webnovel

KETIDAKSENGAJAAN BERAKHIR SALING CINTA

Dialah Arini...Niatnya membantu untuk menggantikan bibinya yang bekerja di sebuah rumah mewah di Jakarta malah membuatnya harus kehilangan masa depannya. Anak majikannya yang bernama Panji malah membuat Arini harus kehilangan mahkota yang selalu dijaganya. Panji melakukannya karena tidak sengaja. Bagaimana kelanjutan dari hubungan Arini dan Panji setelah peristiwa itu terjadi, apalagi Arini saat itu baru saja lulus SMA dan berencana ingin melanjtkan ke perguruan tinggi...

clarasix · Teen
Not enough ratings
349 Chs

part 7 Menghindar

"Dimana aku."Arini membuka kedua matanya dan menatap ke sekelilingnya.

"Tuan."Arini terkejut ketika melihat Panji sedang tertidur di kasurnya. Dengan posisi kepala Panji tertidur di dekat tangan Arini. Sedangkan tubuh Panji malah duduk di lantai.

"Tuan kenapa tidur disini."Arini langsung terbangun dan menarik tangan kirinya yang digunakan Panji sebagai bantalannya. Panji langsung terbangun dari tidurnya.

"Aku mohon pergilah tuan."suruh Arini berjalan menjauhi Panji. Dia tidak mau dekat-dekat dengan Panji. Tangannya mengatup di depan mukanya sambil memohon-mohon pada Panji agar segera pergi.

"Arin…"Panji melihat Arini terlihat sangat ketakutan sekali ketika berada di dekatnya.

"Mungkin ini belum waktunya jadi aku pergi aja."Panji memaklumi sikap Arini yang masih belum juga memafkannya. Akhirnya Panji keluar dari kamarnya Arini.

Telinga Arini mendengar suara langkah kaki yang menjauhi kasurnya. Pasti itu tidak lain adalah suara langkah kaki Panji. Benar saja ketika tangannya dibuka, Panji sudah tidak terlihat lagi di dalam kamarnya. Arini merasa lega dan menghembuskan nafasnya.

Arini melihat jam dinding di kamarnya. Sudah pukul 8 pagi. Sudah saatnya dia bekerja ini malahan dia masih duduk manis di dalam kamarnya. Tanpa mandi dan ganti pakaian kini dia langsung bangkit dan keluar kamar. Saat sampai di pintu kamarnya dia tidak sengaja melihat Panji yang sudah rapi memakai pakaian kantor dan terlihat buru-buru berangkat kerja.

"Oh.."Arini berhenti dan menyembunyikan tubuhnya dari balik pintu kamarnya agar tidak dilihat Panji. dan benar saja Panji tidak melihatnya.

"Syukurlah."Arini lega kemudian keluar dari kamarnya.

Panji sudah tidak terlihat lagi di rumah. Inilah kesempatannya untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya tanpa harus diganggu lagi dengan kehadiran Panji. Walaupun dia juga tidak bisa menghilangkan seratus persen ingatannya akan kejadian menyedihkan kemarin. Tapi setidaknya dengan tidak adanya Panji di dalam rumah bisa membuatnya tenang ketika bekerja.

Kini giliran dia lapar. Dan dia langsung membuat makanan di dapur. perutnya terasa kosong sekali setelah kemarin seharian tidak makan. Arini makan sepiring nasi dengan lauk tempe goreng saja. walaupun makanannya sederhana tapi dia sangat lahap memakannya.

"Oh ya tadi pagi tuan sarapan apa?"batin Arini tiba-tiba peduli dengan Panji yang sekarang sudah berangkat kerja ke kantor. Biargimanapun juga Panji adalah anak majikannya dan tidak sepatutnya dia mengabaikan pekerjaannya untuk melayani Panji walaupun Panji telah melakukan hal yang tidak terpuji padanya. Itu masalah diantara mereka dan diluar dari pekerjaannya.

"Nanti kalau aku bersikap gini terus, dan Nyonya Diana dapat laporan dari tuan, bisa kelar deh hidup aku dan bibiku"Arini membatin sambil memikirkan sikapnya yang terlalu cuek dan berani pada Panji. Meskipun Panji bersalah padanya tapi Panji tetap menjadi majikannya yang seharusnya dia hormati dan layani.

"Bro."Rehan tiba-tiba menepuk pundak Panji yang sedang melamun. Panji kaget sekali.

"Lho bro."teriak Panji tidak menyangka melihat Rehan sudah berdiri di ruanganya.

"jam segini sudah ngalamaun lho."kata Rehan baru tahu panji bisa melamun saat bekerja. Setahunya Panji ketika sudah bekerja pasti tidak pernah terlihat melamun.

