webnovel

kerasnya Batu Karang

*Prolog Aku Nunung, seorang guru TK dan tukang sapu sekolah. Hari-hari ku harus di penuhi dengan kebahagiaan dan keceriaan, sebab aku di tuntut menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelas. Lelah berpura-pura bahagia, karena aku menyimpan duka yang teramat dalam. Berat hati ini untuk menerima keadaan, menjadi tukang sapu, cehh.... Dengan gaji yang minim aku pun harus tinggal menumpang di rumah pemilik TK itu. Dan saat itu juga aku merasa Tuhan sangat tidak adil kepadaku, sampai terbesit dalam pikiran ku untuk kabur dari kehidupan ku sendiri.

Nunung_Tri · Teen
Not enough ratings
7 Chs

Bab 1

*Prolog

Aku Nunung, seorang guru TK dan tukang sapu sekolah. Hari-hari ku harus di penuhi dengan kebahagiaan dan keceriaan, sebab aku di tuntut menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelas. Lelah berpura-pura bahagia, karena aku menyimpan duka yang teramat dalam.

Berat hati ini untuk menerima keadaan, menjadi tukang sapu, cehh....

Dengan gaji yang minim aku pun harus tinggal menumpang di rumah pemilik TK itu. Dan saat itu juga aku merasa Tuhan sangat tidak adil kepadaku, sampai terbesit dalam pikiran ku untuk kabur dari kehidupan ku sendiri.

*FLASH BACK

Mentari mulai memancarkan sinarnya dengan malu-malu. Dibalik awan putih, terlihat cahaya menembus dengan pasti masuk kedalam kamar dan meniup kelopak mata ku, untuk bangun dari mimpi indah ku.

Perlahan tapi pasti cahaya itu menusuk mata ini, hingga taada pilihan untuk tetap terpejam kembali.

Terdengar suara dari dapur" Nung bangun, sekolah"

"hoaaam, iya bu"

Itu adalah suara ibuku, dia orang terhebat yang pernah aku temui di dunia ini. Para ilmuan hebat pun kalah dengannya, ketika ilmuan dapat menghasilkan robot, ibuku dapat menghasilkan ku, dan aku bisa menghasilkan manusia pencipta robot. hebat bukan😄

next,

Aku segera bersiap-siap pergi ke sekolah. Di depan rumah sudah ada pangeran yang siap mengantarku, dia adalah ayahku. Aku sangat mencintainya, meskipun kadang galak kalo aku minta uang, tapi aku tahu itu karena tidak setiap hari dia memegang uang. Dia hanyalah seorang buruh pekerja bangunan.

Setelah selesai bersiap, ayah segera menancap gas motornya menuju sumur ilmu ku. Aku siap menimba ilmu. Di sekolah aku punya banyak teman, namun yang paling ada untuk ku adalah Rafika Nur Cahyani. Dia anak orang kaya, hingga tak jarang dia berbagi makanan untuk ku. Dia punya segalanya, rumah bagus, wajah yang cantik, sikap yang baik. Jujur aku iri padanya.

Aku juga punya banyak teman di rumah, ada Yudhi, Aldi, Pendi, Feri, Fajar, dan yang paling best friends itu Hari. Aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama hari. Aku sering melakukan hal-hal yang tidak penting bersamanya, seperti menumpuk batu di rel kereta api, dan berharap kereta tersandung batu itu(konyol bukan), dan yang paling tidak penting itu ketika kami berkelahi. Berkelahi dengan hari, bukan hal yang baru bagi ku, entah apa yang kami ributkan, namun pada akhirnya kami berteman kembali seolah taada apapun yang terjadi. Semua begitu menyenangkan, hingga aku kelas 6 Sekolah Dasar, dunia ku terbalik. Taada lagi senyuman tulus yang ku berikan, taada suara tawa yang menggelegar, hanya ada kesedihan yang tampak di pelupuk mata. Pangeran ku pergi, meninggalkan ku dan ibu ku. Dia lebih memilih perempuan penggoda itu. Hari-hariku seakan taada cahaya lagi, semua tampak gelap. Bagaimana aku melanjutkan pendidikan ku? Siapa yang akan menanggung biayanya? Bagaimana kami bisa hidup tanpa ada sosok ayah yang akan melindungi?

Namun Tuhan tak sebenarnya mencampakan ku, dia kirim Kaka ku untuk mengurus segala keperluanku dan ibu ku. Dia bekerja banting tulang, ambil jam lembur setiap hari, dan hidup hemat di perantauan untuk membiayai sekolahku.

Untung saja aku punya seorang kaka yang baik hati itu. Dia malaikat bagiku. Dia yang menjadi tulang punggung keluarga. Namanya Yuli Yanti, dia gadis yang baik, meski tak jarang berubah menjadi monster karena kenakalanku.

Dua tahun aku menunggu kabar itu.

"Nung, ayah kamu sudah pulang, dia ada di rumahku." kata paman ku

Akhirnya pangeran ku akan pulang dan kembali menghangatkan keluarga ini. Aku senang mendengar berita itu. Ketika datang aku menyambutnya dengan suka cita. Aku lari ke dalam pelukannya, aku tak mau kehilangannya lagi untuk kedua kalinya. Tetapi dia pulang dengan membawa wanita penggoda itu dan secarik surat dari pengadilan agama.

"Aku tak ingin bersama mu lagi."

Ibu ku tertegun kaku.

Aku lemas, jantungku terasa terhenti, ku tatap wajah ayahku, ku cari cinta untukku di matanya. Namun nihil, aku tak menemukan apa pun didalam nya. Tak terasa air mata ini jatuh dan membasahi pipi ku. Aku bertanya dalam hati, apa benar dia orang sama yang pernah aku sayangi dulu? kini aku tak mengenal siapa orang yang duduk di depanku ini, bahkan aku merasa menyesal jika telah menyayanginya.

Perceraian pun terjadi, ayahku mengambil alih rumah ku, aku dan ibu ku di usir dari rumah itu.

Satu kata untuknya KEJAM.

Kenapa?

Kenapa semua ini terjadi padaku?

Apa salahku tuhan?

Bukankah aku telah menjalankan perintahmu.

Kau sangat tidak adil padaku.

Tapi kenapa kau berikan cobaan ini padaku.

~Aku ingin mengakhiri hidupku~