webnovel

KISAH CINTA RATU MAFIA - IDENTITAS BARU

Penerus bisnis peralatan militer canggih ingin menjadi aktris?!  Velina, cucu konglomerat di Kota Jet. Wanita yang telah berkeliling dunia mempelajari bela diri hanya untuk meneruskan perusahaan kakeknya!  Namun suatu hari gadis ini menggemparkan keluarganya.  "Eyang, aku mau menjadi seorang aktris!"  Velina pun menjadi aktris dengan nama samaran 'Nana'.  Tak ada orang yang tahu jati dirinya sebagai orang kaya, namun... Siapakah lelaki yang ingin mensponsorinya ini?  Daniel, seorang lelaki ‘kanebo’ yang mengidap penyakit ‘bucin’ tingkat stadium akhir, teman masa kecil Velina yang kembali mengejar sang gadis yang telah lama menghilang... Dia ingin membuat Velina menjadi icon baru dari perusahaan raksasanya, Garibaldi Conglomerate, hanya agar dapat lebih dekat dengannya! Terdengar menyenangkan, ya? Tidak juga.  Velina terkenal sebagai seorang pewaris yang hanya bisa bersenang-senang dan tak bisa apa-apa! Rumor mengatakan gadis ini pemain hati para lelaki...karena dia dekat dengan banyak pria mapan nan ganteng!  Eh, Velina dituduh mencoba membunuh presiden?? Apa lagi ini??  ------ "Kalau aku yang mensponsorinya, itu namanya cinta!" - Daniel, Bucin Tingkat Akut.   Dapatkah Daniel mengambil hati Velina? Cobaan apa yang akan menerjang karir Velina sebagai aktris?  Mampukah ia bertahan?  Baca hanya di "judulnya apa"

maiddict · Urban
Not enough ratings
581 Chs

Perdebatan di Meja Makan

"Untuk menjadi artis!" Seru Velina kencang-kencang, sambil tersenyum lebar.

Suasana seketika hening. Tak seorangpun segera menanggapi perkataan Velina. Mereka semua bertatap-tatapan, bibir terbuka lebar-lebar. Marino, yang telanjur meneguk wine-nya, terbatuk-batuk kencang.

"Kau ini mau membunuhku, ya!" Gerutunya kesal. Ia segera meraih segelas air putih dan meminumnya, sambil terbatuk-batuk kecil akibat rasa yang masih tertinggal di kerongkongannya.

"Tidak... sepertinya... aku yang ingin dia bunuh..." Jawab Nico, sambil memandangi Velina dengan rasa tidak percaya. Ia seakan-akan sedang melihat hantu, wajahnya pucat pasi saat ia mendengar Velina ingin menjadi seorang artis.

"Artis? pekerjaan macam apa itu? Jangan merendahkan dirimu begitu!" Sahut ayah Velina.

"Bukankah pacar ayah juga seorang artis?" Velina balik bertanya.

Sementara itu, Nadine memandangi Jun dan Jena dengan penuh pertanyaan. Mereka saling berpandangan, Jun menggelengkan kepalanya keras-keras, mencoba berkata bila ia sama sekali tidak mengetahui rencana Velina sebelumnya. Sedangkan, Jena, dengan cuek mengangkat kedua bahunya.

"Aku serius! Aku mau menjadi artis!" Seru Velina lagi, menegaskan ucapannya sebelumnya.

"Kamu sudah terlalu tua untuk diorbitkan menjadi artis!" Jawab Marino, sambil memasukkan sebuah anggur kedalam mulutnya.

"Kamu kan pemilik Val Entertainment! Ucapanmu adalah titah dewa, oke?" Jawab Velina, bersikeras.

Velina menatap ayahnya, lalu, kakeknya. Mereka berdua tampak tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Sadar bila berbicara dengan ayahnya adalah hal yang percuma, Velina segera memalingkan pandangannya ke arah kakeknya.

"Eyang..."

"Tidak!" Potong Nico tegas. Ia lalu menatap Velina dengan marah. "Aku sudah mempersiapkanmu untuk menjadi penerusku! Pamanmu sudah mendidikmu sekian lama! Apa kau gila?" Serunya.

"Eyang? Please! Aku masih akan tetap membantu, kok!" pintanya lagi.

"Velina! Kakakmu sudah bertanggung jawab atas Val Entertainment, adikmu sejak muda sudah mengurus bank kita! Sedangkan kamu, apa? Kamu yang paling aku bebaskan! Kamu pergi berpetualang!" Seru kakeknya lagi.

Sementara itu, suhu di dalam ruangan seakan-akan menurun dengan sangat drastis, sampai ke titik nol.

"Velina... Aku tahu kamu selama ini membantu, bahkan sering memimpin misi operasimu sendiri, percayalah, kakekmu itu tak memiliki niat buruk ataupun mengekangmu." Franco akhirnya berbicara, dengan nada yang lembut, berusaha memberikan pengertian pada anaknya.

"Bukankah ibu dulunya seorang artis? Ibu bahkan sempat mendapatkan penghargaan sebagai artis terbaik selama tiga tahun berturut-turut sebelum akhirnya mengandung Marino dan mengundurkan diri dari dunia entertainment!" Sanggah Velina, dalam satu tarikan napas.