"Hehehe."Panji menyadari kalau dia tadi melamun. Pikirannya kini sedang memikirkan Arini.

"Lho ada masalah?"tanya Rehan dan kini berjalan kearah kursi yang ada di depan Panji.

"Apa gue harus cerita ke dia ya."Panji melihat kearah Rehan. Dia bingung apakah harus bercerita kepada Rehan mengenai kejadian yang tidak disengajanya kemarin bersama Arini. Panji tidak yakin kalau Rehan bisa membantunya.

"Nggak."kata Panji sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Pasti kalau Rehan tahu masalahnya langsung marah kepadanya. Dan bisa saja dilaporkan ke mamahnya.

"Lho kenapa sih. Kok hari ini aneh."Rehan menatap Panji dengan tatapan aneh. Tidak seperti biasanya Panji seperti ini. Kayak ada sesuatu yang ditutupi darinya.

"Nggak papa kok bro. Biasa ini proyek gue banyak yang belum terselesaikan."alasan Panji agar Rehan tidak curiga.

"Banyak banget ya bro."Rehan terlihat percaya dengan kata-kata Panji barusan.

"Bro gue mau cerita. Ini berita hot . Lho tahu Diana kan? Teman nongkrong kita."Rehan memajukan wajahnya karena hendak bercerita serius kearah Panji. Panji terlihat tidak antusias ketika mendengarnya. .

"Oh Diana. Emang kenapa sama dia."tanya Panji sambil meminum segelas air putih.

"Dengar-dengar dia hamil sekarang. Dan lho tahu siapa yang menghamilinya? Riko. "Panji tersedak setelah mendengar kalau Dian tengah hamil. Dan dia bingung Riko itu siapa.

Kemudian Rehan menceritakan apa yang dia dengar dari kabar burung mengenai Diana teman nongkrong mereka. Panji mendengarnya merasa tidak menyangka kalau Riko selingkuhan mantan pacarnya yang bernama Raisa itu malah menghamili Diana.

Entah kenapa tiba-tiba pikirannya kini malah tersambar akan kejadiannya dengan Arini kemarin. Kemarin dia telah melakukan hal yang melewati batas kepada Arini. Dia takut kalau kejadian yang menimpa Diana itu menimpa juga pada Arini. Dia tidak bisa membayangkan kalau Arini harus sama seperti Diana.

"Lho kok diam aja bro. Lho nggak nanya kabar Raisa?"tanya Rehan yang bingung kenapa Panji tidak memikirkan perasaan Raisa yang dulu pernah menjadi kekasih Panji tapi pada akhirnya berselingkuh dengan Riko.

"Gue udah nggak peduli sama dia. Gue juga bersyukur udah nggak terpikirkan sama cewek itu."Panji terlihat tidak memperdulikan Raisa. Boro-boro peduli menyebut namanya saja sudah tidak selera.

"Gimana nanti kalau kejadian yang menimpa Diana juga menimpa dia."batin Panji yang tiba-tiba memikirkan Arini. Dia sadar akan perbuatannya kemarin bisa membuat Arini hamil.

"Emang si Riko itu cowok bejat ya. Udah punya pacar Raisa eh malah beraninya dia menghamili Diana. Lho tahu nggak bro kalau Raisa berpacaran sama Riko itu karena ada maunya."cerita rehan. Tapi Panji tidak peduli dengan kabar Raisa.

"Ternyata Raisa pengen morotin hartanya Riko saja. Riko kan kaya banget."kata Rehan namun tidak digubris Panji.

"Bro gue mau tanya. Kalau dua orang, laki-laki sama perempuan berduaan di kamar dan melakukan hubungan kayak gitu bisa hamil ya?"Panji bertanya sambil sedikit malu dan memberikan kode ke Rehan. Rehan melihat penjelasan Panji barusan ditambah lagi ada kode dari jari-jarinya membuat Rehan malah ngakak sendiri.

"Wkwkwkwk. Lho lucu amat sih bro. Ngapain lho tanya kayak gitu. Ya jelas bisa lah. Masak gitu aja nggak tau."Rehan masih tertawa gara-gara pertanyaan Panji itu.

"Gue kan nanya aja bro."Panji merasa malu ketika sudah terlanjur bertanya seperti itu. yang pada akhirnya Rehan terus menertawainya.

Akhirnya mereka berdua saling mengobrol di ruangan Panji. Mereka asyik sekali bercerita. Hingga tidak terasa kini waktunya jam pulang kerja. Rehan dan Panji pulang bersama dengan naik mobil masing-masing.

