webnovel

Jangan dipendam sendiri !

"Aku pengen ketemu sama kamu lagi besok"

"Kamu kemana Vio?"

"Apa ada masalah?"

"Tolong, jangan cuek gini ke aku, apa aku bikin kesalahan waktu ketemuan kemarin?"

Beberapa pesan yang dikirim oleh Dirga dari semalam sepertinya tidak mendapat tanggapan dari Vio, mungkin semangat Vio yang membara padam sudah karena pernyataan Reza yang diutarakan kembali di depan calon pacar Vio. Dia kembali merasakan ketakutan akan gagalnya rencana dia memiliki pacar pertama di usia 17 tahun.

"Ini udah nggak bisa dibiarin, pasti ada sesuatu sama Reza. Aku harus cari tau. Tapi darimana aku bakal mulai penyelidikan ini?" Gumam Vio dalam hati saat jam istirahat hampir berakhir.

"HEI, nglamun aja" Reza mencoba membuyarkan lamunan Vio, tentu saja itu mengagetkan dan membuat Vio kesal "Duh, bisa nggak sih nggak usah ngagetin kayak gitu"

"Iya iya maaf, lagian mikirin apaan sih sampai makan siang seenak ini aja cuma kamu anggurin" terlihat di kotak makan yang biasa Vio bawa masih utuh belum tersentuh.

Reza mencoba mengambil kotak makan itu, namun tangannya kalah cepat dari tangan Vio yang berusaha menyembunyikan makan siangnya.

"Nggak usah ngarep ya hari ini ikutan makan siang bekalku" Vio terlihat masih kesal.

Reza menggenggam tangan Vio "Kalo ada apa-apa cerita aja, jangan dipendam sendiri" lesung pipi Reza terlihat jelas saat dia tersenyum manis.

Saat Reza menggenggam tangannya, Vio mencoba menerka, apakah rasa sakit yang ia rasakan saat Reza berbicara tentang hubungan mereka ada persamaan dengan rasa nyaman saat Reza menggenggam tangannya. Lalu dalam hati Vio berteriak "TIDAAAKKKK, itu tidak mungkin terjadi" Vio langsung kabur meninggalkan Reza di kantin dan berlari menuju ke kelas. Hal itu membuat Reza semakin penasaran, ada apa dengan Vio hari ini.

**

Vio sama sekali tidak bersemangat. Bahkan pesan dari Dirga belum sama sekali ia tanggapi. Namun di pikirannya, dia harus memperjelas semuanya sebelum terlambat. Dia pun langsung menghubungi Dirga dan meminta bertemu di Cafe sebelumnya. Dia sama sekali tidak memberitahu Reza tentang rencana pertemuannya. Sebelum meninggalkan rumah, Vio hanya mengirim pesan kepada Ibunya bahwa ia akan keluar sebentar untuk kerja kelompok.

Vio mengawasi sekitaran rumah Reza yang hanya berjarak 3 rumah dari rumahnya, dia meyakini bahwa mungkin Reza sedang bersantai dirumah dan tidak mungkin keluar. Vio pun mulai melangkah ke jalan raya dan berjalan secepat mungkin, lalu ia memilih jalan pintas berupa gang sempit agar bisa segera sampai di Cafe. Setelah 10 menit berjalan, dia belum melihat Dirga disana. Sambil mengatur nafas dia masuk terlebih dahulu.

"Maaf ya aku telat, tadi sekalian nganter pesenan pelanggan mamaku" terlihat Dirga sedikit cemas karena dia terlambat lebih dari 30 menit.

"Santai aja, aku juga belum lama kok nyampeknya" Vio berusaha membuat Dirga rileks walau sebenarnya dia hampir melangkah pulang.

Tiba-tiba Dirga meraih tangan Vio yang duduk di depannya, ia mulai mengungkapkan perasaannya secara langsung.

"Aku minta maaf kalo aku lancang di hari kedua pertemuan kita. Tapi aku cuma pengen ngungkapin apa yang aku rasain ke kamu, dan jujur setelah komunikasi kita yang intens selama beberapa waktu, aku punya perasaan sayang sama kamu Vio, apa kamu mau jadi pacarku?"

Jantung Vio berdegup kencang. Persis seperti apa yang dia bayangkan bahwa Dirga akan segera mengungkapkan perasaannya. Tanpa basa-basi Vio pun menjawab "Iya Dirga, aku juga sayang sama kamu, dan aku mau jadi pacar kamu."

Sungguh diluar dugaan bukan ? Ternyata selama menunggu Dirga datang ke Cafe, Vio sudah merencanakan hal diluar kebiasaan kisah percintaannya. Dia yakin jika dia berani melangkah maju, sesuatu hal yang mengganggu hati dan pikirannya akan hilang berganti rasa penuh cinta. Apalagi paras dan sikap seorang Ahmad Dirgantara sangat jauh dari beberapa laki-laki yang pernah mendekatinya. Tentu itu akan sangat mempengaruhi perbedaan kisah percintaannya. Vio tidak akan bisa punya alasan untuk menolak Dirga.

**

Reza merasa geli dengan sikap Vio yang ia rasa aneh. Tidak biasanya Vio seceria itu sampai sering senyum-senyum sendiri. Bahkan disaat jam pelajaran, Vio tidak fokus dan hanya mencoret-coret bukunya dengan banyak tulisan "kenapa"

"Pacaran sih boleh, tapi harus inget tujuan ke sekolah dong" Bisik Reza di telinga Vio.

Sontak Vio pun kaget dan heran bagaimana Reza bisa tau kalo Vio sudah berpacaran dengan Dirga.

"Sok tau banget" Vio mencoba menutupi hal yang sebenarnya sembari menutup bukunya yang penuh dengan coretan.

"Kamu pikir meskipun kamu nggak cerita sama aku, terus aku nggak bakalan tau sama sekali gitu?" Ledek Reza.

Vio jadi merasa bersalah, karena biasanya segala hal ia ceritakan pada Reza. Tapi dia juga ragu apakah perlu menceritakan semuanya dari awal sampai di tahap bagaimana Vio dan Dirga bisa berpacaran. Lagi dan lagi, wajah yang awalnya ceria kembali murung dan melamun, lalu ia membuka kembali bukunya dan kembali menulis "kenapa".