Semua orang kembali terdiam ketika Velina menyebutkan tentang Valerie. Sudah sangat lama sejak mereka mendengar Velina menyebutkan ibunya. Mereka tahu, Velina sangat serius.

Valerie al Ghazali, adalah seorang wanita yang lembut dan penuh kasih. Ia memiliki sifat yang periang dan hangat. Ia adalah cahaya bagi orang-orang di sekitarnya. Semua orang sangat senang berada di dekatnya. Sayangnya, umur memang tidak dapat di tebak. Ia meninggal ketika ia melahirkan anak ketiganya. Kematiannya yang sangat tiba-tiba sangat mengejutkan semua orang. Bahkan, kematiannya sempat menjadi 'Hari Berduka Nasional'.

Seluruh siaran televisi menyiarkan acara pemakamannya. Banyak orang berduyun-duyun mendatangi pemakamannya. Ribuan orang memadati jalanan, dengan sebuah lilin menyala di tangan mereka.

Bahkan Marino, yang saat itu baru berusia 8 tahun, sempat tidak mau menyentuh Nadine bayi sama sekali, karena mengira ialah penyebab kematian ibunya. Oleh karena itu, Nadine tumbuh menjadi anak yang pendiam. Marino lebih sering meluangkan waktu untuk bermain bersama dengan Velina. Nadine kecil, yang tidak mengetahui apapun, mulanya sering mencari-cari kedua kakaknya untuk bermain bersama. Namun, suatu hari, ia mendengar para pelayan berbisik-bisik tentang alasan Marino tidak mau bermain dengan adiknya itu.

Merasa sedih dan kecewa, Nadine mengurung diri di kamarnya dan lebih sering asik dengan dunianya sendiri. Mengetahui apa yang terjadi, Franco murka dan memecat semua pelayan-pelayannya yang ketahuan sering berbisik-bisik.

Nico segera bangkit dari kursinya. Ia hendak pergi ke ruang kerjanya, ketika Velina juga turut bangkit dari kursinya, dan berlutut di lantai.

"Eyang, tolong berikan aku kesempatan!" Pintanya. Nico sempat terhenti, lalu ia segera melanjutkan langkahnya.

"Beri aku waktu satu tahun! Hanya satu tahun!" lanjutnya lagi, cemas ketika dia melihat kakeknya melanjutkan langkahnya.

"Setelah itu, lalu apa?" Nico membalikkan badannya, dan bertanya.

Velina menghela napas lega ketika dia melihat eyang membalikkan badannya, "Dalam satu tahun aku akan mendapatkan penghargaan Artis Pendatang Baru terbaik! Bila aku gagal, aku tidak akan pernah jadi artis lagi!" Janjinya, sambil mengacungkan kedua jarinya, membentuk tanda 'V'.

Nico memandangi cucunya dengan perasaan campur aduk. Ia tahu, sedari kecil Velina sudah berusaha sebaik mungkin mematuhi dirinya. Bahkan, dia rela mempelajari banyak hal dan membantu perusahaan pamannya yang bergerak dalam bidang pembuatan dan pendistribusian senjata berat. Selama ini, tak sekalipun dia pernah menolak. Bahkan, yang lebih mencengangkan, di usianya yang terbilang muda, Velina justru selalu dapat membanggakan Nico dengan keberhasilan misi-misinya yang berat.

"Baiklah" ujarnya singkat. "Berdirilah, ini bukan film silat. Kamu tak perlu berlutut segala" Lanjutnya lagi, berusaha mencairkan suasana.

Velina tersenyum lebar ketika mendengar ucapan kakeknya. Dia segera berdiri dan memeluknya dengan erat.

"Terima kasih, eyang! merci! thank you, gracias! xie-xie! arigatau!" Dia terus berterima kasih dengan menggunakan bahasa-bahasa asing yang dia ketahui dan tanpa henti menciumi kedua pipi kakeknya sampai basah.

Nico hanya tertawa-tawa dan balik memeluk Velina dengan erat. Tiba-tiba, suasana kembali menghangat. Mereka semua yang membeku ketakutan kini mendadak dapat kembali bergerak.

"Kalau mau cepat terkenal, kamu harus membuat sebuah tim! Minimal ada seorang manager dan asisten!" Sahut Marino, sambil tetap asik mengunyah anggur. Ia tahu betul, kakeknya pasti akan selalu luluh bila Velina memiliki sebuah keinginan yang kuat.

"Aku sudah punya kok! Jun adalah managerku dan Jena asistenku!" Sahut Velina cepat, masih memeluk kakeknya dengan senyum yang semakin lebar.

Eh...?

Jun dan Jena bertatap-tatapan.

Jun: "....."

'Bos, aku lebih baik di suruh membunuh 50 pemimpin dunia daripada harus jadi manager artis!'

Jena: "....."

'Apa aku bisa memilih misi untuk membobol situs laman Pentangon saja?'

Tanpa diketahui Velina, Jun dan Jena menagis berjamaah dalam hati.

Hahaha! Yang punya mimpi siapa, yang ketiban sial siapa!

Makin ada-ada aja ya, kelakuan Velina!

Jangan lupa voting ya, kalau teman-teman menyukai novel ini.

Kiss kiss!

(*^▽^*)

maiddictcreators' thoughts