Cinta dan juga Mbok Lastri pun kemudian menjadi saling lirik. Keduanya pun langsung menganggukan kepalanya lalu setelah itu mereka berdua segera berlari dari sana.
Meski ketiga pemburu itu sudah tidak sadarkan diri, tapi mereka berdua takut kalau tiba-tiba saja ketiganya akan tersadar kembali dan melukai mereka.
"Ayo, Nak, ayo cepat lari," titah Mbok Lastri.
"Iya, Mbok," patuh Cinta.
Keduanya langsung berlari secepat mungkin.
Kini Cinta dan juga Mbok Lastri telah tiba di gubuk bambu milik Mbok Lastri.
Cinta dan juga Mbok Lastri menjadi sangat ngos-ngosan dan hampir kehabisan nafas.
Keduanya langsung mencoba untuk menormalkan kembali nafas mereka. Setelah sedikit lebih baik, dengan segera Mbok Lastri pun langsung saja memeluk Cinta dengan begitu erat. Sementara Cinta, tepat ketika Mbok Lastri memeluk dirinya, Cinta pun kemudian langsung meneteskan air matanya.
"Nak, kamu tidak apa kan, Sayang? Maafkan Mbok ya, Nak. Maaf! Maaf karena Mbok telah meninggalkan dirimu sendirian dan membuatmu hampir saja dijahati oleh mereka semua," sesal Mbok Lastri.
"Hiks ... Mbok, aku takut, Mbok. Aku begitu takut," tangis Cinta. Terlihat jelas bahwa saat ini tubuh Cinta sudah bergetar hebat. Bahkan Mbok Lastri pun juga dapat merasakan hal itu.
"Sudah, Sayang, sudah ya, Nak. Yang terpenting sekarang kamu sudah aman. Mbok janji, Nak, Mbok tidak akan pernah lagi meninggalkanmu sendiri," yakin Mbok Lastri.
"Hiks ... hiks ... Mbok, mereka semua telah berani memyentuhku dan juga menghina diriku ini, Mbok. Aku benci kepada mereka semua," marah Cinta.
"Sayang, Mbok juga begitu membenci mereka. Mereka telah berani berbuat kurang ajar kepadamu," kesal Mbok Lastri. "Tapi, sudahlah, Nak, tak perlu lagi kamu pikirkan tentang masalah itu. Jangan murung lagi, Nak," ujar Mbok Lastri.
"Hiks," tangis Cinta.
"Ya sudah, ayo sekarang kita masuk saja yuk, Nak," ajak Mbok Lastri.
Mbok Lastri pun kemudian langsung melepas pelukan mereka berdua. Kemudian Mbok Lastri langsung merangkul Cinta dan membawanya masuk.
Di dalam gubuk, Mbok Lastri pun langsung mendudukan Cinta. Dia segera pergi ke dapur untuk mengambilkan Cinta air minum.
Tidak begitu lama kemudian, Mbok Lastri pun telah kembali menghampiri Cinta dengan membawa gelas berisikan air putih di tangannya untuk ia berikan kepada Cinta.
"Sayang, ini, minumlah dulu," titah Mbok Lastri.
Cinta pun dengan sedikit merasa enggan tetap mengambil gelas tersebut. Perlahan Cinta mulai meminum airnya. Tapi Cinta hanya meminum seteguk saja. Setelah itu Cinta kembali memberikan gelas itu kepada Mbok Lastri.
Mbok Lastri mengambil kembali gelas yang berada di tangan Cinta, setelah itu dia langsung meletakan gelas tersebut di atas meja.
"Nak, sebaiknya sekarang kamu istirahat saja ya, Sayang. Mari Mbok antar kamu ke kamar," ujar Mbok Lastri.
"Nggak, Mbok," tolak Cinta. "Aku ingin berada di sini dulu sebentar. Aku masih benar-benar sangat trauma, Mbok. Aku trauma. Hampir saja terulang kembali. Hiks ... argh ... bajingan! Hampir saja terulang kembali kejadian menjijikan itu, Mbok. Hiks," tangis Cinta dengan begitu tersedu-sedu membuat Mbok Lastri menjadi tidak tega saat melihatnya.
"Sayang, jangan dipikirkan lagi, Nak. Buang jauh-jauh kejadian buruk itu di dalam ingatanmu. Sekarang kamu sudah aman, Nak," tutur Mbok Lastri.
"Tidak! Tidak!" teriak Cinta menjadi begitu histeris.
Mbok Lastri pun menjadi begitu bingung bagaimana sekarang ia bisa menenangkan Cinta.
