webnovel

KINBE

pertemuannya dengan seorang dosen muda di universitas,membuat gadis bermarga smith itu merasakan perasaan aneh. Belum lagi,lioniel,sebagian dari masa lalu nya,yang terus menghantuinya. gadis cantik nan manis itu bernama Lovely beauty angelina smith.yang terus berusaha untuk menutupi perasaannya pada sang dosen tampan yang saat itu tengah dekat dengan salah satu sahabat kembarnya.Alena.

phy_2512 · Teen
Not enough ratings
11 Chs

part 8

Happy Reading Guys

☆☆☆

Jika cinta,kamu hanya perlu diam

Simpan semua nya dalam bungkam

Jika Tuhan mengizinkan,pasti

Semesta menyatukan.

~phy~

☆☆☆

Belakangan ini,Vely punya hobbi baru. Memperhatikan Jordan dari jauh,itulah kebiasaan barunya. Entah di kelas ataupun di luar kelas. Vely sadar betul jika ia mulai menaruh ketertarikan pada Jordan. Bukan hal yang aneh sebenarnya,karena selain tampan,Jordan juga pemuda yang ramah pada siapa saja.

Mengingat fakta bahwa tak sedikit yang mencoba mendekati Jordan,membuat Vely insecure dan akhirnya minder sendiri. Meskipun tak hanya sekali yang mengatakan ia sangat cantik,tetap saja dia merasa kecantikannya di bawah para senior. Selalu tampil apa adanya dan memakai make up sebisanya.

Menurut Vely,Jordan sama seperti papa nya. Lelaki asing ke dua setelah papa tapi berhasil mengambil alih singgasananya. Perasaan Vely seperti di tarik jika ia berada di satu ruangan dengan Jordan,seperti ada magnet yang melekat pada diri Jordan,membuat gadis itu kerap kali melirika dan tersenyum sendiri setelahnya.

Seperti yang terjadi saat ini,Jordan mengisi kelas pada siang hari. Ini kelas terakhir Vely. Dengan semangat 45 Vely masuk kelas dan fokus pada materi yang tengah di sampaikan Jordan. Berusaha menarik perhatian Jordan dengan kemampuan berpikirnya,berusaha menaikkan prestasi nya agar Jordan mau sedetik saja melirik keberadaan dirinya.

"Vel,Kenapa ngelamun?" Lena menyikut lengan Vely saat merasa sahabatnya tak kunjung merespon ucapannya.

"Ehh iya kenapa?"Vely terkesiap kaget mendengar suara Lena.

"Lo kenapa sih? Ada masalah?"tanya Lena.

"Ngga papa kok. Cuma kurang fokus aja. Hehe"Vely memberikan cengiran di akhir kalimatnya.

"Kalo ada masalah,jan lupa cerita sama gue. Jan di pendem sendiri,ntar malah gila gara-gara banyak pikiran." Lena terkekeh setelah menyelesaikan kalimatnya.

Candaan Lena hanya di tanggapi dengan tatapan datar. Jika biasanya Vely akan menjawab semua perkataan Lena,kali ini tidak. Vely hanya diam kali ini,mood nya sedang dalam keadaan kritis alias sedang tidak baik baik saja. Ia sedang malas bicara,maklum siklus bulanannya baru datang tadi malam.

Seperti kebanyakan perempuan lain yang moodyan dan sengat sensitive jika sedang kadatangan tamu. Vely bisa jadi pemalas jika sedang datang bulan,malas dalam segala hal. Garis keras 'dalam segala hal' peduli amat dengan mandi atau tidak. Jika sedang badmood,mandi-pun bisa cuti.

Setelahnya keduanya kembali diam mendengarkan materi yang di jelaskan Jordan. Fokus mendengarkan sambil sesekali mencatat sesuatu yang sekiranya penting. Hingga tak terasa dua jam kelas yang di ajar Jordan akhirnya usai.

"Alen,tolong ke ruangan saya setelah ini" ujar jordan,dan tanpa mendengar jawaban Alen,ia segera berlalu meninggalkan kelas. Dan tepat setelah Jordan keluar,kelas penuh dengan sorakan menggoda para mahasiswa ataupun mahasiswi pada Alen. Sedangkan Alen sendiri sudah menunduk di sertai pipi merah karenanya.

Terlalu fokus pada Alen,sampai tak ada yang sadar jika ada seorang gadis yang diam mematung di tempat duduknya. Dadanya serasa di hantam godam tepat di ulu hatinya. Nafas nya terasa sesak saat mendengar orang itu meminta sahabatnya menyusulnya ke ruang dosen. Meski tak tahu apa yang akan mereka bicarakan,namun tetap saja ia merasa kasihan dengan dirinya sendiri.

Sudah. Ia bukan siapa siapa. Jika memang mereka ada hubungan pun,itu tidak ada hubungannya dengan Vely sebenarnya. Ya sebenarnya,hanya saja batinnya serasa tak terima melihat kejadian tadi. Bergegas merapikan bukunya,ia segera pamit ke kantin dengan alasan lapar.

