webnovel

King of Silk

Xie Yuen, sang kaisar muda kerajaan Silk. parasnya yang tampan serta tubuhnya yang gagah dengan kulit putih bersih tampak mengukuhkan betapa kuat dan megahnya kerajaan Silk. kerajaan Silk terletak di kaki gunung Mongsan, Xie Yuen adalah kaisar ketiga keturunan kaisar Cuong Zu, sepupunya Li Chung menjabat sebagai menteri pertahanan dari sekte Chung. tahun ke lima masa kepemimpinan kaisar Xie Yuen adalah masa cemerlang kerajaan Silk, di bawah kepemimpinan kaisar Xie Yuen Silk semakin meluaskan wilayah kekuasaannya, meski begitu Xie Yuen belum memiliki wanita pendamping sebagai sang Ratu, meski beberapa sekte besar lainnya sudah memperkenalkan beberapa wanita muda yang cantik jelita nan pandai. siapa sangka hati sang kaisar justru berlabuh pada pemuda manis dari sekte wang yang terkenal tampan, pintar dan ahli ilmu pedang. hubungan tabu sang kaisar dengan pemuda dari sekte wang akankah berbuah manis?

Ami_Hara58 · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

King of Silk bab satu

rumpunan awan mendung menghiasi langit istana Silk di pagi hari, tetesan air hujan membasahi bumi istana Silk yang di penuhi Padang rumput nan hijau.

kaisar Xie Yuen baru saja melangkahkan kakinya yang terbalut sepatu bersulamkan benang emas asli, suara langkah kaki kaisar menggema di tengah halaman tempat peristirahatannya ketika tak banyak pekerjaan yang harus ia lakoni.

yi san, kasim kepercayaan sang kaisar merasakan kekhawatiran ketika kaisar mereka tak memakai payung di tengah rintik hujan yang lumayan deras.

yi san menghampiri sang kaisar, dengan penuh kesopanan ia mengingatkan sang kaisar. " yang mulia, langit sedang menangis sekarang." ujarnya dengan menundukkan kepalanya penuh hormat.

kaisar Xie Yuen mengerjap pelan, menghalau tetesan air hujan masuk ke dalam kelopak matanya yang begitu bening dan indah.

" aku suka air hujan.." jawab sang kaisar dengan suara tenangnya.

yi san memundurkan langkahnya, ia teramat tahu apa yang tengah di rasakan sang kaisar muda junjungannya.

" apakah yang mulia merindukan dia?" ujarnya takut-takut.

kaisar memutar tubuhnya, berdiri berhadapan dengan Kasim kepercayaannya sekaligus teman masa kecilnya dulu, yi san adalah putera tunggal dari panglima xiong Yun yang berjaya pada masa pemerintahan kaisar Xiao Zu ayah dari kaisar Xie Yuen.

Yi san berdiri dengan tubuh bergetar karena takut, takut ia salah bicara pada sang kaisar di depannya, ia terus menundukkan kepalanya.

" kenapa kau tampak begitu takut padaku yi san, apakah kau memiliki dosa padaku?" suara sang kaisar masih tetap tenang, wajahnya melembut menatap kasim di depannya, sedikitpun ia tidak merasa tersinggung dengan kalimat pertanyaan yi san beberapa saat lalu.

yi san mengangkat wajahnya, ia memandang kaisar Xie Yuen dengan penuh kekhawatiran. " maafkan hamba yang mulia, hamba tidak bermaksud menyinggung perasaan yang mulia." cicitnya dengan suara bergetar karena takut.

terdengar kekehan lembut dari sepasang bibir hati sang kaisar, yi san terperanjat bukan kepalang. " kenapa yang mulia?" kerutan wajah yi san membuat sang kaisar menghentikan kekehannya.