Karena merasa lelah terus berteriak-teriak seperti itu, Cinta pun kemudian sampai tidak sadarkan diri dan hampir saja dia tergeletak begitu saja. Beruntung saat itu juga Mbok Lastri segera menahan tubuh Cinta agar tidak jatuh.
"Ya ampun ... Nak ... Sayang, sadarlah," ucap Mbok Lastri. Mbok Lastri sedikit menepuk-nepuk pipi Cinta. Tapi Cinta tetap saja tak kunjung sadarkan diri juga.
"Aduh ... sekarang aku harus apa? Bawa Cinta ke kamar? Apa aku akan kuat? Tapi semoga saja bisa. Aku akan mencobanya," celoteh Mbok Lastri yang langsung saja membawa Cinta ke dalam kamar.
Dan pada akhirnya Mbok Lastri berhasil juga membawa Cinta ke dalam kamar. Mbok Lastri dengan segera menidurkan Cinta di atas ranjang. Setelah itu Mbok Lastri memutuskan untuk meninggalkan Cinta dulu sebentar. Mbok Lastri ingin mengambil obat untuk Cinta.
Satu jam kemudian, Cinta pun perlahan mulai membuka matanya. Karena terlalu histeris dan menangis dengan begitu tersedu-sedu sebelum dirinya pingsan, membuat Cinta saat ini menjadi merasa sedikit pusing. Cinta pun langsung memegangi kepalamya yang pusing dan juga sedikit terasa berat.
"Sssshhhh ... aduh, kepala pusing sekali," keluh Cinta. Cinta kemudian langsung saja beranjak dari tempat tidurnya. Dia langsung mencari keberadaan Mbok Lastri saat ini.
"Mbok ... Mbok, di mana?" panggil Cinta.
Karena tak kunjung mendapat sahutan dari Mbok Lastri, akhirnya Cinta pun kemudian langsung saja memaksakan dirinya yang masih pusing itu untuk berjalan keluar kamar dan mencari Mbok Lastri.
Sembari memegangi kepalanya, Cinta berjalan dengan begitu sempoyongan.
"Mbok, Mbok ..." panggil Cinta.
"Iya, Nak. Mbok di dapur, Sayang," sahut Mbok Lastri yang ternyata sedang berada di dalam dapur. "Sudah kamu tunggu di sana saja. Jangan ke sini. Kamu masih sangat lemah," jelas Mbok Lastri.
Tapi Cinta tetap saja kekeh ingin menghampiri Mbok Lastri ke dalam dapur.
Dan kini Cinta pun telah berada di dalam dapur.
"Mbok," ucap Cinta.
"Ya ampun ... Nak, kan Mbok sudah bilang jangan ke sini. Kamu tunggu saja di dalam kamar," cicit Mbok Lastri.
"Aku gapapa kok, Mbok. Aku sudah baik-baik saja saat ini," aku Cinta.
"Sudah, sudah, kamu mendingan duduk saja di kursi sana," titah Mbok Lastri.
"Iya, Mbok," patuh Cinta.
Cinta dengan segera menuruti perintah Mbok Lastri dan duduk saja di atas kursi sembari memperhatikan Mbok Lastri masak.
"Ini Mbok sedang buatkan makanan untukmu dan juga obat sekalian," terang Mbok Lastri.
"Terimakasih banyak ya, Mbok," ucap Cinta.
"Sssttt ... ga usah bilang makasih segala, Sayang. Kamu itu kan putri Mbok. Jadi sudah sepantasnya Mbok merawat kamu," ujar Mbok.
"Hiks ... Mbok memang orang yang sangat baik. Beruntung sekali aku bisa dipertemukan dengan Mbok. Aku sangat senang," aku Cinta.
"Mbok bahkan lebih senang lagi dari kamu, Sayang. Mbok sangat senang karena bisa bertemu dan menjadikanmu sebagai putri Mbok sendiri. Hidup Mbok jadi berwarna, Nak. Sangat berwarna," tutur Mbok Lastri.
"Syukurlah jika begitu, Mbok. Aku sangat senang jika kehadiranku bisa memberi warna di hidup, Mbok," ujar Cinta.
"Iya, Nak ... eh, ini makanannya udah siap, Sayang. Ayo makan dulu, yuk. Apa kamu mau Mbok suapin," tawar Mbok Lastri.
"Tidak perlu, Mbok. Aku akan makan sendiri saja. Mbok juga ikut makan sama aku ya," ucap Cinta.
"Iya, Sayang, Mbok juga akan ikut makan kok. Kita makan berdua ya, Nak," tutur Mbok Lastri.