☆☆☆

Tiga hari berselang setelah kejadian itu. Semua berjalan lurus,pun Vely tak pernah berharap semuanya berubah. Ia yakin,sahabatnya pasti sudah sangat bahagia bisa bertemu dengan orang yang akan menjaganya sampai akhir nanti. Ia hanya perlu tersenyum palsu agar orang lain tak tau jika badai sedang menerjang istana harap yang sudah ia bangun. Mereka tak perlu tahu. Biarlah semua berjalan semestinya dan mengalir apa adanya.

Saat ini,Vely sedang duduk di balkon kamarnya sambil mendengarkan musik juga sebuah novel di pangkuannya. Matanya bergerak ke kanan ke kiri menyelesaikan kata demi kata. Novel yang menceritakan tentang seorang gadis yang mencintai dosennya dalam diam,sama sepertinya. Namun endingnya akankah juga seperti ini? Berakhir bahagia?

Novel berjudul 'Gus Alfin penjuang cinta halal di ujung hilal' itu begitu mengacak perasaannya. Bertahan dalam diam dan memilih mengikhlaskan bukan hal yang mudah. Ya,dan Vely tau itu.

Mungkin secara garis besar,isi novel itu hampir sama dengan kisahnya. Mahasiswa dan dosen yang saling mencinta dalam diam,berakhir di jodohkan dan bahagia. Tapi dirinya? Sudah lah. Vely sudah tak begitu memikirkan perasaanya saat ini.

Terlalu larut dengan bacaannya membuat gadis itu taj sadar jika jam sudah menunjukkan hampir tengah malam. Pantas saja ia sudah menguap untuk kesekian kalinya tadi. Bergegas menutup novel yang ia baca dan segera meninggalkan balkon. Lantas mematikan lampu utama dan mengunci pintu balkon.

Ia kemudian segera berbaring di ranjangnya. Ahhh rasanya otot otot nya yang kaku menjadi lentur seketika saat ia menjatuhkan diri di ranjangnya.

Memejamkan mata setelah berdoa dan mencoba untuk tidur karena malam semakin larut. Akhirnya,lima belas menit setelahnya,gadis itu benar benar  tenggelam dalam dunia mimpi.

☆☆☆

Saat ini,Jovann sedang bersantai di kamarnya. Merebahkan dirinya di ranjang Kingsize miliknya yang terasa sangat empuk saat ia tiduri. Jovann memejamkan kedua matanya,berangan seandainya dulu ia tumbuh besar bersama dengan saudara kembarnya itu,pasti semuanya tak akan seperti ini. Hubungan kedua orang tuanya dengan Jokin pasti baik baik saja.

Mereka memang kembar,tapi sewaktu mecil,mereka tidak di rawat oleh orang yang sama. Jovann dengan Papi dan Maminya,sedangkan Jokin dengan grandma dan grandpa nya. Hal itulah yang membuat keduanya tak begitu akrab saat sudah dewasa. Di rawat oleh orang yang berbeda,di besarkan dengan didikan yang berbeda,dan tumbuh besar di tempat yang berbeda membuat sifat keduanya sangat bertolak belakang. Jovann dengan sikap humble nya,sedangkan Jokin dengan sikap kakunya. Jovann yang cenderung di manja,dan Jokin yang di tuntut dewasa.

Namun meski begitu,Jovann juga tak mungkin menyalahkan kedua orang tuanya. Karena itu juga telah di rundingkan secara kekeluargaan,jika Jokin akan di rawat oleh kakek dan neneknya,dan Jovann dengan kedua orang tuanya.

Menghela nafas,lalu ia meraih ponselnya yang tadi ia letakkan di nakas. Membuka aplikasi chat yang sudah merakyat di kalangan masyarakat,WhatsApp. Lalu mendial nomor Jokin,kakaknya.

Pada dering pertama,telpon masih  belum di jawab. Dering kedua,ketiga,keempat,hingga akhirnya di dering kelima,telponnya tersambung dengan Jokin.

"Assalamualaikum bang"

"Waalaikumussalam. Kenapa nelpon dek? Ada masalah?"

"Ngga ada masalah apa apa kok bang. Gua cuma kangen aja gitu. "Sahut Jovann sambil cekikikan.

Jokin hanya memutar bola matanya malas. Adiknya ini memang sangat kurang kerjaan sekali. Padahal ia sudah berharap,dengan pindahnya ia ke luar negri,Jovann bisa memiliki pekerjaan dan tidak lagi mengganggu nya yang saat ini sedang sibuk. Namun nyatanya,malah sebaliknya. Eshan,sahabat Jovann yang berarti juga sahabatnya itu malah menjadi mesin kerja bagi Jovann.

"Apaan sih lu! Udah ah,abang sibuk!"

Dan setelahnya,sambungan telpon itu di putus sepihak oleh Jokin. Selalu seperti ini,Jokin akan selalu menghindar saat dia mencoba mendekat. Padahal Jovan hanya berusaha memperbaiki hubungan mereka agar sama seperti orang di luar sama. tapi seperti nya Jokin benar-benar sudah enggan keluar dari zona nyamannya. Memikirkan hal itu membuat Jovan menunduk sedih.

☆☆☆