" kau dan aku sudah berteman sejak kita masih kecil, kau selalu menemaniku bermain dan belajar, bahkan ketika ibuku tiada hanya kau yang selalu setia menemaniku siang dan malam. kenapa kau berpikir aku akan marah padamu hanya karena pertanyaan seperti itu?"

yi san menghela nafasnya dengan penuh kelegaan, sungguh ia sudah merasa ketakutan namun ketakutannya tidak berarti.

yi san memandangi wajah sang kaisar yang terkena tetesan air hujan, sungguh perasaan terlarang yang telah lama bersemayam di dalam hatinya seolah membuatnya berdebar tak karuan.

" tubuhmu basah yang mulia.." cicitnya pelan seraya memayungi tubuh basah kuyup sang kaisar.

kaisar berjalan dengan langkah tenangnya memasuki ruang peristirahatannya, ia lantas menatap kepala dayang Yin yang setia berdiri di depan pintu ruang peristirahatannya.

" kepala dayang Yin, siapkan ramuan tonik seperti biasanya, nanti malam aku akan pergi berburu." titahnya dengan penuh wibawa.

kepala dayang Yin mengangguk patuh. " baik yang mulia.." jawabnya dengan sopan, segera kepala dayang Yin dengan beberapa dayang istana berlalu menuju dapur istana.

yi san tampak terkejut namun tak bersuara.

Xie Yuen membuka jubahnya. " aku akan pergi berburu ke hutan nan yu nanti malam, siapkan keperluanku dengan baik kasim yi san." ujar sang kaisar tanpa menoleh kepada yi san.

tanpa menunggu lama sang kaisar masuk ke dalam kamarnya, sekejap mata pintu kamarnya yang berukirkan emas tertutup rapat tepat di depan mata yi san dan beberapa kasim yang lainnya.

menekan sesuatu yang menyakitkan hatinya Kasim yi san bergegas pergi mempersiapkan keperluan sang kaisar berburu.

***** gunung Mongsan *****

Wang Xian chao, pemimpin sekte wang yang baru beberapa bulan di Lantik menjadi pemimpin sekte. tubuh tinggi tegapnya dengan pedang kesayangannya yang selalu setia di genggaman tangannya, aura penuh kharismanya mampu membuat gadis gadis dari berbagai sekte jatuh hati dalam sekejap mata.

Wang Xian chao berjalan menelusuri jalan yang di penuhi semak belukar, gunung Mongsan benar-benar jarang tersentuh nafas manusia, suara-suara dari hewan-hewan malam menyapa indera pendengarannya, Wang Fei Li adiknya tampak mengamati keadaan sekitar sambil terus berjalan mengikuti langkah kaki sang ketua sekte wang.

" kakak, apa kau tidak salah memasuki hutan?" Wang Fei Li bertanya dengan bulu kuduknya yang mulai merinding takut.

Wang Xian chao menghentikan langkahnya, membuat wajah adiknya membentur punggung lebarnya yang tampak gagah.

" aduh!" pekik Wang Fei Li dengan raut kesakitan.

" sudah ku katakan jangan ikut kau memaksa untuk ikut!" suara bass Wang Xian chao terdengar pelan namun penuh penekanan.

Wang Fei Li si gadis imut itu mengerucutkan bibirnya. " memangnya kenapa, aku suka berburu hewan malam hari." sahutnya kukuh.

Wang Xian chao membenarkan helaian rambut adik perempuannya yang sedikit berantakan karena hembusan angin malam, tatapan matanya melembut. " kau itu seorang gadis, bisakah kau duduk diam atau menyulam benang di rumah saja." keluh pemimpin sekte wang dengan suara tenangnya.

gadis imut itu menggelengkan kepalanya tanda tidak terima.

" aku suka berburu, aku tidak suka duduk diam apa lagi menyulam benang, tidak tidak, kepalaku pusing nanti." oceh Wang Fei Li dengan semangat.

Wang Xian chao tak menimpali ucapan adiknya, ia segera melanjutkan langkahnya menuju tepi sungai, ia yakin sebentar lagi seseorang yang di tunggunya selama tiga purnama itu akan segera tiba, ia tidak mau membuat orang itu menunggu lama karenanya.

