Gelap menerpa ketika pintu kuil menutup sendiri. Aroma lumut basah menelusuk hidung. Ghumaysa merapalkan beberapa bait mantra. Cahaya merah berpendar di telapak tangannya.
Kini, kuil sedikit lebih terang. Dalam keremangan, bisa terlihat relief-relief pada dinding batu berlumut. Keindahan karya seni masa lalu itu memukau Pangeran Heydar.
"Jika Kak Arezha ada di sini, dia pasti akan melompat-lompat kegirangan seperti anak kecil," celetuknya tanpa sadar.
Lekukan tak proporsional terukir di bibir Ghumaysa. Tangannya mengepal kuat.
"Kau tidak boleh memiliki kebaikan hati sedikit pun, Heydar," desisnya lirih.
Dia diam-diam meniupkan asap hitam tipis ke arah Pangeran Heydar.
"Untuk apa masih memikirkan kakak tiri jahat itu?" Bisikan halus menelusup ke dalam pikiran Pangeran Heydar, membuatnya tersentak.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com