webnovel

KINGDOM ASSAULT - FREINHASSEL

Perang antara Archon dan Negri 3 Relic telah mempertemukan Urie dan Mark. Pertemuan yang membawa keduanya menguak rahasia dibalik penjarahan panjang Archon dan akhir dari pesawat raksasa penembus dimensi itu. Apakah keduanya akan memiliki hubungan yang baik atau justru berakhir dalam tragedi baru Benua Aeros.

Laz_Bee · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

CHAPTER 3 : KEAROGANAN BANGSAWAN ARCHON

-15.49-(perhitungan waktu Archon)

Pusat Pesawat Raksasa Archon – Grand Vhinix

Istana Archon-Raffara Palace

Berita hilangnya pesawat yang dipiloti Mark telah sampai ke kerajaan. Hal ini membuat kericuhan yang cukup besar di Aula kerajaan. Tidak hanya itu, Putri Raja Archon, yang merupakan tunangan Mark sangat marah tidak mendapatkan kejelasan detail tentang hilangnya pria yang akan menjadi suaminya kelak. Dan hal yang membuatnya lebih marah, bahwa tidak seorangpun bawahan Mark yang menemani Mark saat meneliti area sekitar dinding magnet Wishes Willey.

"Aku benar-benar tidak percaya dengan berita yang aku dengar hari ini, sudah berapa jam dari hilangnya dia dan tidak satupun dari kalian yang memberitauku tentang hal ini sejak awal!! Lalu sekarang kalian datang padaku tanpa membawa kabar baik akan keberadaannya! Aku tidak menyangka awak kapal Archon bisa tidak berguna disaat penting seperti ini!" Raja yang tadinya duduk diam mendengarkan kronologi kejadian akhirnya berdiri dari singgasananya dan mencoba menenangkan putrinya dengan menepuk pelan bahu Putri kesayangannya itu.

"Ini juga bukan sepenuhnya kesalahan mereka Mercurie. Mereka juga pasti hanya patuh pada tindakan Mark. Kaukan tau Mark juga terkadang suka bergerak sendiri tanpa memberitau bawahannya bukan?"

"Aku tidak perduli, bukankah itu artinya dia tidak bisa percaya pada bawahannya atau mereka tidak berguna sama sekali ayahanda?! Dimana Lord Luthen disaat seperti ini?!!" Lord Luthen yang sedari tadi sudah berada diluar aula menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan pelan setelah mendengar namanya. Ia lalu masuk kedalam aula dan memberi hormat kepada raja dan putrinya.

"Akhirnya, apa yang membuatmu baru hadir di sini?! Apa kau menunggu sampai menemukan mayatnya baru kau akan datang menemuiku?" tatapan Putri Mercurie padanya sangatlah tajam yang menyiratkan amarah didalamnya.

"Mohon maafkan hamba anda yang lambat ini tuan putri, banyak hal yang hamba harus tangani sepeninggalan Boyeir. Anda juga pasti sudah tau mengenai penyerangan 8 titik yang Bouyer atur dari jauh hari bukan? dengan hilangnya beliau beberapa rencana yang sudah disusun dan yang belum terkoordinasi dengan sempurna menjadi kacau. Bouyer memegang semua kunci penyerangan berikutnya, karena itu…" Komandan Luthen menaikan sedikit kepalanya untuk melihat kearah Putri Mercuri dan Raja.

"Hamba meminta maaf karena belum bisa memberikan informasi yang Putri inginkan. Kami masih mencari di mana keberadaan Boyeir, tapi jelas cukup sulit karena ia hilang di dekat dinding magnet itu. Kami sudah mencarinya di sekitar dinding. Tapi masih tidak ada hasil. Alasan kenapa tidak ada yang menemaninya ke sana adalah murni karena Boyeir sendiri yang memerintahkan demikian, beliau menyampaikan, jika banyak yang berada di sekitar dinding akan menimbulkan kecurigaan militer Kerajaan Relic dan akan sulit baginya mencari celah untuk bisa masuk ke dalam. Mohon anda lebih bersabar lagi. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukannya, putri.." Lanjutnya lagi yang kemudian ia akhiri dengan kembali menundukan kepalanya.

"Kau bicara panjang lebar, aku tau itu semua hanya alasanmu saja. Sebaiknya kau berikan aku kabar baik dalam waktu beberapa jam ke depan atau, aku sendiri yang akan maju ke garis depan dan aku tidak peduli jika harus menggerakkan Laviathan!" Dengan nada yang ketus putri Mercurie meninggalkan aula kerajaan diikuti pengawal dan pelayannya. Raja Archon, Nosilion Vingerd L. Virge kembali duduk di singggasananya sambal menghela nafas. Seisi aula juga dibuat ricuh karena sang putri menyinggung mengenai Laviathan.