Wang Fei Li mendelik jengkel, kakaknya meninggalkannya begitu saja di tengah jalanan hutan yang gelap dan tampak angker, benar-benar kakak yang jahat.

" kakak, tunggu aku!!" teriaknya sambil berlari mengejar kakaknya yang sudah lebih dulu melanjutkan perjalanan.

tidak berapa lama kemudian Wang Xian chao dan Wang Fei Li tiba di tepian sungai hutan nan yu tepat di tengah-tengah kaki gunung Mongsan. Xian chao mengumpulkan ranting-ranting kayu, udara malam ini begitu dingin ia akan membuat api unggun dari ranting-ranting kayu.

Wang Fei Li duduk di atas bebatuan tepian sungai sambil mengusap tengkuknya yang merasakan dinginnya angin malam. manik gelapnya memperhatikan apa yang tengah di lakukan oleh saudara laki-lakinya, tanpa sadar salah satu sudut bibirnya terangkat membentuk sebaris senyuman tipis.

xian chao baru saja membasahi sepasang bibirnya dengan jernihnya air sungai ketika sepasang manik caramel kelam miliknya menangkap bayangan seseorang yang tengah di tunggunya dari pantulan air sungai yang terkena sinar rembulan.

" Xian chao..."

suara lembut nan menghanyutkan dari kaisar Xie Yuen membuat Wang Xian chao tersenyum tanpa sadar.

Wang Xian chao bergegas bangun, tampak jelas binar hangatnya rindu dari kedua pasang mata milik mereka berdua.

" akhirnya kau datang kembali..." suara Wang Xian chao terdengar pelan, tidak dapat ia sembunyikan betapa ia merindukan sosok pria penuh wibawa di hadapannya.

kaisar Xie Yuen melangkah menghampiri sosok pria yang tanpa sadar sudah mengisi relung hatinya sejak tiga purnama lalu. " aku pikir kau akan lupa dengan janjimu tiga purnama lalu." ujar sang kaisar dengan senyuman tipisnya yang bertengger manis di wajah rupawannya.

" aku tidak akan pernah mengingkari janji yang telah aku ucapkan." balas Wang Xian chao dengan raut tenangnya, ia menyembunyikan gemuruh bahagia yang tengah memenuhi hatinya saat ini.

" apa kalian berdua akan tetap saling berdiri seperti itu sampai pagi?" tiba-tiba suara Wang Fei Li menginterupsi keduanya.

manik kelam Fei Li mengamati kedua pria dewasa di depan matanya yang tampak saling melemparkan tatapan rindu yang tiada tara.

Xian chao menatap adiknya sekejap sebelum membimbing lengan kokoh kaisar untuk duduk diatas bebatuan bersama adiknya.

" aku tidak tahu kenapa kalian harus bertemu secara sembunyi seperti ini di malam hari, apa kalian tidak memiliki tempat rahasia untuk bertemu ?" oceh Wang Fei Li dengan kerutan di dahinya.

" kau bertambah cantik setelah tiga purnama tidak bertemu." puji kaisar tanpa menjawab ocehan adik dari pria yang berhasil mencuri perhatian dan waktunya selama ini.

" yyahh!" Wang Fei Li bersemu merah mendapati pujian langsung dari kaisar di depannya.

kaisar terkekeh melihat tingkah malu-malu Fei Li. ia lantas beralih menatap wajah tenang Xian chao yang tampak memikirkan sesuatu, ia mengerti sesuatu tengah terjadi dan membuat pemimpin sekte wang yang selalu tenang kini begitu risau.

" Fei Li, tolong kau panaskan kembali roti ini." ujar sang kaisar seraya menyerahkan sekotak roti yang telah di siapkan oleh dayang istana.

Fei Li mengangguk, ia menerima kotak berisi roti dari sang kaisar, segera saja ia memanaskan kembali roti isi pemberian dari kaisar muda di depannya.

Wang Xian chao berjalan menjauh dari adiknya di ikuti kaisar Xie Yuen.

