webnovel

Bernegosiasi Dengan Emosi

Ketika kau dan aku adalah jiwa. Kita bersama menghirup oksigen bumi. Aku dan kau terlahir bersamaan dengan tangis keresahan akan dunia. Namun, adakah setiap detiknya kita menyatu? Otakku menghasilkan segala upaya untuk mengendalikan kau, namun hatiku selalu tak senada dangannya. Mungkin terkadang kita menghasilkan irama yang sama namun kau ingin lebih unggul dariku.

Berulang kali aku mencoba untuk memulai skenario baru film hidupku. Namun kau dan aku tak henti-hentinya berselisih tentang apa saja. Entah itu langit mendung, pelangi dan koin emas, hingga jemari yang tersayat pinggiran kertas.

Kau dan aku sebenarnya punya keinginan yang sama. Hanya bahagia. Ini menjadi sangat sulit mengingat tubuh dengan tutur paradox ini tidak lagi dianggap seperti layaknya manusia. Mari kita diskusikan hal ini sebentar, aku maupun kau takkan mencapai mufakat jika sisi negatifmu lebih angkuh dari sisi positifmu.

Jangan berkata tidak, sebab kurasa sudah cukup dengan air mata, juga segala bibit pilu yang kau semai di ladang hati. Tempat yang kau tinggali itu terlampau sempit, tak akan memuat semuanya. Lagipula, akan ada ribuan hama dendam dan kebencian yang berdatangan. Mari kita coba hidroponik atau verticulture dan menggantinya dengan bibit motivasi bahagia lebih banyak. Nanti kau dan aku akan membagi hasilnya dalam waktu yang lama. Haha, sudah kuduga. Kau memang tak dapat menolak kebahagiaan.

Tapi berati-hatilah, ada yang lebih sulit dikendalikan dari teriknya matahari pagi, yaitu otak yang tak berfikir jernih mengikuti arah emosi pergi.

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Klausa_renjanacreators' thoughts