webnovel

Kesabaran Cinta

Stevani Safira adalah putri seorang mandor bangunan. Ia harus rela meninggalkan kekasihya yang seorang dosen karena harus membayar kerugian perusahaan yang diakibatkan oleh oknum yg tidak bertanggung jawab. Para oknum itu menjebak Ayahnya seolah olah ayah gadis itu terlibat. Bukti bukti yang didapat perusahan mengarah bahwa Ayahnya benar benar terlibat. Kerugian senilai miliyaran harus dia bayar dengan pernikahan. Big bos perusahan itu mengingikan Stevani menjadi budaknya seumur hidup berkedok pernikahan.Agar ayahnya tak dijebloskan ke penjara. Stevani terpaksa berhenti dari kuliahnya, karena dia benar benar dipenjara oleh suaminya, mahasiswi tataboga ini terpaksa menghabiskan hari harinya di rumah big bos tersebut. Willam Wijaya adalah nama big bos ayah Stevani.William pernah pengalami kegagalan dalam hubungan percintaanya,yang mengakibatkan perubahan sikap yg amat drastis. Dia menjadi pribadi yang kasar arogan dan dingin. Akankah Stevani mampu menjalani hari harinya ditengah tekanan.. Hinanan dan perlakuan kasar suaminya. Simak kisahnya selanjutnya ga gaes. Dalam Kasabaran Cinta.

Dila_Ispa · Fantasy
Not enough ratings
1 Chs

Bab 1

Vani Van Vani," panggil sang Ayah.

"Ya yah bentar," dia keluar kamar dan menuruni anak tangga.

"Ya, Kenapa yah?," tanya nya lagi.

"Hari ini salah satu supir pasir ga bisa masuk kerja, istrinya melahirkan, kamu mau mengantikanya lagi," Vani tersenyum sambil memanyunkan bibirnya.

"Ya ayah terus Vani kapan pacaranya," goda Vani cengengesan.

"Pacaran pacaran, ga ada, besok big bos mau datang, tolong bantu ayah ya, kalo bahan bangunan ga ready semua hari ini, alamat ayahmu ini kena masalah," ayah Vani terlihat tidak bersemangat.

"Tapi kongsi uang jajan nya dilebihin ya yah Vani pengen beli peralatan sendiri yah," rayu Vani.

"Emang Vani butuh berapa uang ?,".

"Kira kira 8 jutaan yah, ditabungan Vani baru ada limaan, " jawab Vani sambil bergelut manja dilengan ayahnya.

"Iya gajian ntar ayah bagi," ayah Vani menyetujui.

"Serius yah," Vani menarik lengan baju ayahnya, dia seperti anak kecil yang baru dapet mainan, girang sekali.

"Heemmm yang penting bantu ayah gantiin supir pasir kita ya,".

"Siap bosku, laksanakan," jawab Vani sambil memberi hormat pada sang ayah.

Jadi supir bangunan ga masalah, yang penting punya alat masak sendiri, batin Vani semangat.

Ayah Stevani memang tidak membedakan anak anaknya, sejak Ibu Stevani meninggal ketika umur Vani baru menginjak 12 tahun, dan adeknya Doni Putratama waktu itu baru berumur 8 tahun, Vani dan

adeknya sering ikut ke proyek ayahnya.

Mereka sering membantu melakukan pekerjaan kuli bangunan.

Ayah Vani merasa aman jika anak anaknya berada pada pengawasanya secara langsung.

Saat usia Vani menginjak 18 tahun Ayah Vani mengajarinya membawa truk, karena disana hanya tersedia mobil seperti itu.

Ayah Stevani juga mengajarinya ilmu bela diri supaya Vani bisa menjaga dirinya.

Ayah Vani benar benar mendidik anaknya seperti laki laki, tapi Vani tetaplah seorang gadis, dia hanya berpenampilan tomboy ketika ikut Ayahnya ke proyek, jika ke kampus dia berpenampilan seperti anak gadis pada umumnya, bahkan dia pun berkuliah sesuai passion nya, dia hobi masak seperti almarhum Ibunya.

Dia ingin suatu hari nanti menjadi seorang Chef yang handal dan profesional.

Setidaknya dia juga bercita cita mempunyai toko kue sendiri.

Diproyek Vani melakukan pekerjaanya dengan sangat baik. Para kuli bangunan sudah sangat hafal dengan Vani.

Gadis berperawakan mungil itu sangat ramah.

Vani sangat suka membawakan cemilan untuk mereka.

Vani selalu membeli makanan untuk mereka memakai uang jajan yg diberikan Ayahnya untuknya, Vani sungguh baik hati, dia juga ramah pada semua orang.