Wang Xian chao menengadah ke atas langit malam yang tersinari rembulan, pikirannya berkecamuk. beberapa pemberontak dari sekte kecil di bawah bimbingan sekte wang kini mulai bermunculan, ia tidak ingin terjadi pertumpahan darah.

kaisar Xie Yuen menatap wajah bersinar xie yuen yang terkena sinar rembulan. " apa yang terjadi?" ia bertanya terus terang dengan suara pelan.

Wang Xian chao beralih menatap Lamat wajah kaisar kerajaan Silk yang telah berhasil memikatnya sejak pertemuan mereka berdua pertama kali tiga purnama lalu di perjamuan khusus di kediaman sekte Yiluan. sebenarnya itu adalah pertemuan kali kedua antara kaisar dengan Wang Xian chao, pertemuan pertama mereka terjadi dua tahun yang lalu di suatu tempat tanpa sengaja.

" beberapa pemberontak mulai bermunculan dari sekte kecil." jawabnya dengat raut bimbang.

" kenapa kau harus risau karena hal itu?" timpal sang kaisar dengan senyuman menghiasi wajahnya.

Wang Xian chao menggeleng pelan. " aku hanya takut terjadi pertumpahan darah karena keinginan pemberontak itu tidak kami penuhi." jawabnya dengan suara pelan, ia tidak mau adiknya mengetahui apa yang tengah terjadi diantara sekte sekte saat ini.

" temui ketua pemberontak itu, berdiskusi dengan baik-baik bersama mereka lalu kau bisa putuskan apa yang terbaik untuk kalian semua." kaisar Xie Yuen memberi saran dengan bijak, bagaimanapun ia memahami kalau pria yang berdiri disisinya saat ini belumlah mahir menjadi pemimpin sekte sebesar sekte wang.

Wang Xian chao terdiam sejenak dengan kedua iris gelapnya menatap pantulan mereka berdua diatas aliran sungai.

" ketua mereka ingin bertemu langsung dengan kaisar." jawab Wang Xian chao dengan raut wajahnya yang mulai keruh.

" itu lebih bagus, aku akan mengundang seluruh pemimpin sekte pada perjamuan istana bulan depan, kita bisa membicarakan masalah ini saat perjamuan nanti." timpal kaisar dengan semangat.

Wang Xian chao tampak terkejut dengan jawaban dari sang kaisar. " apa tidak apa-apa?" kerutan kebingungan begitu kentara di wajahnya yang rupawan.

" tentu saja tidak, aku adalah kaisar pemimpin dari kerajaan Silk aku akan memilihkan jalan terbaik untuk kalian semua, jika tidak ada sekte sekte kalian semua tentu saja Silk tidak akan semaju ini sekarang." imbuh sang kaisar dengan bijak.

Wang Xian chao tercengang mendengarnya, sungguh kaisar muda di depannya sangat berwibawa dan penuh bijaksana. " apa tidak apa-apa yang mulia turun tangan menghadapi pemberontak dari sekte sekte kecil, bukankah itu harusnya masalah yang kami tangani?"

kaisar Xie Yuen menggeleng pelan, menepuk bahu kokoh Xian chao. " itu sudah menjadi tugasku sebagai kaisar, kau tidak perlu khawatir." jawabannya yang begitu tenang dan lembut membuat Wang Xian chao yang sejak tadi tegang dan risau kini mulai berangsur tenang kembali.

" aku pasti akan hadir pada perjamuan istana bulan depan." bisik Xian chao yang terbawa oleh hembusan angin malam.

kaisar Xie Yuen menatap Lamat wajah rupawan di depan matanya, air wajahnya tetap tenang setenang hatinya karena berada disisi orang yang sangat istimewa di hatinya.

Wang Fei Li baru saja selesai membakar roti isi pemberian kaisar, kedua tangannya memegang ranting kayu berisi roti isi yang masih mengepulkan uap panas.

" kakak, rotinya sudah panas, kemarilah..." seru Fei Li dengan semangat.

