webnovel

Komedi Cinta dan Turnamen Mereka Dimulai (1)

Pelajaran di hari Kamis dimulai dengan pelajaran Bahasa Jepang dari Kawakami-sensei. Kali ini pun tentang penulisan essay.

"Kadang-kadang Saya lihat orang-orang menulis sama persis di di essaymereka. Jangan pikir kalian bisa lolos dengan menyalin dari beberapa hal yang ada di situs web. Saya tahu, paham?"

Tentu saja menyalin dari dari internet akan sangat mudah diketahui. Apalagi guru yang sudah berpengalaman. Pasti sangat mudah mengetahuinya.

"Mencuri ide seseorang merupakan plagiat. Itu sama seperti kejahatan mencuri hal lain. Sangat menyebalkan berususan dengan hak cipta seperti itu belakangan ini. Oh iya, kalian tahu ini?"

Dan ini, saatnya Kawakami-sensei mulai melemparkan pertanyaan kepada kami.

"Kalian tahu bagaimana Sir Arthur Conan Doyle mempunyai karakter terkenal Sherlock Holmes, kan?"

"Ya, Sensei."

"Suatu waktu, penulis lain menggunakan Holmes di ceritanya tanpa izin, sehingga Doyle melakukan protes. Dan, selanjutnya Amamiya-kun?"

"Ya, Sensei?"

"Apa nama novel terkenal lainnya yang Sherlock Holmes muncul di dalamnya?"

"Arsene Lupin, Gentlemen Burglar. Karangan Maurice Leblanc."

"Hooo, kamu suka novel misteri, ya? Kamu benar, Amamiya-kun."

Tiba-tiba, beberapa murid kelas ini meneriaki diriku.

"Sasuga yang dapat peringkat dua di ujian tengah semester."

"Aku bahkan ngga tau jawabannya."

"Diam, semuanya!" setelah semuanya diam, Kawakami-sensei melanjutkan, "Itu merupakan pertunjukan utama di antara tuan pencuri dan detektif terkenal. Tapi kemudian, Maurice Leblanc, yang merupakan penulis dari seri Lupin, mengubah nama Sherlock di bukunya. Dia mengubahnya menjadi 'Herlock Sholmes.' Hanya memindahkan S ke awal nama belakangnya."

"Hee, jadi gitu ya…"

"Amamiya memang pintar…"

"Ah, gawat, Sensei liatin kita."

Entah apa yang mereka lakukan di saat jam pelajaran seperti ini. Lebih baik diam dan dengarkan saja.

"Baik Lupin maupun Holmes, keduanya sering muncul di beberapa karangan cerita lainnya. Tapi itu hanya untuk penghormatan, bukan plagiat. Dan sekarang, Arsene Lupin bersinonim dengan ide dari 'pencuri bayangan." Dia dikenal di seluruh dunia."

Mendengar penjelasan Kawakami-sensei tentang Arsene Lupin membuatku ingin membaca kembali novelnya Maurice Leblanc tersebut, walaupun ceritanya masih kuingat dengan jelas. Lebih baik membaca novel yang lain saja.

Tidak lama kemudian, pelajaran Bahasa Jepang berakhir dan dilanjutkan dengan pelajaran Matematika dari wali kelas kami, Sakamoto-sensei.

"Seperti yang kalian ketahui, sekolah kita akan ada Tur Studi Sosial pada bulan Juni nanti. Untuk sekarang, saya berikan kuesioner tentang tempat seperti apa yang ingin kalian pergi untuk melihat-lihat dan belajar."

Tur Studi Sosial diwajibkan untuk murid kelas dua yang dilaksanakan pada bulan Juni. Tur ini bertujuan untuk memberi gambaran bagaimana tempat kerja yang akan dipilih para murid nanti.

"Kuesionernya bisa dikumpulkan hari Kamis selanjutnya. Jadi, gunakanlah waktu untuk memilih tempat yang sesuai dengan keinginan kalian nanti. Baiklah, pelajaran akan dimulai."

"Kiritsu, rei…"

Pelajaran Matematika bersama Sakamoto-sensei cukup menyenangkan. Rasanya waktu berjalan begitu cepat dan pada akhirnya berakhir.