Setibanya di rumah Panji, Rehan langsung masuk ke dalam rumah Panji. Rehan penasaran tumben Arini tidak menyambuat kedatangan Panji dan dirinya. Kemudian Rehan mencari Arini di setiap ruangan rumah Panji. Tapi tetap saja tidak menemukannya.

"Lho cari siapa?"tanya Panji ketika melihat Rehan cinglak cingluk mencari sesuatu. Panji tahu kalau yang sedang dicari Rehan adalah Arini.

"Arini kemana?"tanya Rehan berterus terang.

"Dibelakang mungkin. Lagi bersihin kolam."kata Panji. Seketika rehan langsung melangkah kebelakang untuk menemui Arini disana dan benar saja Arini berada di dekat kolam renang sedang membersihkan kolam renang. Padahal Panji tadi hanya menebak saja tapi malah memang benar.

"Lho mau kemana?"Panji mengehentikan langkah kaki Rehan yang hendak menghampiri Arini.

"Udah ayo ke kamar aku aja."suruh Panji kemudian Rehan terpaksa menurut pada Panji.

"Kalau dia lihat Arini pasti dia akan syok. Mata Arini pasti masih sembab karena habis menangis."batin Panji merasa lega kalau Rehan tidak jadi menemui Arini. Setidaknya masalahnya dengan Arini tidak akan tercium oleh Rehan.

"ji dia kok kelihatan sedih gitu ya. Tuh matanya kelihatan banget kalau habis menangis."kata Rehan sambil mengintip Arini dari kaca jendela Panji.

"Parah nih kalau dia tanya ke gue tentang Arini."batin Panji. dia berpura-pura tidak mendengar ucapan Rehan barusan.

"Lho tahu dia kenapa?"Rehan bertanya tentang kondisi Arini kepada Panji.

"Mana gue tahu."jawab Panji berusaha cuek.

"Lho itu ya bro. jadi orang itu jangan sedingin itu. Sekali-kali lho ajak ngomong lah Arini."ceramah Rehan mulai terdengar. Panji mendengarkannya saja tanpa membantahnya.

Setelah satu jam berada di dalam kamar Panji, tiba-tiba ponsel Rehan berbunyi. Ternyata asisten rumah Rehan memberitahunya kalau ada teman Rehan datang ke rumahnya. Jadi Rehan terpaksa harus pulang. Akhirnya Panji menghantarkan Rehan pulang sampai depan rumahnya.

Ketika Arini hendak ke dapur dia melihat Panji sedang menuju kea rah tangga. Kebetulan tangga menuju kamar Panji lumayan dekat dengan dapur. Arini sengaja melihat Panji hendak naik tangga dengan cepatnya dia berlari meninggalkan dapur dan masuk ke dalam kamarnya. Karena dia tidak mau bertemu dengan Panji.

"Aku lapar. Makanannya sudah siap?"tanya Panji yang sudah melihat Arini sedang berlari untuk menghindarinya. Kebetulan Panji saat itu lapar. Arini langsung mengangguk pertanda makanannya sudah disiapkannya. Setelah menjawab Arini langsung melanjutkan langkah kakinya menuju kamarnya.

"Udahlah. Akum au makan dulu."batin Panji tidak peduli akan sikap Arini yang terlihat mencuekinya. Mungkin karena rasa laparnya telah menguasai dirinya jadi dia tidak peduli sama Arini yang telah berani mencueki majikannya sendiri.

Selesai Panji makan, Arini langsung memunguti piring kotornya. Kebetulan saat Arini sedanng membersihkan meja makan, Panji sedang duduk di sofa dekat meja makannya yang langsung menghadap televise. Dia melihat Arini yang terus menunduk saat membersihkan meja makannya.

"Apa dia tengah mendiami aku?"batin Panji sambil memandangi Arini yang berada di meja makan.

"Arin aku mau teh hangat."teriak Panji sambil menonton televise. Dia ingin mengetes Arini apakah benar-benar Arini sedang mendiami dan menghindarinya.

Tanpa butuh waktu lama Arini langsung membawakan dan meletakkan secangkir teh hangat di meja. Saat meletakkan teh hangat, wajah Arini terlihat terus menunduk seperti tidak mau menatap kea rah Panji. Setelah itu Arini langsung berdiri dan langsung menuju meja makan. Panji mengangkat alis ketika tahu kalau Arini benar-benar cuek kepadanya. Dia sudah tahu alasan kenapa Arini bertingkah seperti itu.

"Biarlah. Itu haknya. Yang penting aku udah minta maaf. Lagian dia juga nggak terjadi apa-apa setelah kejadian kemarin."batin Panji sambil mengangkat alis. Tidak mau banyak memikirkan tingkah Arini yang berbeda banget padanya. Yang penting baginya Arini masih mau melayaninya dan sadar akan pekerjaannya.