Vani dijuluki putri proyek, karena di proyek tersebut hanya dia yang perempuan.

Dia memang bukan supir tetap, dia hanya bekerja ketika ayahnya memintanya.

"Suit suit hay putri proyek lama ga ketemu kemana aja?" tanya salah satu kuli.

"Ada mang, Vani sibuk" jawab Vani sambil melambaikan tanganya pada seluruh pekerja yang ia lihat.

"Sibuk apa sombong, " goda salah satu dari mereka.

"Bisa aja mamang,".

"Mang ayah mana ga kelihatan?," tanya Vani.

"Big bos dateng Van," Vani memanyunkan bibirnya tanda mengerti.

"Ooo okelah Vani jalan lagi ya mang, masih ada 1 muatan lagi," ucap Vani seraya melangkah pergi.

Vani melajukan dump truck nya keluar proyek, Vani ditemani oleh salah satu kenek disana.

"Mbak Vani, ajari aku bawa truck dong," ucap kenek disebelahnya.

"Hahahaha Minta Pak Bakri aja Teorinya nanti aku kasih tau, ntar prakteknya sama beliau oke," jawab Vani.

"Asyiap bosku,".

"Mbak Vani punya pacar belum?," tanya nya lagi.

"Udah kenapa?,".

"Kira belum mau saya comblangin sama kakak saya" Dih padahal Vani tau kenek disampingnya ga ada sodara laki laki.

"Hahahahaha kamu bisa aja," Vani ketawa ngakak.

Ponsel Vani berdering, tanda dia mendapat telpon, Vani melihat notif diponselnya, oh dari ayahnya.

drrt..drrt..drrt..

"Asalamualaikum yah," jawab Vani.

"Van masih berapa lagi?," tanya sang Ayah.

"Sekali lagi ini yah, kenapa?".

"Oke ayah tunggu diproyek?".

"Oke Yah".

Tuuuttt...

Vani melajukan dump trucknya dengan hati hati, entah mengapa dia sangat senang mengemudikan kendaraan besar ini, ada sensasi tersendiri ketika dia duduk di kursi kemudi.

Vani memarkirkan kendaraanya dengan sempurna, ia pun turun dari truck tinggi itu, Vani tidak tahu ada yang memperhatikanya dari jauh.

"Pak mandor siapa itu?" tanya big bos itu pada ayah Vani, Sambil menunjuk ke arah Vani dengan memakai kepalanya.

"Ohh itu putri saya pak," jawab Ayah Vani.

"Loh, memang ga ada supir laki laki?".

"Salah satu supir kita ijin pak, istrinya melahirkan".

"Ooo," big bos itu tak banyak bertanya lagi, tapi dia masih tetap memperhatikan Vani.

Vani duduk dibawah salah satu pohon disana. Iya membuka sedikit maskernya, Vani meminum air mineral dan bercanda dengan salah satu kenek disana.

Big bos itu tidak terlalu jelas melihat wajah Vani, karena tertutup topi dan di atasnya lagi masih ada topi hodie, Vani masih memakai kaca mata dan masker.

Vani menghapiri ayahnya.

"Yah ada kerja lagi ga?" tanya Vani pada ayahnya.

"Ga van hari ini cukup".

"Gaji," tangan Vani diarahkan ke ayahnya.

"Kamu ini, entar, tunggu ayah sampai rumah," Vani hanya tersenyum manja, ia memang suka menggoda

ayahnya.

Big bos itu menatap Vani tajam, gadis ini unik batinya.

"Ya udah Vani pulang ya yah, jangan lupa janji ayah," Vani berlari kecil sambil melonjak lonjak seperti anak yang kegirangan.

"Iya bawel, kamu ga usah masak, Makan beli aja, langsung mandi sampai rumah istirahat," Vani menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah ayahnya.

"Asyiiap bosku Asalamualaikum," Vani memberi hormat pada ayahnya dan melangkah pergi.

Vani mengambil tas punggungya di kantor ayahnya, lalu mengambil motor diparkiran para pegawai, saat akan mengambil motor seseorang memanggilnya.

"Hayy kamu," Vani menoleh ke arah suara.

"Saya tuan," Vani langsung berfikir bahwa itu pasti big bos ayahnya, melihat penampilanya yang sangat modis dan mahal.

"Apakah kamu putri mandor disini?" tanya orang itu.

"Oo iya tuan," jawab Vani.

"Lain kali kalau ngomong sama orang maskernya dibuka, ga sopan kamu," hardiknya.

"Maaf tuan".

"Ya sudah kamu boleh pulang".

"Permisi".

"Hemmm". Jawabnya, singkat banget, Vani pun mengambil motornya dan melajukan " Ada apa denganya aneh" batin Vani