Bel berbunyi menandakan waktu istirahat makan siang.

Catatan Mizuno-san yang dipinjamkannya kemarin belum kukembalikan, jadi sekarang saatnya untuk mengembalikannya.

Mizuno-san biasanya makan siang bersama Fuyukawa-san dan Seto-san. Aku menunggu dirinya untuk menghampiri Fuyukawa-san. Saat itu tiba, barulah kukembalikan.

"Mizuno-san. Ini catatanmu. Makasih ya…"

"Eh, udah selesai kamu tulis, Amamiya-kun?"

"Udah, kok."

"Cepat, ya…"

"Um, kalau begitu aku ke kantin dulu. Sekali lagi, makasih ya…"

"Sama-sama."

Fuyukawa-san dan Seto-san hanya terdiam melihatku berbicara dengan santainya dengan Mizuno-san. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku bisa sesantai ini berbicara degannya.

Aku langsung keluar dari kelas dan menuju kantin.

Cuaca hari ini cerah. Tidak ada tanda-tanda akan hujan. Banyak murid yang makan di halaman sekolah daripada di kantin. Aku juga ingin bisa makan siang di halaman sekolah.

Setiba di kantin, aku langsung memesan makan siangku dan mencari meja makan. Dua kali secara berturut, aku melihat Shiraishi-san makan di kantin ini. Dia sendirian seperti kemarin. Apa benar dia memang tidak punya teman makan?

Tanpa sadar kakiku berjalan menuju arahnya dan telah berada di depannya. Shiraishi-san yang sepertinya menyadari kehadiran seseorang di hadapannya berhenti memakan makanannya dan melihat ke arah depannya.

"…"

Shiraishi-san hanya menatapku tanpa mengatakan apa pun. Tatapan yang dingin.

"Ah, ya, Shiraishi-san. Sendirian aja?"

"Jangan menanyakan sesuatu yang sudah kamu tahu."

Rasanya aku menjadi bodoh jika berada di dekatnya.

"Ahaha, maaf. Boleh aku duduk di sini?"

"Silakan."

"Makasih."

Shiraishi-san kembali memakan makan siangnya.

Aku langsung duduk dan meletakkan nampan yang berisi makan siangku. Kulihat Shiraishi-san makan dengan elegan. Saat dia memalingkan pandangannya ke arahku, aku langsung berusaha memalingkan pandanganku darinya dan memegang sumpit. Saatnya makan ramen ini. Itadakimasu.

Mau berapa kali memakan makanan dari kantin ini tetap saja tidak bosan. Rasanya enak. Apa ada seorang chef yang berada di dapurnya, ya? Sedikit membuatku penasaran.

Akhirnya ramenku habis kumakan, sedangkan Shiraishi-san masih memakan makan siangnya yang berupa mie udon.

"Gochisousama deshita. Aku duluan, Shiraishi-san."

"…" Shiraishi-san hanya melihatku tanpa mengatakan apa pun.

Karena waktu isitrahat makan siang masih tersisa, daripada kembali ke kelas yang tidak ada kegiatan apa-apa, lebih baik aku pergi ke perpustakaan.

Suasana perpustakaan di saat waktu istirahat siang selalu sepi. Rasanya sudah lama aku tidak ke tempat ini.

Namikawa-san tidak ada, juga Kayano-san. Kalau mereka makan siang di kantin, pasti tadi akan bertemu denganku. Mungkin saja mereka makan siang di halaman sekolah.

Nanti sepulang sekolah ada kegiatan klub bantuan seperti biasa. Daripada duduk tanpa melakukan apa pun, lebih baik untuk membaca suatu buku. Itulah tujuanku datang ke perpustakaan sekarang.

Aku hanya membaca buku yang ingin kubaca atau buku yang menarik perhatianku. The Gallant Rogue. Buku yang menceritakan tentang Ishikawa Goemon, seorang bandit yang mencuri untuk membagikannya ke orang yang tidak mampu. Kupilih buku ini dan kubawa ke konter pustakawan untuk mengisi administrasi peminjaman buku. Baiklah, saatnya kembali ke kelas.