webnovel

Miliknya

Editor: Wave Literature

Sudah lebih dari satu jam ketika mereka berdua keluar dari mall. Ketika mereka bergegas ke pintu, mereka melihat seorang pria yang agak tua dengan tas kerja bergegas ke mall. Saat hampir lewat, pria yang agak tua itu mundur dengan tergesa-gesa dan memanggil mereka. "Tuan Lu! Aku hampir tidak melihatmu!" Pria ini adalah pemilik mallnya, dia bergegas ke sini dari tempat lain setelah menerima telepon dari manajernya.

"Tuan Lu, jarang sekali anda datang. Apakah boleh saya mengundang anda dan istri anda untuk makan siang?" Bos Li benar-benar bergegas kembali untuk mengundang mereka makan, dan terutama ingin melihat apakah Tuan Lu masih marah. Kalau Tuan Lu masih marah, lalu pulang dan memberitahu orang tuanya, dia takut hal meminjam uang akan menjadi sulit.

Harus diketahui sekarang Bos Li sedang memerlukan uang dan baru membuka sebuah perusahaan baru di luar negeri. Sekarang, dia sedang menderita serangkaian kerugian. "Tidak perlu." Lu Xingzhi menolak secara langsung. "Aku jarang pulang, jadi waktuku adalah miliknya." Dia pun kemudian langsung membawa Jiang Yao ke tempat parkir. Tidak ada kata yang tersisa untuk Boss Li yang sengaja datang ke sini.

'Sekarang mau kemana lagi?' Jiang Yao duduk di samping Lu Xingzhi sambil memandang ke pinggir jalan tetapi berbisik di dalam hatinya. Peristiwa pagi ini telah membuat kesan Lu Xingzhi di dalam hatinya berubah total. Jiang Yao benar-benar tidak tahu bahwa bahkan pemilik dan manajer mall memanggil Lu Xingzhi dengan 'Tuan Lu'. Wajahnya juga tidak menunjukkan ekspresi ketika mendengar gelar ini. Sepertinya Lu Xingzhi sudah terbiasa terhadap gelar ini.

Jiang Yao melihat kepada Lu Xingzhi dan berteriak, "Tuan Lu?" Lu Xingzhi memarkir mobil di depan sebuah restoran dan tidak buru-buru untuk turun. Sebaliknya, dia melihat kembali ke arah Jiang Yao dan berpikir sejenak kemudian bertanya "Dalam hal ini, apakah aku harus memanggilmu Nyonya Lu Atau Ibu Lu? "

"Tidak mau, tidak enak didengar! Ini seperti cara orang zaman kuno memanggil tante-tante! " Jiang Yao menggelengkan kepalanya dengan terburu-buru, lalu dia siap untuk membuka pintu dan turun dari mobil. Tetapi, walaupun Jiang Yao sudah mendorong pintunya dua kali, tapi dia tetap tidak bisa membukanya. Mendengar Lu Xingzhi di sampingnya tertawa, Jiang Yao baru bersadar bahwa Lu Xingzhi telah mengunci pintu mobil makanya Jiang Yao tidak bisa membukanya.

Jiang Yao menatap Lu Xingzhi dan berkata "Buka pintunya~" Lu Xingzhi mengangguk dan membuka kunci mobil, kemudian turun dari mobil. Untuk makan siang, Lu Xingzhi memilih restoran Kanton yang terkenal di kota. Saat ini jam makan siang, jadi bisa dibilang restorannya hampir penuh dengan orang. Jiang Yao juga tidak tahu apa yang dikatakan oleh Lu Xingzhi dengan pelayannya sehingga ekspresi pelayannya langsung menghormatinya dan Lu Xingzhi, serta membawa mereka ke sebuah tempat yang berada di dekat jendela.

Saat dia melihat Lu Xingzhi langsung memesan makanannya tanpa melihat menunya, jelas, dia tidak asing dengan tempat ini. Setelah pelayan mengambil menu dan pergi, Lu Xingzhi melihat Jiang Yao sedang melihat sekeliling, Lu Xingzhi berkata, "Kita tidak membuat reservasi sebelum datang, jadi tidak ada ruangan pribadi. Agak berisik di lantai pertama, jadi tolong jangan emosi terhadap kebisingannya."

Jiang Yao menghela nafas, mengangguk, dan dengan serius memandang pria yang duduk di seberangnya. Pada saat ini, Lu Xingzhi mengambil cangkir teh di depannya dan menuangkan teh untuknya. Teh dituangkan ke dalam cangkir, dan baunya seperti krisan. Rupanya daun teh yang berada di dalam teko adalah teh krisan yang baik untuk tubuh.

Lu Xingzhi bergerak dengan mahir dan ekspresinya santai. Saat itu, dia memperhatikan bahwa Jiang Yao sedang menatapnya. Lu Xingzhi hanya mengangkat matanya dan melirik. Dia tidak mengatakan apa-apa dan meletakkan cangkir teh di depan Jiang Yao, dan setelah itu baru menuangkan satu lagi untuk dirinya sendiri. Jiang Yao tertegun sejenak, memegang cangkir teh, dan meniupnya. Tehnya terlalu panas sehingga Jiang Yao masih belum bisa mencicipinya.