Sepulang dari negeri siluman, Aul malam itu membawa serta seorang siluman gadis serigala bernama Sri, yang juga ingin main ke kota, yang telah menjelma sama wajah dan sama tubuh dengan Inah. Ya rupanya selama ini, tanpa setahu Serigala Cahya, Aul telah berkali-kali mengunjungi kampung halamannya—hutan itu yang sepi—tempat berkumpul keluarga besar Aul.
Sri ditempatkan kost di kamar no 4, bersebelahan dengan kamar no 5 tempat Inah tinggal.
Namun, Sri tidak bisa berubah ujud sempurna seperti Aul yang bisa siang malam menjadi manusia. Sri hanya bisa menjadi manusia saat pagi sampai petang.
Aul akan membalas dendam pada Serigala Cahya.
**
Aul tetap tidak memperlihatkan rasa bencinya pada Serigala Cahya. Seperti sore ini di rumah kosong bercat putih, Aul biasa saja berbicara dengan Serigala Cahya.
"Beberapa hari ini aku telah berpikir, aku telah merelakan Inah untukmu. Mungkin ini sudah takdir menjadi milikmu. Kapan dia akan kau temui kembali?"
Mata Serigala Cahya berbinar, menahan haru gembira.
"Terima kasih. Aku beruntung dulu bertemu denganmu. Untuk kemudian kita bersahabat. Nanti malam, aku akan menemuinya."
Sore sekitar pukul tiga, Serigala Cahya berkunjung ke kost-an Inah. Namun, Serigala Cahya salah kamar, malah mengetuk kamar nomor 4, yang berarti bertemu dengan Sri.
Aul yang diam-diam ikut membuntuti Serigala Cahya, terus mengamati.
Pintu pun dibuka. Serigala Cahya mengutarakan keseriusan, ingin menikahi Inah yang sebenarnya jelmaan Sri. Sri pun bingung dan kaget. Tentu saja Sri tidak bisa mengiyakan. Aul pun tidak membuka seluruh ikhwal Serigala Cahya pada Sri. Aul hanya berkata bahwa di kota punya teman yang bernama Serigala Cahya.
Serigala Cahya tetap terus mendesak berkali-kali. Tentu saja, Sri pun tetap tidak mau.
Serigala Cahya menjadi naik pitam. Sri ditampar berkali-kali. Sri mengaduh-aduh. Amarah Serigala Cahya semakin memuncak. Sri hendak berlari keluar kamar kost-an.
Mendengar ada suara aduh-aduh, Inah pun keluar dari kamar No 5, mencari arah suara.
Malang, di lantai depan kost-an, Sri terpeleset hingga jatuh menubruk Inah. Kening Sri berdarah.
Aul segera keluar dari persembunyian, dari belakang tembok bak sampah yang cukup besar.
Setelah melihat tetesan darah di lantai yang berasal dari Sri, amarah Aul tak tertahankan lagi.
Amarah Aul dilampiaskan pada Inah, lehernya digigit. Darah pun mengucur. Tak berapa lama, Inah terkapar.
Sri, yang keningnya berdarah, juga amarahnya memuncak. Dari kaum siluman serigala, keluar darah dari tubuh adalah tabu. Maka, digigitlah pula leher Serigala Cahya.
Gigi-gigi tajam dari Sri menancap dalam. Darah bercucuran dari leher Serigala Cahya. Tubuh Serigala Cahya juga dicakar-cakar.
Serigala Cahya pun terkapar, diam, berdampingan dengan tubuh Inah, yang juga diam.
***
Bandung, 20 September 2022
SELESAI
TERIMA KASIH