"Berdirilah komandan, jangan terlalu diambil hati kemarahannya, dia hanya sedang panik karena di tinggal orang yang dia cintai. Dia sampai lupa, bahwa calon suaminya itu adalah orang yang kuat dan tidak mungkin akan mati semudah itu. Apa ada laporan lainnya yang ingin kau sampaikan??"

"Hamba mengerti yang mulia. Hamba dapat memaklumi kegelisahan putri." Komandan Luthen berdiri dengan tegap.

"Untuk sekarang, belum ada informasi lain yang ingin hamba sampaikan, mengingat usaha yang dikerahkan oleh Boyeir, hamba tidak mau semuanya jadi sia-sia. Mohon izinkan hamba undur diri untuk kembali ke markas, hamba masih harus mengatur peralatan juga.. Jendral Borgie akan segera sampai, jadi hamba harus memberikan data juga padanya, hamba akan segera mendapatkan kabar baik untuk diberikan mengenai keberadaan Boyeir pada sang putri, tentu akan mengerikan jika Laviathan harus dikerahkan hanya untuk menghadapi Wishes Willey, akan sangat disayangkan jika banyak peninggalan berharga yang ada di sana musnah "

"Baiklah, silahkan lanjutkan kembali tugasmu, aku akan bicara dengan putriku nanti.." Stelah diizinkan, Luthen langsung meninggalkan ruangan aula kerajaan, sembari raja sibuk dengan penasehat kerajaan dan anggota kerajaan lainnya.

"Putri yang arogan seperti biasanya..Tch! Aku bisa mengerti kenapa Boyer bersikeras menolak pernikahan sepihak ini.." Komandan Luthen berjalan meninggalkan kawasan istana dengan wajah yang terlihat lelah.

"Habis di omeli lagi, Luthen??" Sambar Pangeran Arshie, putra kedua Raja Nosilion. Pangeran dengan rambut panjang pirang keemasan selengan yang terurai menutupi bahunya, dengan mahkota lingkar yang menghiasi kepalanya terlihat tampan dengan pakaian kerajaan saat matahari sore menerpanya saat itu.

"?!! Hamba memberi hormat pada pangeran." Luthen berlutut hormat pada Pangeran Arshie.

"Berdirilah, pasti sulit karena Mark tiba-tiba menghilang." Balas sang pangeran sambil menepuk pelan bahu Luthen.

"Sudah jadi tugas hamba sebagai tangan kanannya di dalam unit elit kerajaan, Pangeran Arshie. Boyeir juga sudah menitip pesan dari awal jika dirinya tidak ada, hamba yang akan mengurus sisa tugas darinya"

Pangeran yang memiliki raut wajah elegan itu tersenyum.

"Kau selalu jadi nomor dua mengingat tugasmu jauh lebih banyak dibandingkan dengannya, jika terus mematuhi perintahnya begitu kapan kau akan setara dengannya, Luthen? Dia bahkan lebih muda darimu"

"Hamba sungguh tidak berani jika harus menyetarakan diri dengan Boyeir, Pangeran.. Jika bukan karenanya, kita tidak akan jadi seperti sekarang.."

"Haah—Semua orang terlalu memujanya, karena itulah ia tidak pernah lepas dari kesombongannya.. Apa yang kita dapatkan sekarang juga karena kita membantunya. Bukan semata-mata usahanya sendiri.." Sambil berjalan Komandan Luthen mengikuti Pangeran Arshie dari belakang.

"Mungkin yang pangeran katakan benar, tapi bukankah tetap saja, kita mengikuti apa yang beliau strategikan sampai hari ini? Dan strategi itu selalu sempurna. Makanya, beliau amat sangat berusaha mencari jalan keluar untuk meruntuhkan Wishes Willey mengingat strateginya beberapa kali gagal saat penyerangan. Apalagi sejak mereka membangun dinding itu."

"Jangan memujinya di hadapanku, Luthen… Jika bukan karena otaknya, dia tidak ada artinya. Sekarang kegigihannya itu akan membahayakan Archon. Jika sampai besok pagi masih belum menemukan titik terang keberadaannya, aku akan ambil alih pimpinannya" Luthen lupa jika Pangeran Arshie tidak menyukai Mark. Ia memberikan hormat pada sang pangeran saat pangeran memasuki area Istana sayap Kiri.

"Sepertinya kearoganan memang sudah jadi sifat keturunan kerajaan" Lord Luthen menghela nafas lalu meninggalkan kawasan kerajaan saat sebuah pesawat kecil menjemputnya untuk menuju pesawat pengangkut peralatan.

---