entah megapa, jika berada di sana, aku selalu merasa tenang. Padahal tempat itu adalah tempat yang telah merenggut segalanya dari hidupku, tapi tetap saja aku merasa tenang jika di sana," ungkap Kinar.
"Tapi mengapa setiap pulang dari sana, kamu selalu menangis, Nak?" selidik Mbok Lastri.
"Aku teringat kembali tentang segalanya, Mbok," terang Kinar.
"Astaga ... Kinar, kalau begitu, mulai saat ini kamu jangan ke sana lagi," larang Mbok Lastri.
"Tidak, Mbok! Jangan larang aku. Aku tetap ingin ke sana, Mbok. Izinkan aku ya, Mbok," mohon Kinar.
"Hm ... ya sudahlah. Terserah kamu saja. Yang penting kamu bisa bahagia, Nak," pasrah Mbok Lastri.
"Terimakasih banyak, Mbok. Mbok ..." ucap Kinar.
"Iya, Nak?" sahut Mbok Lastri.
"Aku ingin meminta sesuatu kepada Mbok," terang Kinar.
"Minta sesuatu? Minta apa itu, Nak?" tanya Mbok Lastri.
"Apa boleh, mulai saat ini, Mbok jangan memanggil Kinar lagi kepadaku?" tanya Kinar.
"Memangnya mengapa, Nak?" selidik Mbok Lastri.
"Aku ingin melupakan identitas asliku, Mbok. Aku tidak ingin hidup sebagai Kinar lagi. Biarlah jati diriku sebagai Kinar itu mati," jelas Kinar.
"Lalu? Mbok harus manggil apa sama kamu?" tanya Mbok Lastri.
"Eum ... Mbok panggil aku Cinta saja. Iya, Mbok, panggil Cinta," ucap Cinta yang tak lain adalah Kinar.
"Hm ... baiklah, Nak. Jika itu yang kamu inginkan, maka Mbok akan menurutinya. Mulai saat ini, Mbok akan memanggilmu Cinta," putus Mbok Lastri.
"Terimakasih banyak, Mbok. Terimakasih. Mbok memang orang yang sangat baik. Aku sangat menyayangi, Mbok," ungkap Cinta.
"Mbok juga, Nak. Bahkan Mbok lebih menyayangimu," lanjut Mbok Lastri.
"Oh iya, Mbok habis dari mana?" tanya Cinta.
"Biasa, Nak, Mbok habis dapat panggilan dari orang," aku Mbok Lastri.
"Oh ... begitu ya, Mbok?" ujar Cinta.
"Iya, Nak. Eh, ayo masuk, Nak. Udah malam banget ini. Kamu pasti belum makan. Ayo makan dulu habis itu segera tidur," perintah Mbok Lastri.
"Iya, Mbok. Baik," patuh Cinta.
Mbok Lastri dan Cinta pun langsung saja masuk ke dalam gubuk bambu tersebut.
Di dalam, Mbok Lastri dengan segera menyiapkan makanan untuk dirinya dan juga Cinta.
"Ini, Nak. Makan dulu," titah Mbok Lastri.
"Baik, Mbok," ucap Cinta.
Baru saja Mbok Lastri dan juga Cinta akan mulai makan dan menyuap nasinya, tiba-tiba saja Mbok Lastri teringat akan sesuatu.
"Eh, astaga ..." ucap Mbok Lastri tiba-tiba saja.
"Ada apa, Mbok?" tanya Cinta.
"Nak, Mbok melupakan sesuatu. Kan seharusnya saat ini Mbok membuat ramuan dulu. Ada seseorang yang memesan obat kepada Mbok, Nak. Mbok harus buatkan segera," terang Mbok Lastri.
"Kalau begitu, biar aku bantuin Mbok ya," ujar Cinta.
"Jangan, Nak. Sebaiknya kamu habiskan makanannya saja. Setelah itu tidur ya, Nak. Mbok bisa sendiri kok. Lagian ga mungkin lama juga Mbok buatnya," jelas Mbok Lastri.
"Kalau gitu, kenapa Mbok ga makan dulu aja? Mending makan dulu aja Mbok," tutur Cinta.
"Tidak, Nak. Tidak bisa. Biar Mbok makan setelah membuat ramuannya saja. Sebaiknya kamu saja yang makan ya, Nak," cicit Mbok Lastri.