Wang Xian chao dan kaisar segera menghampiri Fei Li yang langsung menyodorkan dua buah roti isi yang masih panas ke hadapan mereka berdua.

mereka bertiga menikmati semilir angin malam dengan tiga buah roti isi yang tersaji di hadapan mereka, bukan berburu hewan malam namun inilah cara Wang Xian chao dan kaisar Xie Yuen untuk saling bertemu.

***** istana Silk *****

Li Chung menteri pertahanan sekaligus sepupu kaisar Xie Yuen pagi pagi sekali ia sudah berkunjung ke istana, langkah kakinya tampak cepat secepat yang ia bisa.

kasim yi san menghampiri sang menteri pertahanan dengan penuh hormat.

" menteri pertahanan.." sapanya dengan hormat dan sopan.

Li Chung menghentikan langkahnya tepat di depan pintu utama paviliun peristirahatan sang kaisar.

" dimana yang mulia?" ia bertanya dengan nada tegas seperti biasanya.

yi san menunduk hormat. " yang mulia kaisar ada di dalam kamar."

tanpa basa basi Li Chung segera membuka pintu kamar kaisar tanpa welas asih, dengan segera para pelayan kaisar menutup kembali pintu kamar kaisar.

Li Chung menghampiri sang kaisar yang tengah menyulam benang sutera di balkon kamarnya.

" apa tugas seorang kaisar kerajaan Silk hanya menyulam benang sutera?" tandas Li Chung yang tampak menahan kesal.

" tentu saja ini bagian dari tugasku sebagai kaisar kerajaan Silk." jawab sang kaisar dengan tenang tanpa mengalihkan perhatiannya dari benang-benang sutera yang tengah ia sulam. ia tidak mempedulikan sikap tidak sopan sepupunya pagi ini.

Li Chung memainkan kipas kesayangannya yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. manik bulat besarnya mendelik mendengar jawaban sang kaisar.

" apakah menjadi tugas kaisar juga pergi berburu hewan malam sendirian dan melarang seluruh pengawal mengikutimu yang mulia?" sindirnya tajam. ia tidak akan melewatkan satupun berita yang terjadi di dalam istana dimanapun ia berada.

sang kaisar menghentikan gerakan tangannya menyulam benang, ia lantas menatap wajah kesal sepupunya. " berburu hewan malam hari adalah kesukaanku, siapapun tidak ada yang bisa melarang ku melakukan hal itu Li Chung." jawab kaisar dengan tenangnya.

Li Chung hampir memekik kesal mendengar jawaban sang kaisar. " apa kau lupa ingatan? kau adalah kaisar kerajaan Silk satu-satunya kerajaan penghasil sutera sutera terbaik di negeri ini dan kau pergi berburu malam-malam tanpa pengawalan, kau pikir siapa kau ini Xie Yuen!" tidak tahan lagi, Li Chung melampiaskan kekesalannya pada sang kaisar sekaligus satu-satunya sepupunya, keluarganya yang tersisa.

telinga sang kaisar hampir berdengung menyakitkan mendengar lengkingan suara tajam Li Chung, namun ia bahagia karena sepupunya begitu mencemaskan keadaan dirinya.

" memangnya kenapa, aku juga laki-laki, aku bisa menjaga diriku sendiri." jawab kaisar kemudian. ia berdiri menghampiri sepupunya, menuntun Li Chung untuk duduk di kursi yang tersedia, tidak lupa ia memasang raut tenang damainya seperti biasa.

Li Chung bungkam namun kedua bola matanya menatap tajam sepupunya. " lain kali aku akan menyiapkan pengawal khusus untuk mengikuti kegiatanmu di luar istana, kau mengerti!" ancamnya dengan wajah yang hampir memerah padam menahan kesal.

Xie Yun tidak menjawab, ia menepuk sayang puncak kepala sepupunya. ia sangat menghargai segala bentuk kasih sayang dari sepupunya termasuk menerima Omelan pedas dari sepupunya hanya karena kesalahan kecil yang ia lakukan semalam.

***** to be continued *****